"Oh, iya…" Naraya kemudian memegang piringnya dan mulai menyendokkan nasi kedalam mulutnya dengan hati- hati, dia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri karena cara makannya yang berantakan.
Namun Liam dengan tenang mengusapkan tisu ke sudut bibir Naraya yang terpoles saus. Tindakan Liam membuat Naraya terkesiap dan hampir menjatuhkan sendok di tangannya.
"Kamu… kamu gak makan?" Tanya Naraya terbata- bata untuk mengalihkan degup jantung yang bergemuruh di dalam dadanya.
Naraya tidak terbiasa mendapatkan perlakuan seperti ini, setelah neneknya, hanya mbak Minah saja yang memperlakukan Naraya dengan baik.
"Aku makan." Liam menjawab dengan tenang.
Liam dapat mengatur waktu yang tepat antara menyuapi Naraya dan memakan makanannya sendiri. Saat Naraya sedang mengunyak makanannya maka Liam akan menyuap makanannya sendiri.
Setelah itu Liam akan menyiapkan lauk selanjutnya untuk Naraya dan begitu dia selesai mengunyah akan ada udang yang telah di kupas ataupun kerang yang sudah di keluarkan dari cangkangnya, menyentuh bibir Naraya.
Naraya bingung akan sikap Liam yang begitu baik padanya, padahal saat mereka bertemu di kantornya tempo hari, Liam begitu tega mengatakan dia akan membawa perempuan lain ke dalam rumah mereka dengan lantang dan membuat Naraya sakit hati.
Apakah karena keberadaan nenek Asha maka dari itu dia menahan diri? Raka telah memberitahu Naraya kalau hanya nenek Asha lah sosok yang paling di hormati oleh Liam di keluarga Prihadi.
Atau apakah kata- kata Liam saat itu hanya merupakan emosi sesaat saja? Karena dia tidak menginginkan pernikahan ini sehingga dia berusaha mencari cara untuk membuat Naraya kesal?
Tapi, biar bagaimanapun juga, Naraya tidak bisa menolak Liam melakukan hal ini…
Pertama, karena terlepas dari apapun motif Liam untuk memperlakukannya dengan sangat baik, Naraya menikmati perhatian yang di tujukan Liam pada dirinya.
Kedua, karena Naraya tidak mungkin makan sendiri.
Ketiga, karena nenek Asha sedang memperhatikan mereka.
Sebetulnya, dua alasan terakhir hanya merupakan pembenaran saja bagi Naraya, karena alasan dia yang sebenarnya adalah; karena dia menikmati perhatian khusus Liam.
Naraya mulai mempelajari kebiasaan makan keluarga Prihadi. Saat mereka mulai makan, tidak ada obrolan ataupun komentar yang keluar dari mulut mereka kecuali bila terpaksa.
Acara makan berlangsung dengan sunyi dalam diam dan ini membuat Naraya tidak terbiasa.
Tapi, setelah beberapa saat, Naraya sudah merasa kenyang dan mendorong piringnya menjauh dari dirinya...
"Aku sudah selesai." Ucap Naraya lembut.
"Kamu makannya sedikit sekali ya." Sahut Liam sambil menyodorkan daging udang yang telah di kupas olehnya, tidak memperdulikan kata- kata Naraya sama sekali.
Naraya mau tidak mau memakannya lagi dengan dahi berkerut karena dia benar- benar sudah kenyang. Di rumah tante Utari Naraya tidak terbiasa makan banyak karena kalau Ara atau Angga melihatnya mereka akan langsung meledek Naraya dengan kata- kata kasar.
Maka dari itu, apabila tidak terlalu lapar, Naraya lebih memilih berdiam diri di dalam kamarnya setelah membantu mbak Minah membereskan seluruh rumah, atau paling mbak Minah yang akan mengantarkan makanan bila Ara atau Angga berada di rumah.
"Aku sudah…" Naraya baru akan membuka mulutnya untuk meminta Liam berhenti, ketika mulutnya lagi- lagi tersumpal daging udang yang telah di kuliti oleh Liam.
Kali ini sudah kali keempat Liam melakukan hal yang sama dan ini sudah tidak lucu lagi bagi Naraya.
Naraya kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya untuk mencegah Liam memasukkan sesuatu ke mulutnya lagi tanpa mempedulikan penolakannya.
"Aku sudah kenyang." Protes Naraya begitu dia berhasil menelan udang tersebut dengan nada yang sedikit meninggi karena kesal, sejenak melupakan kehadiran nenek Asha, tapi begitu Naraya menyadari nada suaranya yang tidak sepantasnya itu, dia mengulanginya dengan lebih pelan. "Aku sudah kenyang…"
Melihat Reaksi Naraya membuat Liam teringat akan ciuman mereka saat pertama kali bertemu, reaksi Naraya pun sama. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya seperti yang sekarang dia lakukan, dan hal ini sangatlah lucu menurut Liam.
Setidaknya, gadis buta ini dapat menghiburnya dengan tindakannya yang lucu, daripada membuatnya kesal dengan menambah beban pikirannya.
Mungkin Amira tidak berpikir kalau Naraya memiliki sifat seperti ini.
Masih menjadi misteri bagi Liam bagaimana Amira dapat memilih Naraya ataupun mengenal salah satu keluarganya. Karena biar bagaimanapun juga, sangat aneh bagi Amira untuk mengenal keluarga dari kalangan menengah kebawah seperti Naraya.
Dan mengapa Naraya yang di pilih? Terlepas dari kekurangan yang dia miliki, Naraya merupakan gadis yang pantas bila di lihat dari segi fisik dan prestasi. Ya, Liam telah melihat nilai- nilai Naraya, dan bisa dikatakan dia merupakan gadis yang pintar.
"Oke." Jawab Liam, kali ini memfokuskan dirinya pada makanannya sendiri.
Nenek Asha dapat bernafas dengan lega setelah melihat interaksi di antara keduanya dan tersenyum dengan senang, karena jarang sekali nenek Asha melihat Liam menjahili seseorang seperti yang dia lakukan pada Naraya.
"Nenek mau ke toilet sebentar." Pamit nenek Asha kemudian berkata tanpa suara pada Liam; 'Jangan ganggu dia!', di sertai dengan tatapan memperingatkan, seolah dia marah, tapi yang nenek Asha rasakan adalah sebaliknya.
Liam mengangguk dan membentuk tanda 'ok' dengan jarinya.
Setelah kepergian nenek Asha, Naraya memutar badannya untuk berbicara dengan Liam mengenai sikapnya yang tidak biasa tadi.
"Liam… aku…" Namun sebelum Naraya dapat menyampaikan pertanyaannya, terdengar nada dering dari ponsel Liam yang dia letakkan begitu saja di atas meja.
Tanpa mengindahkan Naraya yang separuh jalan untuk menyampaikan kalimatnya, Liam mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya.
Suasana restaurant yang lengang dan tidak terlalu ramai memungkinkan Naraya untuk mendengar suara penelepon tersebut dan Liam tidak sedikitpun berusaha untuk menjauh saat ia menerima panggilan itu.
Naraya dapat mendengar dengan jelas suara wanita di ujung lain sambungan telepon. Hatinya berdegup keras saat ia mendengar pembicaraan mereka.
'Sayang, aku ada di butik di seberang restaurant tempat kamu makan.' Suara wanita tersebut terdengar manja. 'Aku lihat nenek kamu sedang tidak ada di tempat, jadi aku menelepon.'
"Ada apa?" Tanya Liam dengan nada suara yang monoton.
Wanita ini adalah Rachel dan Liam sudah mengencaninya hampir tiga minggu, waktu yang cukup lama apabila harus di bandingkan dengan wanita- wanita sebelumnya.
Walaupun begitu, ini bukan karena Liam mulai menyukai Rachel, tapi Liam terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk melihat perempuan lain yang dirasanya cocok sebagai pengganti Rachel.
'Aku Cuma mau tahu… siapa anak kecil di sampingmu itu?' Tanya Rachel dengan nada tidak suka, dia menatap Naraya dari kejauhan dengan tatapan tidak suka.
Naraya yang mendengar hal tersebut, semakin menundukkan kepalanya dengan malu. Anak kecil?
"Calon isteriku." Jawab Liam dengan lugas.
maaf ya, karena ada hal lain yang harus author kerjakan, jadi up date per harinya di kurangi jadi 1 chapter per hari setiap jam 13.00 wib...
minggu depan tanggal 23 maret akan kembali menjadi 2 chapter perhari.
terimakasih.
terus dukung cerita ini dengan vote, komen dan review ya...
thank you lovely readers!
((^o^))