11 PERTEMUAN TAK DI INGINKAN

Didce Longrest Gramdrid, dia adalah sahabat dari kedua Kakak Ophelia dari negeri sebrang Dazeland. Ia bertemu Kakak pertama Ophelia bukan untuk bisnis, melainkan ada tugas langsung dari kerajaan di sana.

Dazeland terkenal dengan kekayaannya akan hasil panen, di sana petani sangat makmur, berbeda dengan Oriana yang melakukan bisnis pertambangan emas. Kerajaan Oriana kerap memasok makanan dari Kerajaan sebrang Dazeland guna mencukupi kebutuhan makanan yang baik untuk anggota Kerajaan, dan para bangsawan.

"Sudah di tentukan, kau bisa ke Oriana setelah tiga hari perjalanan, benar?" tanya Orion kepada Didce.

"Itu benar, aku harus memastikan pekerjaanku selesai, setelahnya aku akan langsung berangkat ke Oriana," jawab Didce, pria bermata merah jambu itu lantas berpamitan untuk kembali, dia harus segera menyelesaikan pekerjaan yang tertunda sebelum hari yang di tentukan untuk pergi ke Oriana tiba.

"Baiklah, sampai jumpa."

***

"Nah, Tuan Loukas... Aku ingin bernegosiasi denganmu, apakah kau tidak keberatan?" tanya Ophelia kepada pria berambut perak yang ada di depannya.

Pria itu kembali membuka lembar buku yang sudah di baca guna mempelajari kembali isinya, "ya... Silahkan, aku akan mencoba untuk mendengarkan."

"Kau tau anak bungsu Duke Asclepias akan bertunangan dengan Putera Mahkota sebentar lagi?"

Pria dengan mata emas bercahaya itu lantas dengan cepat menghentikan aktivitasnya dari membaca buku, dan dengan segera mengalihkan perhatiannya pada Ophelia, "ya... Aku memang mendengar kabar itu, dan anak bungsu Duke Asclepias adalah dirimu, bukankah begitu, Nona?"

Ophelia tersenyum, "benar, aku belum mengatakan ini kepada siapapun," gadis berambut merah kecokelatan itu memejamkan matanya sebentar dan berkata, "sebenarnya aku sangat benci di jodohkan dengan Putera Mahkota," hal itu sontak membuat pria asal Hutan Meadow terkejut, ada apa gerangan?

"Maafkan kelancanganku, Nona. Akan tetapi mengapa Anda mengatakan hal ini padaku?" pria itu merasa bingung, kenapa Puteri Duke bicara hal sensitif ini kepadanya.

"Eum... Entahlah, aku hanya ingin mengatakannya padamu, karena aku tau kamu akan membantuku," Ophelia tersenyum sekali lagi sembari membenarkan pita yang terpasang di bahu sebelah kiri di gaunnya.

"Bisakah kau membantuku untuk membatalkan pertunangan dengan Putera Mahkota?" gadis berambut merah kecokelatan itu memohon atas nama keluarga Duke Asclepias, bagaimana bisa pria bernama Loukas itu menolak permintaan dirinya.

"N-nona, apakah Anda sungguh-sungguh akan melakukan itu?"

"Ya, Tuan. Aku ingin mencoba sesuatu yang lebih bermanfaat," memainkan buku yang di ambilnya tadi.

"Akan tetapi ada sedikit konsekuensi-" belum selesai pria itu bicara Ophelia sudah menjawabnya dengan percaya diri.

"Ya, aku tau, tidak masalah."

***

Ophelia telah sampai di rumah dengan membawa satu buah buku yang ia temukan di perpustakaan umum bangsawan. Dari luar terlihat siapa yang mengantarnya, seorang pria berambut perak itu menemaninya sampai pulang ke rumah, dan lantas perpamitan untuk pergi menggunakan kuda yang ia bawa sendiri.

"Nona sudah pulang, jam berapa ini? Anda harus segera bersiap," kekhawatiran pelayan pribadinya membuat Ophelia tak tenang.

"Diamlah, Sherly. Aku tidak akan bertemu dengan orang yang spesial," pelayannya itu shock sekaligus merasa tremor, "a-apa maksud Nona Putera Mahkota tidak spesial?!"

"Itu benar, dia tidak spesial bagiku, dan yah, bisakah aku melepas gaun ini dengan yang sederhana? Aku tidak nyaman," wajah Ophelia santai sambil mengatakan hal itu.

"A-astaga, Nona, apakah sangat tidak nyaman?" pelayannya panik.

Gadis berambut kecokelatan itu menatap dengan lesu, "iya... Sangat, aku tidak bisa bergerak dengan bebas jika pakai ini."

Kemudian, Ophelia merebahkan tubuhnya ke ranjang dikamar tidurnya, dia melamun sebentar sembari menatap langit-langit di kamarnya, "Sherly, apakah aku boleh jika tidak menghadiri pertemuan hari ini?"

"Apa maksud Nona?! T-tidak boleh, Anda harus pergi! Cepat Nona segera bersiap, aku sudah memilihkan gaun yang seharusnya di pakai saat bersama Putera Mahkota."

"Bisa kau ganti gaun itu dengan yang lain? Aku ingin tampil beda hari ini."

Dengan perasaan terpaksa, Ophelia pergi. Kereta kuda Kerajaan sudah menunggunya sedari tadi di halaman Mansion. Sesampainya di gerbang istana penjaga tau bahwa yang datang adalah Calon dari Putera Mahkota, mereka terlihat senang, lain cerita ketika yang datang adalah Lady lain. Namun, raut muka Ophelia lah yang terlihat berkebalikan hari ini.

"Kenapa juga Ophelia mau bertunangan dengan pria macam itu," batin Violet, "waktu, tolong cepatlah berlalu."

***

"Tuan Puteri Ophelia Violetta Asclepias, memasuki ruangan."

Gadis dengan warna mata secantik emerlad kini memasuki sebuah ruangan, udara di dalam sini teramat sejuk dan menyegarkan, banyak sekali tanaman dan bunga. Rumah kaca istana, walaupun Putera Mahkota orangnya brengs*k akan tetapi dia mengetahui bahwa Ophelia sangat menyukai taman.

"Ophelia Violetta menghadap kepada matahari terbit Oriana," Ophelia membungkukkan badannya dengan anggun, "astaga korset ini membunuhku," dalam hatinya.

"Sherly, apa dia sudah gila memakaikan aku korset dengan sangat kuat, aku tidak bisa bernapas dengan baik," Ophelia terlihat tak nyaman, dan Putera Mahkota mengetahui hal itu.

"Lama aku tidak berjumpa denganmu, Lady Ophelia, bagaimana keadaanmu? Ku dengar kau menghilang selama satu minggu."

"Aku baik-baik saja, Yang Mulia," gadis bermata emerlad kini melirik sinis Putera Mahkota, "lalu kau kemana saja?! Calon tunangan menghilang namun hanya diam, dan tak mencari Ophelia, jika bukan karena Kakaknya, Orion dan Lyon, Ophelia pasti akan di hutan itu untuk selamanya," batin Violet merasa kesal.

"Aku membawakanmu beberapa hadiah, kau pasti sangat menyukainya, benarkan? Kau tidak pernah menolak pemberian dari calon tunanganmu ini," Putera Mahkota menyuruh tangan kanannya, Rouvin, untuk mengambilkan beberapa kotak perhiasan yang sudah di bawa.

Hadiah itu sudah mencapai tangan Ophelia, tidak sopan jika hadiah di buka di rumah, keharusan bagi seseorang jika di beri maka langsung buka di tempat, Ophelia melihat hadiahnya, "ini sangat cantik, terima kasih."

Putera Mahkota merasa ada yang janggal, "wajahmu terlihat biasa saja, tidak seperti biasanya."

"Maafkan aku Yang Mulia, akan tetapi wajahku yang biasanya seperti apa?"

"Wajahmu yang biasanya terlihat sangat bahagia, sumringah ketika aku memberimu sebuah hadiah, dan biasanya kau selalu memakai gaun yang aku berikan ketika kita bertemu," sebelah alisnya naik ke atas, terlihat sangat tenang, dia tidak tau bahwa Ophelia sudah muak di permainkan, dia bukan anak kecil lagi.

"Aku sangat bahagia sekarang, apakah itu tidak terlihat di matamu, Yang Mulia?" tersenyum tipis.

"Benarkah? Syukurlah jika kau bahagia, setelah ini aku ada pertemuan dengan Lady Theresia, jadi aku tidak bisa berlama-lama," meraih tangan berhias sarung tangan berpita milik Ophelia, "kau pasti sangat sedih... Maafkan aku, akan tetapi ada yang harus aku bicarakan."

"Ayolah, ekspresi sedihnya itu terlalu sekali, terlihat dibuat-buat!" dalam hati Ophelia Violetta.

"Kau benar, Yang Mulia, aku sedih, akan tetapi itu sesuai jadwalmu, jadi aku tidak bisa mencegahnya," tersenyum sambil memberikan salam kepada Putera Mahkota, Ophelia pun pergi dari Rumah kaca dan meninggalkan istana utama Kerajaan Oriana.

Gadis berambut merah kecokelatan segera menaiki kereta kuda istana, untuk mengantarnya pulang ke Mansion Duke. Dia terlihat sangat lelah, tidak ada pelayan yang menemaninya karena Sherly, pelayan pribadinya itu sedang ada tugas di luar mansion, dia harus pergi ke pasar untuk membeli bahan karena di suruh oleh kepala pelayan, jadi Ophelia menyuruhnya untuk tetap tinggal dan tak ikut bersama dengannya.

"Kusir, bisakah kita berhenti di suatu tempat?"

"Bisa, Nona, kita akan kemana memangnya?"

"Ada, ke suatu tempat yang membuat moodku kembali, mungkin," Ophelia menyenderkan kepalanya ke jendela kereta kuda.

avataravatar
Next chapter