webnovel

Arabella Menolak dengan Tegas

Inilah yang membuat Arabella malas berinteraksi dengan Grand Duke alias Julian, pria itu terlalu pintar dan cepat menyadari isi kepala Arabella. Tapi tentu saja tidak semua bisa Julian tebak, karena Arabella bukanlah lawan yang mudah. Arabella sudah menjalani kehidupan yang kedua kalinya, tidak akan sebodoh itu lagi.

"Ya. Saya ada beribu alasan untuk tidak memberitahukan pada dunia bahwa saya memiliki kemampuan sehebat itu," ujar Arabella.

Julian bergeming, berusaha memikirkan tanggapan yang tepat. Pastinya, Julian tak ingin memaksa Arabella untuk memberitahu alasannya apa saja. Julian menghargai keputusan Arabella.

"Intinya, saya butuh kerja sama dari Anda berdua, jangan beritahu siapapun tentang saya yang bisa membuat hadiah itu, lalu Grand Duke tolong berpura-puralah mengatakan terima kasih pada ayah saya atas Bros yang dia berikan. Anda bisa bilang brosnya terlalu indah sampai Anda ingin menyimpannya saja," pinta Arabella.

"Baiklah. Itu bisa saya lakukan. Lalu?" Julian seolah tau bahwa masih ada banyak yang ingin Arabella ucapkan.

'Bahaya. Julian ini orang yang mungkin tetap tidak bisa ku kalahkan meski sudah mengulang kembali kehidupan,' batin Arabella. Debaran aneh dalam dadanya membuat Arabella terdiam sejenak, sampai tatapan Julian yang cukup lama itu membuatnya tersadar.

"Anda berdua harus tutup mulut soal kemampuan saya, percakapan kita hari ini, dan.. jangan berpikir untuk menjalin hubungan lebih jauh lagi" gumam Arabella.

Ekspresi Julian terlihat jelas tak suka dengan gagasan Arabella, "kami akan tutup mulut baik itu soal kemampuan Lady ataupun percakapan kita hari ini, Tapi saya tidak bisa menjamin bahwa saya bisa menghentikan kedekatan kita hanya sampai di sini saja," sanggah Julian.

Dua orang itu saling bertukar pandang dalam diam, dan Felix hanya bisa menatap mereka tanpa berniat menginterupsi.

'Aku pernah mendengar bahwa cinta bisa dimulai dari mata dan turun ke hati,' batin Felix. Bayangan sang Grand Duke jatuh cinta pada Arabella terlintas di benaknya, kemudian Felix bergidik ngeri. Bisa-bisa dua orang itu menghancurkan dunia jika bertengkar serius. Si pria merupakan sword master terhebat di kekaisaran, dan wanitanya penyihir paling jenius sepanjang sejarah. Felix menggelengkan kepalanya untuk mengusir bayangan mengerikan itu.

"Saya pernah mendengar mitos bahwa cinta bisa dimulai dari mata dan turun ke hati, Tuan dan Lady," tegur Felix. Ia ingin mencegah bencana, yaitu dua orang di depannya yang saling jatuh cinta. Jangan sampai terjadi!

Seketika Arabella memalingkan wajahnya, tak ingin mereka benar-benar jatuh cinta. Sementara Julian tetap menatapnya, seolah ingin sengaja menunjukkan bahwa ia tak keberatan jika jatuh cinta dengan Arabella.

"Felix, lain kali mungkin matamu bisa kucongkel keluar kalau membuat Arabella memalingkan wajahnya dariku" gumam Julian.

Felix meneguk ludah, tak yakin kalau ucapan Tuannya hanya gertakan belaka.

"Jangan berkata hal yang menyeramkan begitu pada orang penting di sekitar Anda, Grand Duke" tegur Arabella datar.

'Jangan sampai terjadi hal tragis seperti itu di mataku, tolonglah. Bisa-bisa namaku menghiasi halaman depan koran besok jika sampai Grand Duke membunuh orang saat bertemu denganku,' pikir Arabella.

"Baiklah. Demi Lady Arabella, saya tidak akan mencongkel mata Felix" putus Julian dengan nada serius, seolah tadi dia menang benar-benar berniat melakukan hal itu.

Arabella menutup matanya dengan kedua tangan, kehabisan kata-kata untuk orang gila seperti Julian.

Tawa Julian pecah melihat Arabella yang tampak frustasi karena dirinya, "Anda tidak perlu sefrustasi itu, Lady. Saya bercanda," kekehnya.

Bercanda? Julian bercanda dengan nada serius dan ekspresi yang sama sekali tidak ada tanda-tanda bercanda itu? Halo? Dia kira Arabella orang bodoh?

Lagi-lagi Julian tertawa, wajah Arabella dan matanya yang menatap Julian datar terlihat lucu.

"Tuan, jika Anda tertawa terlalu keras rasanya menyeramkan" tegur Felix.

"Oh ya?" tanya Julian menahan tawanya.

"Ya!" sahut Arabella dan Felix bersamaan.

Sayangnya Julian malah kembali tertawa. Gila, rasanya baru sebentar ia bertemu Arabella, tapi Julian sudah sangat sering tertawa.

"Menarik," gumam Julian.

"Jangan katakan saya yang menarik. Saya menolaknya dengan tegas," sanggah Arabella.

"Pffttt" Julian menahan tawanya sampai menggebrak meja. Sepanjang hidupnya, Julian tak pernah tertawa selepas ini. Biasanya pria itu hanya tertawa saat senang membantai musuhnya di medan perang.

"Grand Duke, tolong berhenti tertawa. Kenapa Anda melakukan hal yang tidak biasanya Anda lakukan sih?" gerutu Arabella.

'Eh, tanpa sadar aku melepas sikap anggun dan sopan tanpa cela sebagai seorang gadis bangsawan. Astaga, aku benar-benar tidak boleh terlalu lama di sini. Menggerutu adalah sesuatu yang tidak seharusnya kulakukan,' batin Arabella.

"Hmmm," Julian menyeringai, "mungkin karena Lady berbeda dari orang lain?"

"Memangnya beda bagaimana? Saya kan manusia, sama saja" lontar Arabella datar. Tak ingin menunjukkan banyak emosi berlebihan lagi.

"Beda. Saya menganggap Anda manusia, sementara mereka itu binatang. Para bangsawan k*parat itu tak cocok di anggap sebagai manusia," jawab Julian dengan santai padahal menghina bangsawan.

Arabella menoleh ke sana kemari untuk memastikan tak ada orang yang mendengar ucapan penghinaan Julian, "Grand Duke, berhati-hatilah saat bicara. Dinding maupun batu juga bisa memiliki telinga loh?"

"Biarkan saja. Saya tidak peduli. Justru itu bagus, karena mereka pasti akan langsung bersembunyi seperti tikus got setiap bertemu saya karena takut dibunuh," sinis Julian.

"Anda sebenci itu pada bangsawan?" tanya Arabella pelan.

"Ya." Julian menjawab tanpa ragu.

"Sama, saya juga" gumam Arabella.

"Oh, begitu? Padahal Lady terlihat sangat cocok sebagai bangsawan, tapi malah membenci bangsawan ya?" balas Julian.

Arabella terkesiap, lagi-lagi tanpa sadar ia memperlihatkan dirinya yang asli di depan Julian. Astaga, apa yang salah dengan dirinya sih? Arabella merutuki dirinya sendiri.

"Tolong rahasiakan itu juga," pinta Arabella.

"Dengan syarat tertentu, Lady" ujar Julian dengan senyum licik.

'Ah, sial. Sudah kuduga, khas seorang pria gila' batin Arabella kecewa. Perilakunya hari ini pasti akan dimanfaatkan oleh Julian.

'Salahmu, Arabella. Kenapa menunjukkan dirimu sejelas itu sih?' rutuknya dalam hati.

Next chapter