23 SEBUAH TEKAD

Sebuah lorong Mansion terlihat semakin meredup cahayanya karena matahari sebentar lagi akan terbenam ke arah barat. Pria berambut merah menyala bak api yang di hidupkan itu terus berjalan dengan langkah yang lebar. Gadis kecil yang ada dibelakangnya cukup kesulitan mengikutinya.

"Kakak," ucap gadis berambut merah kecokelatan.

"Kakak," ucapnya sekali lagi.

Namun, tak ada jawaban darinya, ia terus saja mempercepat lajunya hingga gadis itu harus mengeluarkan suara lantang agar sang Kakak menoleh ke arah-nya.

"Kak Orion! Tolong berhenti berjalan."

Pria berambut merah terang itu pun terkejut, dan dengan spontan menoleh, "Ya? Kenapa kau mengagetkan Kakak, Lia?"

Gadis itu mendekati Kakak Pertamanya, "Kakak terus saja berjalan, dan tidak mendengarkan aku, bagaimana bisa aku bicara pelan?"

"Akan tetapi tetap saja, kau kan Lady--" belum selesai bicara gadis yang tak lain adalah Ophelia langsung meng-iya-kan ucapan Kakaknya itu.

"Aku tau, maaf karena sudah bertindak kasar," membungkukkan badan, iapun lanjut berbicara, "Apakah aku harus ganti gaun sekarang?" bertanya.

"Untuk apa?" tak paham mengapa adik perempuan satu-satunya itu tiba-tiba menanyakan soal gaun.

"Bukankah Kakak baru saja meminta ijin pada Ayah untuk membawaku pergi?"

"Maksudmu ke Mansion Lady Ilona?" bertanya untuk memastikan.

"Tentu saja, Lady Ilona adalah calon tunangan Kakak. Jadi, apa gaun yang harus ku kenakan agar terlihat menyesuaikan saat ke kediaman keluarga Marion?"

Pria dengan rambut merah terang yang tak lain adalah Kakak pertama tokoh utama wanita itu langsung tertawa, "Kenapa kau sampai serius seperti ini? Kita hanya akan berkujung sebentar, pakai saja gaun yang dibelikan Lyon untukmu, aku yakin adikku pasti akan terlihat cantik saat mengenakannya..."

"Dia tidak tau bagaimana nanti jika adiknya berpapasan dengan Theresia," dalam hati Violet.

Gadis berambut merah kecokelatan tersenyum menanggapi Kakak Pertamanya yang menganggap pertanyaan adiknya itu terdengar lucu.

"Lagipula kita tidak akan kesana hari ini," ucap Orion, sang Kakak Pertama dari tokoh utama wanita.

"Benarkah?" nada suara gadis berambut merah kecokelatan itu terdengar gembira.

Tertawa, "kenapa sepertinya kau senang sekali kita tidak berangkat hari ini?"

Ekspresi cerianya itu berubah, "apa? Memangnya tidak boleh jika adikmu merasa senang?" ketus Ophelia pada Kakak Pertamanya.

"Tentu saja boleh, astaga..." mengelus kepala adik perempuannya, "yasudah. Kembali ke kamarmu sana."

Pipi Ophelia memerah, pria yang tak lain adalah Kakak Pertamanya itu berjalan pergi meninggalkannya sendirian saat matahari benar-benar sudah tenggelam ke sisi barat, membuat lorong Mansion itu menjadi gelap tanpa adanya penerangan.

"Wow... Ini keren!" kata-kata itu keluar dari mulut gadis berambut merah kecokelatan.

"Aku tidak pernah melihat Kakak Pertama Ophelia tertawa seperti itu! Dia juga baru saja mengelus rambutku! Oh my god," Violet seperti orang gila, berpikir lagi, "em... Tidak-tidak... Dia baru saja mengelus kepala adiknya, bukan kepalaku."

"Di novel itu dia tidak penah memperlihatkan sisinya yang seperti ini, bukankah ini cukup manis?" tertawa sendiri.

Beberapa menit kemudian terdengar suara wanita dari ujung lorong, "Nona..." sayup-sayup.

Lagi, "Nona...!"

"Nona Ophelia!"

Gadis berambut merah kecokelatan itu langsung menghentikan tawa riangnya, "y-ya? Siapa disana?" rupanya Ophelia hanya melihat bulatan cahaya terang yang bergerak mendekat ke arahnya, ia tidak memperhatikan siapa orang di balik obor yang menyala itu.

Bulatan cahaya itu semakin lama semakin membesar karena telah cukup dekat dengan Ophelia, "Ini aku, Sherly..."

"Oh... Aku pikir kau pelayan lain, syukurlah kalau begitu," ucap Ophelia lega.

"Aku sedikit khawatir, Nona sedang apa tertawa sendiri? Disini gelap."

"Oh itu--" keringat gadis berambut merah kecokalatan itu menetes, "b-bukan apa-apa... Hahaha, aku hanya sedang gembira hari ini," nyengir.

Pelayan pribadi gadis itu menyipitkan kedua matanya, "Nona mencurigakan..."

"Hei... Apa kau pikir aku jadi gila karena tertawa sendiri di lorong gelap ini?"

"Kupikir begitu, akan tetapi syukurlah jika Nona baik-baik saja," pundaknya menjulang seperti gunung, memejamkan mata hingga nada suaranya itu terdengar meledek ditelinga Ophelia.

Senyum keji, "begitu ya? Baru sehari saja tidak ada disampingku kau jadi seperti ini?" gadis berambut merah kecokelatan itu memberikan ancaman peringatan pada Sherly, pelayan pribadinya yang sudah seperti sahabat sendiri, "hoho, besok jangan lupa amankan lidahmu, ya? Jika tidak aku akan merasa sedih..."

Terkejut, "apa yang akan Nona lakukan dengan lidahku?" was-was.

"Apa ya...? Tunggu besok saja, jika aku katakan sekarang nanti tidak akan seru," gadis berambut merah kecokelatan itu berjalan sendiri keluar dari lorong Mansion yang gelap gulita.

Pelayan pribadinya, Sherly cukup bingung, bagaimana bisa Nona-nya itu berjalan dikegelapan sampai tiba di ujung, "Nona, apakah tidak gelap? Kenapa berjalan duluan tanpa pelayan pribadimu, disini yang memegang obor hanya aku."

"Hm?" menoleh, "ini tidak gelap, aku bisa melihat jalan," jawab Ophelia pada Sherly.

"Nona, manik matamu menyala terang sekali."

"Benarkah?" tidak percaya.

"Itu benar!" Pelayan pribadinya itu takjub bukan main, "aku baru pertama kali melihat mata Nona bercahaya di kegelapan!"

"Aku juga baru tau kalau mata Ophelia punya kekuatan seperti ini?" dalam hati Violet.

"Bagaimana ini?" tanya pelayan pribadi Ophelia, "apakah Tuan Duke sudah mengetahuinya?"

Gadis berambut merah kecokelatan itu diam, ia lalu mengabaikan pertanyaan Sherly, dan bertanya balik dengan pertanyaan yang berbeda, "kau sedang apa disana?"

"Apa maksudmu, Nona?" bingung.

"Bukan-kah sekarang adalah giliranmu bertugas untuk menyalakan obor disepanjang jalan lorong ini?"

"Ah! Itu benar," pelayan pribadi Ophelia Violetta langsung buru-buru melaksanakan tugasnya.

"Pikiranku tak salah, mengobrol terlalu lama juga tidak baik ternyata."

10 menit pun berlalu, pelayan pribadi Puteri Bungsu Duke Asclepias pun memanggil Nona-nya itu namun, tak ada jawaban apapun.

"Apakah Nona sudah pergi?"

***

Kamar Ophelia,

Gadis berambut merah kecokalatan itu membuka pintu kamarnya, mendekati sebuah meja di samping kasur lalu meletakan satu buah kertas yang tergulung rapi di sana.

Gadis itu terus memandangi kertas yang tergulung rapi diatas meja riasnya. Perasaan ragu itu terus bergejolak, 'bolehkah aku membukanya sekarang, atau tidak?' hal tersebut terus terngiang dikepala gadis berumur 19 tahun.

Ophelia mulai mengigiti jari kukunya, sudah terlalu lama, "aku ini kenapa?" menepisnya dengan tangan sendiri.

"Ugh...." berpikir berulang kali.

"Ya ampun, jika terus seperti ini akan membuatku gila, bagaimana jika nanti ada orang yang tiba-tiba datang tanpa mengetuk pintu?" dalam hati gadis berambur merah kecokelatan itu.

"Para pelayan di Mansion ini sangat tidak sopan pada Ophelia, hanya Sherly saja yang dapat di percaya oleh tokoh utama wanita," tanpa sadar gadis itu mengigiti jari kukunya lagi, "Terserah! Aku akan membukanya."

Gadis itu mengambil kertasnya, lalu ditariknya tali yang menggulung rapi kertas tersebut.

avataravatar
Next chapter