13 KELUAR DARI RENCANA

Seorang lelaki datang, dan terlihat mencurigakan, lelaki tersebut memanggil makhluk yang belum pernah dilihat gadis berumur 19 tahun itu, Ophelia kemudian menyipitkan sedikit mata dibalik pohon rindang, "Peri? Atau apa?"

Tak lama, lelaki yang ada di danau itu menoleh karena tiba-tiba saja ada suara terjatuh dari balik pohon besar, ia kemudian mulai bergerak mendekat untuk segera nemastikan.

Dirinya pun terkejut, "bukankah Anda adalah Puteri Duke? Ophelia Violetta," ucap lelaki yang mendapati seorang gadis bangwasan tanpa pengawalan sedang berbaring di rerumputan penuh deduanan kering di hutan.

"Ugh, kelinci ini. Waktunya sangat tidak tepat," dalam hati Ophelia. Ia kemudian berdiri dari rerumputan penuh daun kering, dan langsung memberi salam padahal dia tidak tau siapa lelaki disitu.

"Maaf mengganggu waktu istirahatmu, a-aku kebetulan lewat sebentar di sekitar sini, hahaha," gadis bermata emerald tidak tahu harus memberi alasan seperti apa.

"Oh, tidak apa Nona, aku kesini juga hanya untuk beristirahat sebentar."

Ophelia melirik kesana kemari, "apa yang kau cari, Nona?" lelaki itu bertanya karena ingin tahu.

"Tidak, aku hanya melihat pemandangan, disini terlihat segar, dan juga alami walau dimusim gugur sekalipun," tersenyum ramah.

"Kau benar."

Lelaki itu berbalik, ia tahu sedang berbicara dengan Puteri Duke, perasaannya mungkin berbeda. Seperti di rumor, Puteri Duke terlihat lemah lembut, dan sangat anggun, cara bicaranya bagaikan aliran sungai yang mengalir, namun tak tampak sedikitpun pada Ophelia kali ini.

Lelaki itu dengan cepat mengambil sebilah pedang armor yang ia letakkan di pinggiran danau tersembumyi di hutan Oriana.

Mendekat pada Ophelia, "Nona, kau tau siapa aku?"

Langkah kaki gadis bermata emerald dengan spontan mundur beberapa centi dari lelaki itu, "tunggu sebentar, Tuan..."

Batinnya merasa curiga, "apa ini? Aku tak mengingatnya. Dia tidak pernah muncul di novel yang ku baca di perpustakaan pinggir jalan itu sebelumnya, atau aku lupa?"

Otak Ophelia mulai bekerja keras, alis yang semula biasa saja sekarang menjadi berkerut, gadis berambut merah kecokelatan itu ragu-ragu dengan jawabannya.

"Hahaha, kau akan tau jika sudah menjadi istri Putera Mahkota," lelaki itu tertawa seringan bulu melihat gadis berambut merah kecokelatan terlihat bingung.

"A-apa maksudnya itu?" batin Violet, "Err... Tak apa jika kau tidak mau memberitahuku...." sungkan.

Mengalihkan topik, "sepertinya kau ada perlu ke sini ya, Nona?"

"Haha, tidak. Aku kesini hanya ingin--"

Suara gaduh dedaunan terdengar cepat, seperti terseret oleh sesuatu dari jarak yang lumayan dekat disekitar danau di hutan itu, ternyata kusir kerajaan sedang berlari tunggang langgang seakan sedang terjadi sesuatu yang gawat.

Lelaki dengan baju besi itu terbelakak, "bagaimana bisa Puteri Duke jalan-jalan ke hutan bersama dengan kusir kerajaan, hanya untuk lewat sebentar saja? Apakah Putera Mahkota mengetahui hal ini?" dalam hatinya bertanya, "ada yang tidak beres dengan Puteri Duke."

Lelaki yang kelihatannya berumur 26 tahun itu hanya menatap Ophelia sementara kusir kerajaan tengah kebahisan napas karena berlari, "P-puteri... Aku mendapatkan laporan dari rekanku, dia baru saja melihat kereta kuda Duke Asclepias sedang melintas ke arah istana, s-sebaiknya kita segera pulang."

"Hmm....?" alis lelaki tak dikenal mulai terangkat sedikit, "ini menarik."

"Baiklah," jawab Ophelia.

"Aku tak bisa berlama-lama disini, aku akan pergi, permisi, Tuan."

Namun, saat gadis berambut merah kecokelatan itu ingin melangkahkan kakinya kedepan, tubuhnya terasa berat, "a-apa yang-" tubuh gadis berambut merah kecokelatan dengan mata berwarna hijau emerald kini tak bisa digerakkan.

Laki-laki tadi kemudian mendekat, lalu berbisik sebentar ke dekat telinga Ophelia, Puteri satu-satunya yang dimiliki keluarga Duke Asclepias.

Setelah lelaki itu selesai berbisik, dirinya mulai menampakkan senyum misterius, dan berkata, "bagaimana? apa kau setuju dengan rencanaku, Tuan Puteri?" tersenyum.

Seketika itu ikatan tak terlihat yang mengunci tubuh Ophelia telah terbuka, tubuhnya dapat digerakkan kembali, secepat kilat Ophelia langsung berlari menuju kereta kuda kerajaan yang tengah terparkir tak jauh dari danau tersebut.

Terengah, "Sial, kalau begini aku akan ketahuan mampir kemari jika Ayah sampai bertanya pada Putera Mahkota."

"Kusir, tolong cepat menuju Mansion!"

"B-baik, Nona," kuda dipacu, kereta pun melaju.

***

Jam dinding berdetak begitu keras ditengah kesunyian sebuah ruangan kerja. Suara langkah yang terdengar mondar-mandir seperti orang kebingungan juga turut mengisi keheningan itu.

Beberapa pelayan berbisik ria, mereka tengah menggosipkan sesuatu yang tidak pantas digosipkan di rumah majikannya sendiri.

"Kenapa dia ada disana?" bertanya pada pelayan disampingnya.

"Aku tidak tahu, kataya dia tadi dipanggil oleh tuan besar untuk ke ruangan kerjanya, dan sekarang dirinya hanya mondar-mandir tak jelas disana."

"Heii! Apa kalian tidak dengar?? Dia dipanggil kesana karena ulah Nona Ophelia!"

"Hah? Nona Ophelia berbuat ulah lagi? Dia itu bukan Nona jahat tapi kepolosannya membuatku jengkel, dia seperti tak punya dosa didunia ini," sahut pelayan lain di balik pintu kerja Tuan Besar Duke.

"Beruntung sekali dia mendapat calon suami seperti Putera Mahkota."

Sementara itu, pelayan pribadi Puteri bungsu Duke Asclepias tengah cemas, "kemana Nona pergi, kenapa Anda belum kembali?"

Beberapa Jam sebelumnya,

Tuan Besar Duke Asclepias menanyai keberadaan pelayan pribadi puterinya kepada kepala pelayan.

"Apakah pelayan pribadi Ophelia ikut pergi juga ke istana?"

"Tidak, Tuan Besar. Tuan Puteri Ophelia meminta pelayan pribadinya untuk tetap tinggal di Mansion. Dia ingin bertemu Putera Mahkota seorang diri."

"Kalau begitu cepat panggil pelayan itu untuk segera pergi keruangan kerjaku."

"Baik, Tuan Besar."

Tak berlu diperintah lagi dua kali, kepala pelayan dengan cepat langsung mencari pelayan pribadi puteri bungsu majikannya itu.

Hanya butuh beberapa menit untuk mengelilingi Mansion besar, dan luas milik Duke Asclepias, kepala pelayan kini telah menemukan dimana Sherly, pelayan pribadi Ophelia berada.

"Sherly!" memanggil dengan suara lantang.

Pelayan pribadi Puteri Duke tersentak saat sedang duduk dikamarnya seorang diri tanpa ada pelayan lain yang menemani.

"Kau dicari oleh Tuan Besar, cepat rapikan seragammu lalu pergi keruangan kerjanya sekarang juga."

Dalam hatinya itu penuh tanda tanya, kenapa Tuan Besar Duke memanggil, pasti sesuatu yang penting jika bukan Sherly telah melakukan hal yang melanggar ketentuan pelayan di Mansion Duke, "b-baiklah, aku akan segera kesana," bangkit dari tempat ia duduk.

***

Sherly telah sampai didepan ruangan Duke, hanya perlu satu langkah lagi untuk berhadapan dengan majikannya, yaitu mengetuk pintu, perasaannya mulai tak enak, dirinya seakan enggan ingin mengetuk pintunya.

"Ayolah Sher... Kau pasti bisa melakukannya, tidak akan terjadi hal buruk bukan?" jantungnya berdegup kencang.

Akhirnya pelayan pribadi Ophelia berhasil, dirinya mencoba untuk tetap positive thinking .

Suara ketukan kemudian terdengar dari dalam ruangan, "Masuklah."

"Maaf Tuan Besar, ada apa Anda memanggilku?"

"Jadwal Ophelia bertemu dengan putera mahkota bukankah hari ini?"

"Itu benar, Tuan." pelayan pribadi Ophelia menjawab pertanyaannya.

"Lalu kemana dia sekarang? Kenapa dia tidak bersama denganmu?"

Pupil pelayan pribadi Ophelia mulai bergetar, berputar kesegala arah tak tahu harus melihat kemana, dirinya tidak berani menatap Ayah dari Ophelia.

"A-aku tidak tahu, Tuan. Nona memintaku untuk tetap tinggal di Mansion, dirinya hanya ingin sendiri. Akan tetapi seharusnya Nona sudah ada di rumah... Aku tidak bersama dengannya sejak tadi."

Mendengar hal itu, tidak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut Duke Asclepias.

Namun beberapa detik kemudian, ".... baiklah, aku akan pergi sebentar, disini saja, jangan kemana-mana sampai aku kembali kemari."

Menundukan kepalanya, "Baik, Tuan."

Mari kita kembali ke saat pelayan pribadi Ophelia tengah mondar mandir di ruangan kerja Duke.

Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu yang terbuka dengan keras sampai membuat Sherly terperanjat dari tempatnya, menoleh, "N-nona?"

Dirinya melihat Nona yang ia asuh tengah berlari dari pintu ruangan kerja ayahnya, "Sherly, kenapa kau ada disini? Apakah Ayah sedang memarahimu??? Dimana Ayah?"

"T-tenanglah, Nona. Anda tidak perlu berlarian seperti itu. Aku tidak apa-apa... Tuan Besar mencari Nona, aku tidak boleh pergi dari ruangan ini sampai Tuan Besar kembali."

Merasa tak enak, "maafkan aku, aku seharusnya tidak pergi terlalu lama," menundukan kepalanya.

"Ugh.. Inikah sifat asli Ophelia?" batin Violet.

"Baiklah kalau begitu, ayo kita keluar dari sini."

"N-nona, t-tapi tuan Besar--"

"Biarkan aku yang bicara dengan Ayah."

Ophelia meraih tangan pelayan pribadinya keluar dari ruangan kerja ayahnya. Sesampai diluar pintu, tatapan pelayan lain terlihat sangat sinis, mereka memandang rendah Puteri Duke, terutama Sherly.

"Ada apa Sherly?"

"A-aku tidak papa, Nona"

"Dengar. Jangan pedulikan mereka, angkat kepalamu dan berjalanlah dengan percaya diri! Orang seperti mereka tidak perlu kau ladeni."

avataravatar
Next chapter