63 HATI HATI YANG DISAKITI

I fell in love with you,

because of a million tiny things,

you never knew

you were doing.

***

Liam tengah memaggut bibir wanita yang berada dalam pelukannya, bukan Rachel, tapi wanita lain lagi.

Ini merupakan siklus yang terjadi secara terus- menerus, sejak dari awal Raka mengikuti Liam. Ini sudah menjadi kebiasaan dari bossnya.

Tapi, walaupun begitu, Raka tidak bisa memungkiri kalau Liam sudah bertindak keterlaluan.

Sebelumnya mungkin Raka tidak terlalu peduli akan apa yang Liam lakukan, karena pada dasarnya dia tidak menyakiti ataupun mengkhianati siapapun.

Tapi, sekarang kasusnya berbeda.

Raka tahu kalau Liam telah berjanji pada Naraya untuk makan malam bersama dan bahkan memesan makanan untuk mereka berdua, tapi kenapa pada akhirnya Liam justru memilih untuk pergi dan bercinta dengan wanita lain?

Raka melirik jam digital yang terpampang di dekat speedometer mobil, yang menunjukkan pukul 10.21 malam.

Memang ini adalah waktu yang terlalu malam untuk sebuah makan malam, tapi dengan Naraya yang menunggu kedatangan Liam di apartment, sudah pasti anak itu juga belum makan.

Tidak terpikirkah Liam kesana? Sejauh apa Liam akan menyakiti gadis itu dengan sikapnya yang tidak peduli dan seenaknya?

Dari luar, Liam memang terlihat tidak peduli, walaupun pada kenyataannya dia mendengarkan percakapan Raka dengan Naraya, di sela- sela ciiumannya yang panas pada wanita barunya.

Tatapan Raka yang dipenuhi dengan ketidaksetujuan pun tidak luput dari pengamatan Liam, di dapat merasakan Raka sedang berada di mood yang tidak baik setelah menerima telepon dari Naraya.

Tapi, apa peduli Raka? Raka hanyalah bawahannya yang tidak seharusnya mencampuri ataupun mengkritik hidup Liam, karena itu tidak termasuk dalam daftar pekerjaannya.

Tapi, tetap saja Liam merasa terganggu dengan kehadiran Raka, seolah dengan keberadaannya di sana, ia sedang mengkritik apa yang tengah Liam lakukan.

"Berhenti." Liam melepaskan ciiuman dan pelukannya pada wanita barunya, dia terlihat terengah- engah dengan rambut yang berantakan dan pakaian yang sudah hampir tidak karuan bentuknya.

Ini merupakan kali pertama, Raya memiliki kesempatan untuk berdekatan dengan Liam. Walaupun rumor mengatakan hubungan dirinya dengan pebisnis muda ini hanya akan berlangsung seumur jagung, Raya tidak peduli akan hal itu.

Dia akan berusaha untuk membuat pria ini terpikat oleh dirinya, tapi Raya tidak menyangka, Liam begitu buas dan kasar saat mereka bersama.

Tidak ada sesuatu hal pun yang lembut dari dirinya. Segala sesuatunya Liam lakukan dengan kasar dan seolah pasangannya tidak berhak mengatakan hal sebaliknya.

Liam terlalu mendominasi dan memimpin setiap permainan.

Namun, hal itu jugalah yang membuat para wanita tergila- gila padanya, seperti laron yang mengerubungi lampu, walaupun tahu mereka akan mati, tapi tetap saja mereka mendekati sang cahaya.

Mobil mewah yang di supiri Raka tersebut menepi di bahu jalan, mengikuti permintaan Liam.

"Keluar." Liam berkata seraya dia sendiri pun keluar dari mobil. Begitu mereka berdua sudah di luar, Liam kemudian berkata pada Raka. "Kamu bisa memanggil Randi untuk menjemputmu disini."

Setelah berkata seperti itu, Liam kemudian masuk dan duduk di belakang kemudi, menutup pintu dan melajukan mobil tersebut dengan kecepatan sedang, meninggalkan Raka sendirian di tepi jalan.

Raka tidak habis pikir mengapa tiba- tiba sikap Liam seperti itu, tapi ia tidak ingin memikirkan hal ini terlalu jauh dan menambah beban di otaknya.

Urusan pribadi Liam bukanlah urusannya. Batin Raka, mengingatkan dirinya sendiri.

Kemudian dia mengeluarkan ponselnya, menelepon bawahannya untuk menjemputnya disana.

"Randi, bisa tolong jemput saya di…"

# # #

Di ruangan yang temaram, di atas ranjang mewah dengan balutan selimut lembut dan sprei putih yang terlihat sudah acak- acakkan, ada dua orang anak manusia yang berlomba mendaki puncak kennikmatan.

Sang wanita matanya, menikkmati setiap siksaan yang pria tersebut berikan. Dia merasa dirinya tidak akan sanggup lagi apabila pria ini tidak berhenti.

Entah sudah berapa kali ia kennikmatan itu timbul dan terlepas dari tubuhnya yang berselimut keringat walaupun ruangan tersebut cukup dingin, tapi tetap saja tidak dapat mengalahkan rasa panas dari tubuhnya… dari tubuh mereka yang bersatu…

Liam seperti orang gila yang melakukan hal itu lagi dan lagi, seperti seseorang yang tidak mengenal kata berhenti ataupun berempati pada wanita yang telah terkulai tak berdaya…

Ini bukanlah hal yang pernah Raya alami ataupun ia bayangkan. Dia tidak tahu kalau Liam dapat melahapnya tanpa ampun, seolah ia hanyalah pelampiasan atas rasa yang pria itu pendam.

Entah itu adalah frustasi, depresi atau… entahlah…

Raya merasa Liam tengah melampiaskan semua itu pada dirinya. Ini bukan hubungan romantis yang Raya harapkan saat pada akhirnya Liam menerima teleponnya dan setuju dengan hubungan mereka.

'Kamu wanitaku di atas ranjang' Tepat kata- kata itulah yang Liam katakan pada Raya.

Liam membuat jelas hubungan mereka sejak awal. Take it or leave it.

Liam tidak akan memaksa dan tujuannya sangat jelas mengenai apa yang dia inginkan dan apa yang tidak.

Para wanita itu saja yang selalu berpikir mereka dapat merubah sifat Liam ini dengan kecantikan, kata- kata lembut serta dengan cara menawarkan tubuh mereka.

Wanita- wanita itu saja yang terus memperdaya diri mereka sendiri, mempercayai bahwa Liam sebenarnya hanya membutuhkan seseorang untuk melunakkan hatinya.

Dan mereka percaya, orang tersebut adalah mereka…

Berhasil menaklukan sang CEO dingin merupakan suatu pencapaian yang luar biasa bukan? Ada kebanggaan tersendiri dalam diri mereka apabila mereka dapat melakukan hal tersebut.

Dan seluruh wanita yang Liam kencani berpikir demikian.

Termasuk wanita malang yang hampir kehabisan nafas di saat Liam pada akhirnya mencapai batas yang dia inginkan, tubuhnya bergetar dan nafasnya menjadi lebih dalam ketika dia berbisik dengan sangat lembut.

Satu- satunya hal lembut yang ia bisikkan pada Raya malam itu adalah; "Gayatri…"

Sebuah nama asing yang membuat mata Raya terbuka nyalang. Itu bukan namanya dan bukan juga nama wanita sebelumnya.

"Gayatri…" Sebut Liam sekali lagi, kali ini dengan lebih jelas…

Kerinduan, tergambar jelas dalam setiap dessahan nafas Liam dalam menyebut nama perempuan itu.

Raya tersakiti, bukan hanya tubuhnya… tapi, hatinya…

Walaupun yang ada di antara mereka hanyalah kesepakatan dan kepuasaan semata, tapi tetap saja, mendengar pria yang tengah menidurimu membisikkan nama wanita lain merupakan mimpi buruk.

Malam itu, bukan hanya Raya yang tersakiti oleh keegoisan Liam, tapi ada seorang perempuan lain yang merasakan perasaan tidak nyaman yang sama.

Gadis itu tertegun, menunduk sambil menggenggam ponsel di tangannya, menanti sebuah panggilan yang tidak kunjung ada.

Berpegang pada janji yang bahkan tidak di anggap serius oleh si pemberi janji.

Naraya tidak bisa menjelaskan apa yang dia rasakan saat ini, kecuali sesak di dada.

"Mungkin dia sibuk…" Naraya berucap lirih pada ruang kosong di sekitarnya sambil menyeka matanya sebelum butiran seperti embun itu jatuh membasahi pipinya dan menegaskan luka yang telah tertoreh di hatinya.

avataravatar
Next chapter