73 HONEYMOON (6)

Yesterday, I was alone but then you came.

***

"Ada satu restaurant yang aku ingin datangi." Ucap Liam. Sebenarnya bukan tempat yang ingin ia datangi, tapi ia ingin Naraya mengunjungi tempat ini.

"Oke." Dan begitu Naraya menyanggupinya, Liam segera mengambil jaket miliknya dan Naraya lalu menunggu Naraya untuk mengenakannya terlebih dahulu sebelum ia menggenggam tangannya dan melangkah keluar cottage mereka.

Seharian itu, Liam mengajak Naraya mengunjungi tempat yang berbeda dan mencicipi berbagai macam makanan.

Mereka bahkan berjalan dengan santai di antara kerumunan orang sambil bergandengan tangan, seperti layaknya pasangan suami isteri yang sedang melakukan perjalanan bulan madu.

Saat matahari terbenam, dan lampu- lampu sudah dinyalakan dan juga hampir semua tempat sudah mereka jelajahi.

Akhirnya Liam membawa Naraya ke sebuah restaurant yang sudah dia booking secara mendadak. Tempat ini merupakan tempat yang paling di incar wisatawan untuk dinner romantis dengan pasangan mereka.

Kalau bukan karena nama Liam Prihadi dan koneksi pria ini yang begitu kuat, Liam tidak akan mungkin memesan meja di restaurant ini dalam rentang waktu yang sangat singkat.

Tapi, disinilah mereka, Liam selalu mendapatkan apa yang dia mau, apalagi kalau itu harus berurusan dengan bisnis dan uang.

Liam membantu Naraya duduk di kursinya sementara ia duduk di sebelahnya.

Alunan music lembut membahana ke seantero ruangan sementara Liam memesan makanan untuk mereka berdua.

Untuk minuman, Liam memesan wine untuk dirinya dan mango juice untuk Naraya.

"Senang?" Tanya Liam sambil memperhatikan Naraya yang tidak berhenti tersenyum sejak dari awal meninggalkan cottage.

Naraya mengangguk dengan antusias sambil tertawa kecil dan menggoyangkan kakinya.

Hal ini mengingatkan Liam pada anak kucing yang menggoyang- goyangkan buntutnya karena dia senang, seperti itulah Naraya di mata Liam saat ini.

"Makanan yang enak, music yang lembut, souvenir yang lucu… terimakasih ya!" Ucap Naraya dengan sangat tulus hingga Liam dapat merasakannya.

Ternyata sangatlah mudah menyenangkan Naraya. Liam tidak perlu membelikan perhiasan keluaran terbaru dari brand ternama hanya untuk mendapatkan senyum manis dari dirinya.

Sebuah senyum yang tanpa kepura- puraan.

Liam yang terbiasa menilai seseorang dan memiliki intuisi yang tajam, tentu saja dapat melihat dengan sangat jelas sosok Naraya…

Bersama dengannya itu sangatlah mudah… Liam tidak perlu berpikir terlalu dalam dan hanya perlu menjadi dirinya sendiri.

Liam bebas untuk tertawa, menggoda dan tidak perlu merangkai kata yang memiliki maksud ganda.

Tanpa sadar, Liam menyentuh pipi Naraya dan menyelipkan rambutnya ke balik telinganya. Bahkan gerakan kecil seperti ini saja dapat membuat pipinya memerah karena malu.

Dia berusaha mengalihkan perhatiannya pada hal lain dengan memainkan garpu di tangannya.

"Kamu tahu tidak tempat seperti apa restaurant ini?" Tanya Liam untuk memecah keheningan di antara mereka dan kegugupan yang Naraya mulai rasakan.

"Seperti apa?" Tanya Naraya tertarik.

"Kita berada di restaurant bawah laut dengan dinding kaca. Tepatnya lima meter di bawah permukaan laut." Ucap Liam lamat- lamat.

Liam menikmati ekspressi wajah Naraya yang terkejut. Matanya membulat dan bibirnya bergerak dengan lucu ketika dia menanyakan kebenarannya.

"Benarkah? Kita ada di bawah laut?" Tanya Naraya tidak percaya, wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa antusias yang dia rasakan saat ini.

Liam kemudian meraih tangan Naraya dan menempelkannya ke permukaan kaca tebal yang dibaliknya adalah samudera tanpa batas dimana para biota laut hidup bebas.

"Iya." Jawab Liam. "Dibalik ini merupakan tempat hidup biota laut, seandainya kamu bisa melihat hal ini sekarang, kamu akan melihat berbagai macam jenis ikan disini."

"Ceritakan padaku…" Pinta Naraya.

Kali ini Liam mengabulkan permintaannya, dia menjelaskan dengan sabar seluruh makhluk laut yang ada disana, mulai dari ukuran, warna, jenis dan segala detail yang dapat membantu Naraya untuk mengimajinasikannya di dalam kegelapan di hadapannya.

Semakin Liam menjelaskan semua itu, tubuh mereka semakin dekat hingga Naraya dapat mencium aroma maskulin dari tubuh pria di belakangnya.

Hatinya berdebar kembali.

Sebetulnya, ada dua hati yang berdetak cepat seolah berlomba, hanya saja mereka tidak menyadari, terlalu hanyut dalam situasi.

Liam kemudian merehatkan dagunya pada pundak Naraya sambil terus menjelaskan, posisinya kini sudah separuh memeluk gadis yang terasa sangat kecil dalam dekapannya.

Aroma shampoo yang ia pakai merupakan aroma baru yang Liam tidak pernah sadari, namun kini ia menyukainya.

Jika di bandingkan dengan parfume mahal yang di semprotkan wanita- wanita yang pernah bersamanya, hanya untuk menunjukkan betapa berkelasnya mereka walaupun pada akhirnya hanya akan berakhir di ranjang Liam sebagai pemuas naffsunya, Liam lebih menyukai harum tubuh Naraya yang terasa menenangkan.

Bersama Naraya mengingatkan pada dirinya di masa lalu ketika dendam belum memenuhi jiwanya dan raganya masih bersih belum menyentuh dosa.

Hidup yang tenang bersama dengan ibunya. Saat ia masih merasakan betapa mudahnya hidup. Baru kali ini Liam menyadari kalau dirinya merindukan masa- masa itu.

Suara terkejut Naraya yang natural dan tidak terkesan dibuat- buat merupakan hal menyenangkan untuk di dengar.

Makan malam mereka berlangsung dengan menyenangkan, walaupun fokus Liam adalah pada Naraya, dia mendeskripsikan apapun yang Naraya tanyakan padanya dengan sangat detail.

Membuat senyum gadis itu terlihat lebih manis dari wine di tangannya.

Perasaan itu bahkan masih terasa kuat saat mereka berdua sampai di cottage dan berganti pakaian, bersiap untuk tidur.

Tentu saja Naraya kembali mengenakan kaos dan celana boxer milik Liam, tidak mungkin dia membiarkan gadis ini mengenakan lingerie dengan warna menantang yang nenek Asha telah persiapkan untuknya.

Tapi, walaupun waktu sudah melewati tengah malam, keduanya masih tidak bisa terlelap tidur, rasanya sayang untuk mengakhiri malam ini.

Bantal yang di tumpuk di tengah oleh Naraya merupakan satu- satunya yang membatasi mereka berdua di atas ranjang besar ini.

Deburan ombak dan sayup angin malam terdengar dari arah balkon.

"Liam?" Panggil Naraya.

"Hm?" Liam bergumam dengan mata terpejam.

"Sudah tidur?" Bisik Naraya.

Liam tersenyum. Bagaimana mungkin dia tidur kalau tadi dia menjawab panggilannya? Tapi, Liam tetap membalas pertanyaan Naraya. "Belum."

Tidak ada jawaban.

Kemudian Liam merasakan Naraya bergerak mendekat ke arahnya yang membuat Liam membuka mata dengan waspada.

Tidak kah gadis ini takut mendekatinya di dalam ruangan gelap dengan hanya ada mereka berdua? Biar bagaimanapun juga Liam adalah lelaki dewasa dan dia rasa dia sudah cukup menahan diri, tidak perlu mendapat godaaan lagi, bukan?

Lalu terdengar suara Naraya yang lembut dan sedikit serak, sangat dekat dengannya.

Liam kemudian menoleh untuk melihat apa yang di lakukan gadis ini dan mendapati Naraya sedang merebahkan kepalanya di atas bantal yang ia tumpukkan untuk memisahkan jarak di antara mereka.

Wajah Naraya begitu dekat, hanya sebatas pundak Liam, ia bahkan dapat melihat bulu mata Naraya yang lentik dan bibir mungilnya ketika ia mulai berbicara.

"Kamu menyuruhku untuk tidak menyukaimu dan bahkan mengatakan hal- hal yang sangat menyakitkan, tapi di saat bersamaan kamu juga bersikap sangat baik padaku dan membuat ku bahkan lebih menyukaimu."

Naraya berkata dan Liam mendengarkan dengan seksama.

"Dan kini, kamu membawaku terbang di atas langit sana dan mengajakku makan di restaurant bawah laut. Memperlakukanku dengan sangat baik. Lalu bagaimana aku bisa tidak menyukaimu?"

avataravatar
Next chapter