33 DIA BERLUTUT DIHADAPANNYA

Tentu saja tindakan Liam ini membuat Naraya sangat terkejut, tidak ada seorangpun yang pernah melakukan hal ini terhadapnya.

Pertama, Liam mencium bibirnya dan sekarang dia mencium punggung tangannya di depan nenek asha dan tante Bianka, padahal sebelumnya dia sendiri yang mengatakan kalau jangan sampai Naraya menyukai dia, Liam bahkan tadi memperlakukannya dengan kasar saat Naraya ingin menolak permintaan nenek Asha, tapi kenapa sekarang Liam justru memperlakukannya seperti ini?

Apakah Liam menganggap apa yang dia lakukan saat ini hanyalah sebuah gurauan? Atau ini hanyalah kepura- puraan dia saja di depan keluarganya? Sikap Liam membingungkan Naraya.

Di sisi lain, melihat bagaimana Liam memperlakukan Naraya membuat tante Biank shock! Bagaimana tidak? Walaupun mereka tidak terlalu dekat, tapi sikap dingin Liam sudah merupakan rahasia umum bagi siapa saja yang berinteraksi dengan dirinya.

Tapi, kini di depan mata tante Bianka dan nenek Asha, Liam mencium tangan seorang gadis muda yang bahkan, menurut pendapat tante Bianka pribadi, tidak layak di sandingkan dengan pria seperti Liam.

Ini merupakan kali pertama tante Bianka melihat Liam bertindak sangat impulsif. Apakah yang Asha katakan benar? Kalau Liam menyukai Naraya dan memperlakukannya dengan berbeda?

Pada awalnya tante Bianka tidak percaya, tapi setelah melihat apa yang Liam lakukan saat ini, tentu saja ini membuatnya kembali mempertanyakan penilaiannya terhadap hubungan Liam dan Naraya.

"Kamu itu ya, sudah berani cium- cium segala!" Nenek Asha berjalan menuju Liam dan Naraya, berkata dengan suara bernada tinggi, tapi tidak bisa menutupi perasaan senang yang menari di matanya ataupun senyum dari bibirnya.

Liam tersenyum melihat ekspressi neneknya, yang berusaha untuk menunjukkan kekesalannya pada tindakan Liam, tapi tidak berhasil karena Liam sangat mengetahui cara- cara sederhana untuk menyenangkan hati neneknya ini.

"Naraya tidak apa- apa?" Kali ini nenek Asha yang bertanya lembut pada Naraya.

Naraya yang dikejutkan oleh pertanyaan nenek Asha yang diarahkan pada dirinya, segera menarik pikirannya dari keterkejutan sikap Liam baru saja.

"Iya… tidak apa- apa nek." Jawab Naraya separuh bergumam.

"Tapi, kenapa wajah kamu memerah?" Tanya nenek Asha dengan usil, melihat rona wajah Naraya yang memang telah berubah warna.

"Oh…" Tanpa Naraya sadari, dia menyentuh pipinya yang hangat. "Ini… make up…" Naraya berusaha beralasan, menutupi rasa malunya dan berharap hal ini tidak membuat wajahnya semakin bertambah merah.

Mungkin Naraya tidak mengetahui hal ini, tapi dia merupakan gadis yang akan dengan mudah tersipu apabila diperlakukan seperti itu.

Semburat merah di wajah Naraya tentu saja sesuatu yang sudah Liam duga sebelumnya, dia sempat melihat hal ini saat dia pertama kali mencium Naraya, saat itu, wajahnya jauh lebih merona daripada ini.

Sebetulnya Naraya terlihat sangat cantik dan anggun dalam balutan gaun pengantin sederhana milik nenek Asha, tapi Liam sudah pernah melihat wanita yang jauh lebih cantik daripada dirinya dan jauh lebih anggun daripada Naraya, jadi hal ini tidak membuatnya terlalu terkejut.

Tapi, harus Liam akui kalau tidak ada satupun dari wanita- wanita cantik dan seksi yang pernah dia temui, yang memiliki aura sangat polos seperti Naraya, seperti anak kecil yang tidak berdosa.

Bisa dikatakan, Naraya saat ini seperti sebuah kanvas putih yang membuat Liam enggan untuk menorehkan kuas di atasnya.

"Oh, make up…" Nenek Asha sengaja mengatakannya lamat- lamat sambil melirik Liam dengan penuh arti. "Jadi, bagaimana menurutmu dengan gaun ini?" Tanyanya pada Liam.

"Sangat serasi." Jawab Liam dengan suara khas nya yang berat.

"Ya, tapi ada beberapa bagian yang harus dikecilkan." Tante Bianka berjalan mendekati mereka sambil menepuk tangannya untuk menarik perhatian ketiga orang tersebut. "Tubuh Naraya jauh lebih kecil dan berbentuk daripada kamu dulu, kak." Ujar Bianka dengan nada menggoda, mengindikasikan kalau nenek Asha memiliki badan yang tidak proporsional saat mengenakan gaun tersebut.

"Apa maksudmu?" Nenek Asha memukul lengan Bianka dengan kesal dan membuat adik sepupunya ini tertawa- tawa senang.

Selama fitting baju berlangsung, Liam bersikap proaktif dengan membantu Naraya berdiri di atas sepatu berhak tinggi yang tidak biasa dia kenakan dan membantunya untuk menyeimbangkan tubuhnya ketika berjalan.

Seandainya semua ini bukanlah hanya kepura- puraan Liam saja, Naraya tidak bisa membayangkan betapa bahagianya dirinya, memiliki seseorang yang begitu peduli padanya dan begitu lembut menghadapinya.

Tapi, apa boleh buat ketika kenyataan berkata lain dan Naraya harus terus mengingatkan hatinya agar tidak terlalu jauh tenggelam dalam pesona Liam yang semu.

Saat Naraya merasa nenek Asha dan tante Bianka sedang membicarakan mengenai gaun pengantin yang akan di kenakan Naraya dan mengusulkan beberapa perubahan di beberapa bagian dari gaun tersebut, tangan Naraya meraih Liam yang berdiri tepat di sebelahnya.

"Bisa bicara berdua sebentar?" Tanya Naraya seraya berbisik, dia tidak tahu seberapa jauh nenek Asha dan tante Bianka berada dan apakah mereka berdua dapat mendengarnya, oleh karena itu Naraya mengecilkan volume suaranya saat menarik lengan Liam untuk mendapatkan perhatiannya.

Melihat ekspresi khawatir di wajah Naraya, membuat Liam mengerti kalau ada sesuatu hal yang bersifat rahasia yang ingin gadis ini sampaikan padanya.

"Nek, kalau sudah selesai, Liam akan mengantar Naraya ke ruang ganti, sepertinya dia sudah tidak nyaman dengan pakaian yang dia kenakan." Liam berkata pada nenek Asha yang sedang asyik berbincang dengan Bianka hingga sampai melupakan Naraya yang masih berdiri di atas sepatu berhak tingginya.

"Oh, maaf. Sampai lupa… iya, sudah selesai kok." Ucap tante Bianka.

"Iya, tolong antar Naraya ya." Jawab nenek Asha yang kemudian asyik memperdebatkan bagaimanabaju tersebut akan di model kembali tanpa terlihat mengubah keseluruhan gaun tersebut.

Liam kemudian meraih tangan Naraya dan mengantarkannya dengan hati- hati menuju ruang ganti, dimana dia meminta seluruh pegawai tante Bianka untuk keluar dan meninggalkan mereka berdua saja.

Setelah hanya ada mereka berdua di dalam ruangan dan setelah Naraya mendengar suara pintu yang tertutup, dia segera menunduk untuk melepas high heel tersebut.

Karena Naraya merasa bagian dadanya yang terlalu terbuka, dia menutupinya dengan telapak tangan kiri sementara tangan kanannya berusaha membuka kaitan di high heel nya, namun hal ini membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh.

Untung saja Liam, yang berada tepat di hadapannya dengan sigap menahan tubuhnya sebelum kepala Naraya membentur meja kecil di sebelahnya.

Lalu dengan helaan nafas yang panjang, Liam berkata dengan suara yang tenang. "Berpegangan padaku."

Sesaat setelah Liam mengatakan hal tersebut, Naraya merasakan Liam meletakkan tangan kirinya di atas bahunya yang lalu kemudian turun bersamaan dengan Liam yang berlutut di hadapannya untuk melepaskan kaitan high heel yang Naraya kenakan.

Hal yang membuat Naraya tidak percaya adalah, Liam benar- benar berlutut di hadapannya dan meletakkan kakinya di atas pahanya seraya membebaskan kaki Naraya dari high heel yang ia kenakan.

avataravatar
Next chapter