1 Hari yang dijanjikan

Seorang pemuda berdiri di bawah sebuah pohon besar yang rindang dengan secarik kertas lusuh di tangannya. Dengan wajah yang sedikit gelisah, ia sesekali melirik ke arah kertas tersebut dan kembali membaca tulisan yang ada di sana.

"Tunggu Aku di bawah pohon paling tinggi di gunung belakang panti asuhan menjelang matahari terbenam di hari ulang tahunmu yang ke-20. Kau lahir 29 Februari 2000"

Dan di sinilah Ia, sosok tampan dan rupawan yang kerap disapa Runal oleh teman-temannya hari ini telah genap berumur 20 tahun. Jantungnya seakan berdetak lebih cepat karena tidak menyangka bahwa hari yang Ia tunggu-tunggu selama ini akhirnya datang juga.

Runal dulunya hanyalah bayi kecil yang ditinggalkan oleh seorang pria misterius di depan sebuah panti asuhan. Di balik keranjang bayi tempat Ia ditemukan oleh pengurus panti, terselip secarik kertas yang saat ini Ia genggam erat-erat. Kertas tersebut telah menjadi harta yang paling berharga baginya, dan satu-satunya sumber informasi yang dapat menguak indetitas Runal sesungguhnya.

Dalam lamunan waktu berlalu begitu cepat, mentari tak lagi setinggi saat Runal pertama sampai di tempat itu. Tempat pertemuan yang dijanjikan oleh pria yg meninggalkannya. Detik berganti menit, langit berubah jingga menandakan senja segera datang.

Runal memastikan jika Ia berada di tempat yang tepat. Ia melihat ke sekeliling dan sepertinya memang tidak ada pohon yang lebih tinggi dari pohon yang ada di hadapannya saat ini. Jenis pohon yang baru kali ini Ia jumpai selama hidupnya.

Dalam posisi yang masih menghadap pohon aneh itu, tiba-tiba saja Runal mendengar suara

wwwooooosshhh

tanpa sempat menoleh, entah dari mana sebuah kapak melesat cepat dan menerjang ke arah Runal. Sontak ia tertegun dengan kapak yang melintas di atas kepalanya itu. Kapak kemudian tertancap di batang pohon diikuti dengan suara ledakan yang begitu hebat. Burung-burung beterbangan dan setiap inci dari pohon raksasa di depan Runal bergetar.

"Aahhhhhhhhhhh"

Runal sangat sadar bahwa dengan berteriak tak akan merubah keadaannya. Hanya saja, tidak ada hal lain yang Ia bisa lakukan saat ini. Pandangannyapun semakin kabur diakibatkan oleh darah yang kini mengalir turun menutupi matanya. Ia sangat sulit untuk menerima apa yang dilihatnya saat ini. Meski samar-samar, tidak jauh dari tempatnya tersungkur telah berdiri sesosok pria besar dan kekar. Pria paruh baya yang mungkin berada di awal usia 40-an.

Tidak ada pikiran lain dalam benak Runal selain dugaan bahwa sosok tersebutlah yang melempar kapak ke arahnya sekaligus orang yang ditunggunya selama ini. Namun yang membuatnya heran adalah untuk apa orang yang menantikan pertemuan selama 20 tahun ingin membuatnya celaka.

Runal semakin roboh dalam kebingungan, nafasnya menjadi tidak teratur. Sosok yang tadinya agak jauh kini tepat berada di dekatnya. Runal cuma bisa menunduk dan sama sekali tidak memiliki keberanian untuk membalas tatapan sepasang mata dari pria yang memiliki beberapa bekas luka sayatan di keningnya. Hal tersebut terlalu mengerikan baginya. Sama halnya saat tangan kokoh dan kuat dari pria tadi meraih dan menarik sesuatu dari balik tubuh Runal, hanya keheningan yang terjadi. Namun, sunyi itu tak bertahan lama. Keinginan untuk mengerang sudah tak tertahankan. Apa yang berada di genggaman tangan orang yang ada di depannya, kini bisa Ia saksikan dengan sangat jelas. Seekor ular tanpa kepala yang berukuran cukup besar terpampang nyata di depan Runal.

Dengan perasaan yang masih kacau, Runalpun bisa menyimpulkan jika darah yang berlumuran di wajahnya itu adalah darah yang berasal dari ular tadi. Runal sangat tahu jika dirinya baik-baik saja, namun yang namanya darah tetaplah darah. Phobia akan cairan kental berwarna merah itu telah dideritanya sangat lama, sejauh Ia bisa mengingat. Kesadaran Runal kian memudar. Dan benar saja, Ia kemudian tergeletak tak sadarkan diri.

avataravatar