39 APA YANG TERJADI PADA NARAYA MALAM INI

Naraya menangis tanpa henti di pelukan Raka hingga membuat assistant pribadi Liam tersebut merasa kasihan tapi juga merasa segan.

Karena biar bagaimanapun juga, Naraya adalah calon isteri dari boss nya dan sangat tidak pantas apabila mereka berdekatan seperti ini.

Namun, mana mungkin Naraya memikirkan hal tersebut dimana dirinya tengah terguncang atas apa yang baru saja dia alami.

Selain mbak Minah, Raka merupakan orang yang Naraya percaya, dia menganggapnya sebagai seorang kakak yang tidak akan pernah dia dapatkan.

Mungkin Raka hanya bersikap baik pada Naraya karena tuntutan pekerjaannya, tapi Naraya sangat mudah tersentuh oleh kebaikan kecil yang orang lain berikan padanya, karena ia telah lama hidup dalam tekanan dan bulian.

Oleh karena itu, setiap kali Liam memperlakukannya dengan baik, hati Naraya menjadi melunak namun kemudian dia akan tersakiti dengan tindakan Liam selanjutnya.

Tapi, Naraya tidak merasa Raka akan seperti itu.

Untungnya malam sudah semakin larut dan tidak banyak orang yang berlalu- lalang disana, kalau tidak, dengan Naraya yang menangis histeris seperti ini, sudah pasti akan menarik perhatian lebih banyak orang untuk datang melihat.

Situasi ini akan menjadi sangat buruk apabila ada orang yang mengenali Liam, biar bagaimanapun juga, dia merupakan sosok yang sangat di kenal di negeri ini, terutama di lingkaran pebisnis kelas kakap.

"Jangan menangis lagi ya…" Bujuk Raka. "Ayo kita kembali ke mobil terlebih dahulu."

Raka melirik boss nya yang berdiri tidak jauh dari dirinya dan tengah menatap mereka berdua dengan tajam.

Menyadari situasi yang tidak memungkinkan ini, dan mood Liam yang sepertinya memburuk, Raka segera mengajak Naraya untuk masuk ke dalam mobil dengan Liam mengikutinya dari belakang.

Raka kemudian membukakan pintu bagian belakang mobil dan membantu Naraya untuk masuk, tapi kemudian dia bingung…

Apakah boss nya akan menyetir mobil tersebut? Ataukah dia yang harus menyetir? Tapi, Naraya tidak mungkin di tinggalkan sendirian di belakang dalam kondisi seperti itu, harus ada salah satu dari mereka yang menemaninya.

Tapi, mengetahui bahwa Liam tidak menyukai Naraya, tidak mungkin kan kalau dia yang duduk di belakang sambil menenangkannya?

Saat Raka sedang mempertimbangkan pilihan yang harus di pilih olehnya, tiba- tiba saja Liam menarik bahunya dan menyerahkan kunci mobil ke tangan Raka, lalu masuk kedalam kursi penumpang di bagian belakang.

Liam duduk di sebelah Naraya.

Dan karena Naraya pikir yang duduk di sebelahnya adalah Raka, dia dengan segera memeluknya dan menempelkan wajahnya yang telah basah dengan airmata ke dada pria yang dia sangka adalah Raka.

Melihat hal ini, Raka terbelalak, dia pikir Liam akan mendorong Naraya menjauh darinya karena rasa tidak sukanya pada gadis tersebut.

Namun, di luar dugaan, Liam justru melingkarkan tangannya di tubuh Naraya dan menepuk punggungnya dengan lembut.

Tentu saja kejadian ini merupakan hal yang tidak akan pernah Raka duga sebelumnya. Bagaimana mungkin Liam yang terkenal sangat dingin dan hanya menyentuh wanita yang nantinya akan dia tiduri akan bersikap lembut dan penuh perhatian saat menenangkan seorang gadis yang tengah menangis?

Raka segera menggelengkan kepalanya dari pikiran- pikiran tersebut setelah menerima tatapan tajam Liam yang seolah bertanya; 'apa yang kamu lakukan berdiri seperti orang bodoh disana?'

Dengan buru- buru, Raka segera masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesinnya.

"Kita akan kemana pak?" Tanya Raka dengan sopan pada Liam.

Mereka tidak mungkin membawa Naraya kembali ke rumahnya, karena apapun itu yang membuat Naraya ketakutan sampai seperti ini, adalah sesuatu yang terjadi di dalam rumahnya tersebut dan tidak mungkin juga mereka membawa Naraya ke kediaman Prihadi, hal ini akan menimbulkan kegemparan dan mereka masih tidak mengerti letak permasalahannya.

"Ke apartment saya." Jawab Liam singkat.

Naraya yang mendengarkan percakapan singkat mereka, segera menyadari kalau pria yang di peluknya saat ini bukanlah Raka melainkan Liam.

Naraya, tidak menyadari perbedaan tubuh mereka karena terlalu stress dengan pikiran- pikiran buruk yang merayapi otaknya.

Tapi, Naraya dapat dengan mudah mengenali suara Liam, suaranya yang khas dan sedikit berat tersebut tepat berada di atas kepalanya.

Sedetik setelah Naraya menyadari kesalahan yang telah dia perbuat, karena telah salah mengenali Liam dengan Raka, dia segera berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Liam.

Namun, Liam justru mempererat pelukannya di tubuh Naraya dan mendesis. "Diam."

Suara Liam yang pelan dan hembusan nafasnya yang hangat di tengkuk Naraya, mengingatkan dia akan pria yang berusaha untuk menyentuhnya beberapa jam yang lalu.

Hal ini membuat Naraya menjerit histeris dan berontak sekuat tenaga untuk lepas dari pelukan Liam dengan cara memukul- mukulkan kepalan tangannya ke dada Liam.

"Diam! Ini aku, Liam!" Liam tidak mengerti mengapa Naraya bereaksi seperti ini, bukankah tadi dia tidak masalah saat memeluk Raka? Tapi, kenapa reaksinya seperti ini saat mengetahui bahwa yang dia peluk adalah Liam?

Liam kesal! Tidak seharusnya Naraya bersikap seperti ini!

"Berhenti memukulku!" Liam kini berteriak.

Dia tidak mungkin balas memukul Naraya, oleh karena itu dia memegang kedua tangannya dengan sangat kuat dan hal ini membuat Naraya semakin panik.

"Jangan!" Naraya berontak dan menjerit histeris.

Disaat itulah, Liam melihat bekas gigitan yang mulai membiru di sekitar leher Naraya. Sebelumnya dia tidak bisa melihat ini karena rambut Naraya menutupinya, namun setelah Naraya berusaha lepas dari cengkeramannya dan rambutnya tersibak, dia dapat melihat dengan jelas kalau seseorang telah melakukan sesuatu pada Naraya.

Saat Liam dapat menebak garis besar akan situasi yang telah dihadapi oleh Naraya, raut wajahnya berubah.

Lalu dengan satu hentakan kuat, Liam menarik tubuh Naraya hingga jatuh di tubuhnya kemudian memeluk gadis tersebut dengan erat.

"Tidak akan ada yang menyakitimu disini." Ucap Liam lembut ke telinga Naraya. Membujuknya agar berhenti melawan dan menangis. "Tidak yang akan menyakitimu disini. Kamu aman denganku."

Liam mengulangi kata- katanya beberapa kali sampai Naraya benar- benar berhenti berontak dan tangisannya sedikit mereda, tapi tubuhnya yang mungil masih gemetar ketakutan.

Liam tidak melepaskan Naraya, justru dia mengusap kepalanya, menelusuri rambut hitam dan panjang Naraya dengan tangannya dan tanpa di duga, dia menyukai tekstur halus helaian rambut Naraya tersebut.

Entah kapan terakhir kali dia merasakan rambut wanita di sela- sela jemarinya.

Walaupun Liam tidak kekurangann wanita sama sekali, tapi bukan berarti dia memiliki waktu untuk menikmati sentuhan- sentuhan seperti ini, atau Liam memang tidak menginginkan menghabiskan waktunya dengan hal- hal sensitif dengan wanita- wanita itu.

Setelah perjalanan yang panjang dan Naraya sudah menjadi tenang dan bahkan jatuh tertidur, Liam menatap Raka dengan tajam melalui kaca mobil, lalu berkata dengan sangat dingin dan kaku.

"Cari tahu apa yang terjadi dengan Naraya malam ini."

avataravatar
Next chapter