8 BALAS DENDAM YANG KETERLALUAN

Utari dan Ara terkejut saat mereka mendengar suara Barata yang keras saat ia baru saja mengetahui kekurangan Naraya. Terutama tante Utari yang gelagapan menghadapi tatapan tajam dari Barata, pria tua yang sudah di usia 70- an namun masih terlihat gagah dan bugar.

"Saya… saya pikir…" Tante Utari terbata- bata untuk menjelaskan, karena dirinya sendiripun tidak mengerti mengapa Naraya bisa dipilih untuk menjadi menantu dari keluarga konglomerat ini.

Utari berkali- kali melirik Rafael di sebelahnya meminta bantuan pria itu agar menjelaskan situasi mereka, karena Rafael lah yang telah datang menemuinya dan mengajukan proposal pernikahan tersebut.

Tapi, sebelum Utari bisa berkata apapun dan Rafael dapat menjelaskan situasi tersebut, Barata meneriakkan nama menantunya dengan suara yang tidak kalah keras dan tajam dengan diselimuti amarah. "AMIRA!"

Perempuan yang disebutkan namanya beranjak berdiri dengan senyum manis yang tetap tersungging di sudut bibirnya, seolah ia tidak perduli akan kemarahan Barata.

Amira berjalan dengan anggun menghampiri keributan kecil di dalam ruangan, lalu dengan tanpa kata- kata, ia berjalan melewati Liam, yang berdiri tidak perduli dengan lengan terlipat di depan dadanya, seolah ia hanyalah penonton dan bukan bagian yang terlibat dalam keributan kecil tersebut.

Amira berjalan terus melewati Barata, Asha dan suaminya, Narendra. Matanya hanya tertuju pada satu sosok, yaitu Naraya yang berdiri dengan canggung dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan keadaan yang mulai tidak terkendali, dimana kemarahan dan keterkejutan sangat kental terasa.

Naraya menundukkan kepalanya seolah ia dapat melihat amarah Barata dan tatapan menuduh dari orang- orang disekitarnya, walaupun kenyataannya tidak.

Dia menggigit bibirnya dengan cemas sambil menggenggam tangannya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang mengalir di darahnya, saat ia merasakan seseorang menyentuh pundaknya dan memposisikan dirinya di depan orang tersebut.

Suara yang lembut dan harum parfume mahal yang datang dari arah belakang Naraya mengindikasikan kalau Amira lah yang telah membuatnya berdiri menghadapi orang- orang di hadapannya, entah siapa, yang sepertinya tidak menyukai keberadaan Naraya.

"Perkenalkan semuanya… ini adalah Naraya Neena Paradina." Amira berkata dengan lembut sambil tersenyum dengan bahagia, seolah ia baru saja menemukan menantu paling ideal. "Naraya adalah calon istri yang Amira telah pilihkan untuk Liam." Ucapnya.

Sontak hal ini membuat seluruh keluarga Prihadi terkejut dan berang.

Mereka tidak mempermasalahkan dengan perbedaan status antara Naraya dan Liam, kalaupun Naraya merupakan seorang gadis dari desa sekalipun Barata tidak akan keberatan, ia sudah menduga kalau Amira tidak mungkin memilihkan seorang menantu yang 'benar' untuk Liam, karena permasalahan bertahun- tahun yang lalu.

Dan juga Liam bukanlah darah daging Amira, Barata mengerti kalau menantunya ini ingin balas dendam atas pengkhianatan yang dilakukan Narendra, dan keberadaan Liam tidak memperbaiki keadaan, karena dengan melihatnya, merupakan pengingat yang konstan atas rasa sakit yang Amira alami.

Barata mengerti semua hal itu dan dapat memahami gadis pilihan Amira dan akan menerimanya.

Namun, Amira memilih seorang gadis yang memiliki kekurangan fisik sebagai calon menantunya! Apa kata orang nanti? Gadis seperti ini akan sulit bersosialisasi dan akan merepotkan!

Itu sama saja menorehkan kotoran ke nama baik keluarga Prihadi!

Barat melirik seorang gadis lain yang berdiri di belakang Utari, Ara. Jika harus memilih, Barata tentu saja akan memilih gadis itu ketimbang Naraya, walaupun Ara tidak secantik Naraya, tapi setidaknya ia dapat melihat dan bergaul dengan baik.

"Tidak! Ayah tidak setuju!" Tolak Barata tegas, ia mengepalkan tangannya untuk menahan amarah yang bergejolak di dadanya. "Pilih perempuan lain!"

Di sisi lain Naraya merasakan penolakan keras Barata dan tatapan tidak setuju dari orang – orang di sekitarnya, namun bukan itu yang membuatnya terkejut dan tidak bisa berkata- apapun, kata- kata Amira yang mengatakan bahwa ia akan menjadi calon istri seseoranglah yang paling tidak ia mengerti.

Bagaimana mungkin ia menjadi istri seseorang yang bahkan belum pernah ia temui sama sekali? Apa maksud tante Utari tiba- tiba membawanya ke pertemuan seperti ini? Apakah maksudnya untuk menjodohkan Naraya dengan orang lain?

"Rafael, bawa mereka ke ruangan lain." Ucap Asha ketika melihat emosi Barata sudah hampir tidak terkendali, tanpa memandang keluarga Utari sama sekali.

Rafael memenuhi perintah tersebut ketika ia melihat Amira mengangguk, menyetujui hal yang sama.

"Silahkan di sebelah sini." Ucap Rafael yang lalu membantu Naraya untuk berjalan ke arah pintu keluar, karena Utari dan Ara seolah melupakan keberadaannya saat mereka berjalan dengan kesal keluar dari ruangan itu, merasa dipermalukan.

Mata Liam mengikuti punggung Naraya yang terbuka saat ia membalik badannya untuk berjalan pergi.

Sepertinya apa yang Raka telah laporkan padanya, benar adanya kalau Naraya tidak diperlakukan dengan baik di keluarga Utari.

Mereka tidak peduli pada Naraya ataupun berpikir dengan waras, karena tidak mungkin Naraya yang pemalu memilih pakaian yang agak terbuka, yang hampir menampilkan seluruh punggunggnya.

Pakaian tersebut pasti dipilihkan Utari karena berpikir calon suami Naraya akan tertarik dengan kulit mulus Naraya.

Liam mendengus. Dia memiliki banyak wanita yang dapat ia panggil dan nikmati kapanpun, dan semuanya jauh lebih cantik daripada Naraya dan terlebih lagi mereka dapat melihat siapa yang mereka hadapi, tidak seperti Naraya yang harus dituntun kemanapun.

Merepotkan. Pikir Liam.

Tapi sebuah senyum tersungging di sudut bibir Liam melihat ketegangan yang muncul di antara Amira dan Barata.

Sebetulnya hal ini sudah di duga oleh Liam, karena tidak mungkin kakeknya ini menyetujui pilihan Amira.

Perdebatan ini akan berlangsung seru. Cemooh Liam dalam hati.

"Amira! Ayah mengerti apa yang kamu rasakan, dan ayah akan menerima siapapun menantu pilihanmu, tapi tidak seperti ini! Dengan memilih gadis seperti itu, kamu sama saja merusak citra keluarga! Apalagi dia buta dan terlihat tidak berpendidikan…" Barata menurunkan suaranya saat mengatakan kalimat terakhir tersebut.

Ia merasa menjadi orang yang picik karena menilai seseorang secara fisik, namun begitulah manusia dan Barata pun salah satu manusia yang mementingkan penampakan luar dan omongan orang- orang di sekitarnya.

Senyum Amira tidak bergeming saat ia mendengar Barata, justru ia mengertakkan giginya dengan angkuh sambil berkata. "Lima belas tahun! Amira menunggu saat ini selama lima belas tahun!" Katanya dengan suara bergetar menahan emosi.

Amira kemudian melangkah mendekati Barata dan Narandra, lalu menatap mereka satu persatu.

"Ayah bicara mengenai merusak citra keluarga?! Bukankah anak ayah, yang pertama kali merusak citra dan nama baik keluarga Prihadi?!" Amira menunjuk Narendra dengan mata berapi- api. "Dia telah menyelingkuhi Amira dan membawa anak haramnya pulang kerumah dan menjadikan anak tersebut penerus dari keluarga Prihadi!"

Amira kemudian menatap Liam dengan bengis, seolah dendam dihati Amira tidak akan pernah surut pada Liam.

"Memaksa Amira untuk melihatnya setiap hari merupakan siksaan yang harus Amira jalani selama lima belas tahun! Apakah ada yang mengerti bagaimana perasaan Amira!?" Teriaknya dengan sengit.

avataravatar
Next chapter