12 PERGI KE DANAU RAHASIA

"Nona, kita akan kemana memangnya?"

"Ada, ke suatu tempat yang membuat moodku kembali, mungkin sih," Ophelia menyenderkan kepalanya ke jendela kereta kuda.

"Baiklah, Nona. Aku akan mengantarmu, tidak akan kuberitahukan hal ini kepada Putera Mahkota."

"Terima kasih banyak," Ophelia menghela napas lega, rupanya kusir dari istana ini sangat baik, dia bisa membaca wajahnya juga tatapan matanya.

Sekarang gadis berumur 19 tahun itu hanya melamun memikirkan berbagai macam hal di dalam kereta kuda, "aku tidak tau ini akan berhasil atau tidak, aku harus berusaha sebisa mungkin untuk bisa meyakinkan Ayah agar tidak jadi bertunangan dengan Putera Mahkota."

Sudah setengah jam berlalu, Ophelia mulai jenuh, dia tidak tau harus melakukan apa, tiba-tiba kusir bertanya padanya, "Nona, kita akan kemana, bukankah ini hutan?" kusir itu nampak bingung dengan arahan yang diberikan oleh Puteri Duke sebelumnya, mengapa Puteri ingin ke hutan untuk menenangkan pikirannya? Prasangka negatif pasti sudah berkeliaran di benak kusir kerajaan itu.

"Benar, sudah kubilang ikuti saja arahan dariku," Ophelia dengan lembut menjawab pertanyaan sang kusir.

Gadis berambut merah kecokelatan itu baru menyadari sesuatu, "kau benar... Ini adalah hutan, sejak kapan semua daun berubah menjadi orange kecokelatan?"

"Haha, Nona pasti bingung, seorang Puteri Duke tidak pernah keluar ataupun mengetahui hal semacam ini, aku mengerti hal itu, karena Ibumu, Duchess Cordylia tidak mengizinkan Puteri Tuan Besar Duke keluar dari Mansion sedari kecil."

Sial, hal itu memang benar adanya, tiba-tiba Violet teringat disebuah paragraf dimana Ophelia di kurung dalam kamarnya, tentu saja itu karena mendapatkan larangan untuk tidak meninggalkan Mansion. Semenjak Ibu kandung Ophelia, Opaline meninggal dunia, Ophelia tidak pernah dibolehkan untuk berjalan-jalan sampai ke hutan, dia hanya boleh menikmati pemandangan dari taman Mansion saja.

"Menyebalkan, akan tetapi itu benar... Aku tidak mengetahui tentang pengetahuan ilmu dunia luar, ini pertama kalinya aku kemari, em.. Tidak mungkin dua kali ini," kata Ophelia gugup menjawab perkataan kusir.

"Maafkan kelancanganku Nona, akan tetapi dirimu sangat lucu," puji seorang lelaki paruh baya yang sedang mengantar Ophelia menuju ke dalam hutan.

Ya... Kusir kerajaan yang di utus oleh Putera Mahkota adalah seorang lelaki tua, "terima kasih, kau juga, sangat baik, terima kasih karena sudah mau menjagaku, dan tidak akan memberitahukan hal ini kepada calon tunanganku," senyum.

"Kau sudah menyenangkan hatiku mulai dari kau mengantarku ke hutan tadi, terima kasih banyak," Ophelia menatap punggung kusir itu dengan penuh makna.

"Astaga Violet... Kau sudah terkena serangan mental! Emosi Ophelia merasuk kedalam jiwamu, dia mudah sekali emosional," kali ini suara hati Violet yang berbicara, telah menghilang kemana sikap tomboy-nya itu?!

Di sepanjang jalanan hutan, manik berkilau milik gadis bermata emerald terus menatap dedaunan yang perlahan berubah warna, "aku rasa di Ibu Kota dedaunan masih berwarna hijau segar, akan tetapi kenapa di hutan ini berbeda? Mereka semua telah mengganti warna apakah ada sesuatu yang terjadi?"

"Aku akan memberitahumu fakta menarik tentang isi hutan Oriana, di setiap pergantian musim tiba, tepatnya saat musim gugur, daun-daun di hutan ini akan langsung merubah, yang artinya musim gugur di hutan ini datang dua kali lebih cepat daripada biasanya."

Ophelia tertawa ringan, "benarkah? Terima kasih kau sudah mau memberitahukan ini kepadaku."

"Tidak masalah, Nona. Kau bisa menanyakan apa saja padaku."

Gadis berambut kecokelatan itu melamun, suara kusir terdengar sangat hangat, Violet seperti merasakan sedang bicara dengan kakeknya sendiri.

***

"Aku mau pertunangan Ophelia dengan Putera Mahkota segera dipercepat!"

"Apa maksudmu sayang? Kita harus menunggu Ophelia setuju baru kita putuskan."

Perdebatan di ruang keluarga semakin menjadi-jadi, pasalnya Duchess Cordylia ingin sekali Ophelia menikah dengan anak dari Raja Oriana ke-6 itu. Tuan Besar Duke Asclepias memintanya untuk bersabar karena Ophelia baru saja kembali setelah mengilang selama seminggu belum lama ini.

"Aku tidak peduli, Ophelia harus bertunangan dengannya," wanita berambut hijau lumut dengan bibir merah merona, memegang kipas yang ada ditangannya, kipas itu terlempar sampai ke jendela ruang keluarga Mansion Duke Asclepias. Tuan Besar Duke hanya bisa menghela napasnya sangat gusar.

"Kepala pelayan."

"Ya? Tuan Besar... Adakah yang bisa aku bantu?"

"Apakah Ophelia ada jadwal pertemuan dengan Putera Mahkota hari ini?"

"Ada, Tuan. Tuan Puteri Ophelia bertemu dengan Putera Mahkota pada jam 13.30 tadi. Seharusnya sekarang Tuan Puteri sudah sampai di Mansion."

Tuan Besar Duke memikirkan sesuatu, dia harus berbicara dengan puterinya mengenai masalah dengan Ibu tiri, Cordylia. Namun, sesudah pergi ke kamar puterinya, Tuan Besar Duke juga sudah melewati taman Mansion akan tetapi ia tidak bertemu dengan puteri satu-satunya, Ophelia.

Tuan Besar Duke pun memutuskan untuk menanyai keberadaan pelayan pribadi puterinya kepada kepala pelayan.

"Apakah pelayan pribadi Ophelia ikut pergi juga?"

"Tidak, Tuan Besar. Tuan Puteri Ophelia meminta pelayan pribadinya untuk tetap tinggal di Mansion, karena aku memberinya sebuah tugas tadi. Dia ingin bertemu Putera Mahkota seorang diri."

"Kalau begitu cepat panggil pelayan itu untuk segera pergi ke ruangan kerjaku."

"Baik, Tuan Besar."

***

Lihatlah air yang bersih itu, sangat jernih sampai-sampai dasarnya terlihat dangkal. Ophelia telah sampai di sebuah danau, dirinya berjalan sendiri masuk kedalam hutan, hanya beberapa centi saja dari tempat kereta kuda terparkir disana.

"Kalau tidak salah, aku mengingatnya. Tetapi aku tidak begitu yakin, apakah ini danau yang sama seperti danau yang ada di Novel berjudul, "Unrequited Love," gadis dengan gaun orange tengah berdiri di tepian danau itu. Kemudian dirinya mencari tempat yang teduh, dan sebisa mungkin duduk dan beristirahat untuk menenangkan pikirannya.

Sehelai daun jatuh di atas kepala gadis berumur 19 tahun. Bau harum semerbak tiba-tiba saja tercium dihidung Ophelia, "wangi sekali, apa ini?" gadis itu lantas membuka matanya, ada puluhan kupu-kupu yang melintas, bau bunga tak asing ini membuat Ophelia berdiri dari tempatnya berteduh.

"Kupu-kupu di musim gugur?? Apakah mereka yang membawa aroma bunga ini?"

Baru saja berdiri tak kurang dari semenit, suara langkah kaki terdengar sampai ketelinga gadis berambut merah kecokelatan yang ada ditepian danau. Gadis itu dengan cepat bersembunyi karena tidak ingin dirinya diketahui oleh siapapun.

"Astaga apa yang aku lakukan ini?" Ophelia terkejut, Violet yang ada di dalam diri tokoh utama 'Unrequited Love' tersadar sedang apa dia bersembuyi seperti orang yang tengah ketakutan.

"Benar... Ini adalah tubuh Ophelia, walaupun jiwaku yang ada disini tetap saja Ophelia yang akan mengendalikan separuhnya."

Terkadang sikap Violet berubah menjadi Ophelia Violetta Asclepias, namun dirinya tetaplah Violet yang datang dari masa depan. Terkadang dirinya ingat telah melakukan hal diluar konsep pikirannya. Sifat tokoh utama di Novel "Unrequited Love" dengan sikap asli Violet sangat berbeda jauh, Violet bisa dibilang sangat berani, sedangkan Ophelia Violetta mempunyai sifat yang anggun.

Dengan membulatkan tekatnya, Violet ingin sekali merubah sikap ketakutan tokoh utama menjadi kekuatan bagi dirinya. Gadis yang datang dari masa depan itu tidak mau berakhir sia-sia karena sudah masuk kedalam dunia ini.

Seorang lelaki datang dan meletakan sebilah pedang ditepian danau itu, dirinya kemudian menyentuh air disana, Ophelia mengira lelaki itu akan meminum airnya, ternyata dugaannya salah. Pria itu memanggil sebuah makhluk, gadis berambut merah kecokelatan itu tak yakin dengan tebakannya.

Menyipitkan sedikit matanya, "Peri? Atau apa?"

avataravatar
Next chapter