1 SEBUAH BUKU

"Apa yang kamu lakukan dengan baju temanku!"

"Maaf, Shyera. Dengan tidak sengaja aku sudah menabraknya."

"Kalau jalan harusnya kau pakai mata! Apakah kornea-mu bermasalah?!" pekik gadis berkacamata yang ada dihadapannya.

Gadis berambut pendek berwarna merah kecokelatan yang ada di depan sebuah ruang IGD terkesiap tatkala sahabatnya mengucapkan kata-kata itu dari mulut indahnya, dia tidak menyangka bahwa sahabat satu-satunya bisa melakukan hal yang tercela.

Dengan perasaan hampa tangan gadis itu ditepis oleh Shyera, sahabatnya sendiri, padahal dia hanya ingin membersihkan kotoran es kopi yang tumpah di baju mahal milik teman barunya itu.

"Aku cuma menumpahkan sedikit, kenapa kau bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu?"

"Aku muak denganmu, Violet! Bisakah mati saja di hadapanku sekarang? Aku lelah dengan semua drama ini!"

"Drama apa yang kamu maksud?" gadis dengan rambut pendek berwarna merah kecokelatan yang tak lain adalah Violet tidak paham dengan apa yang diucapkan sahabatnya, Shyera.

"Sekarang tidak perlu berpura-pura baik dihadapanku! Kamu yang menyebabkan kakakku masuk ke rumah sakit, iya kan?!" tuduh sahabatnya itu.

Violet tidak menyangka, siapa orang yang telah berani memberitahukan kabar tidak benar ini kepada sahabatnya. Suasana di depan ruang IGD itu terasa sangat tegang, seperti daun yang gugur, kepercayaan Violet terhadap Shyera pun ikut gugur bersamanya. Gadis itu bertanya di dalam hatinya, mengapa Shyera bisa mengeluarkan kata-kata tidak terpuji di depan mata kepalanya sendiri.

Violet pun merasa sakit hati, untuk apa dia melakukan hal yang sampai bisa membuat Kakak sahabat satu-satunya masuk ke Rumah Sakit? Merasa bingung dan juga kesal, iapun tak segan-segan menumpahkan seluruh isi es kopi yang ia bawa ditangan kanannya tumpah membasahi seluruh baju mahal milik teman barunya.

"Aaaa!!! Apa kau tidak waras, otakmu ada dimana?!" teriak histeris teman baru Shyera di depan ruang IGD tempat Kakak sahabatnya itu di rawat.

Violet pun bodoamat dengan apa yang dia lakukan. Shyera tak tinggal diam, dirinya mendorong Violet jatuh tersungkur kebelakang hingga menabrak salah seorang petugas kesehatan yang sedang lewat disana.

"Ada apa ini? Tolong jaga tingkah laku kalian, ini Rumah Sakit," tegur sang petugas kesehatan.

Violet sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan dilakukan oleh Shyera kedepannya. Kini yang tersisa hanyalah kenangan semata. Selama Shyera bersama dengan Violet, dirinya selalu bersikap baik di depan gadis berambut merah kecokelatan itu. Hanya karena satu teman baru apakah bisa mengubah seluruh waktu yang sudah ia habiskan bersama sahabatnya?

Dengan cepat Violet berdiri dari tempat ia tersungkur tadi, bahkan tanpa menunjukan rasa sakit di depan seluruh orang di ruang IGD. Gadis itu pun berbalik pergi meninggalkan dua orang yang sudah membuat dirinya shock karena tingkah laku mereka yang diluar dugaan, dengan membawa sekantung buah apel di tangan kirinya yang tadinya akan diberikan pada kakak sahabatnya, namun tak jadi. Gadis itu lantas berjalan tanpa basa basi.

"Pergi sana yang jauh dasar penghianat, dan jangan pernah kembali lagi! Aku muak dengan wajahmu itu, sialan!" bentak mantan sahabatnya. Sekarang sudah jadi mantan.

Angin seakan berpihak pada Violet, awan hitam yang amat tebal menggulung langit berwarna biru disekitarnya, mendung seakan bicara kalau hari ini akan terjadi hujan yang sangat deras. Gadis itu kecewa, orang yang telah ia percaya memperlakukan dirinya dengan semena-mena. Rasa sesak itu kini mulai muncul di dada gadis berumur 19 tahun.

Petir menyambar kesana-sini membuat langit di kota London semakin mencekam. Angin berhembus dengan kecepatan yang tidak wajar, memporak porandakan sesuatu yang ada didekatnya. Satu demi satu setetes air turun dari atas langit di kota tempat dirinya tinggal, dan dilahirkan.

Violet sampai di depan sebuah toko buku, mengingat semua hal yang ia lakukan kemarin membuatnya sangat bersemangat, dan melupakan kejadian barusan, dirinya lantas masuk ke dalam sana untuk mendinginkan kepalanya.

Di toko tersebut dirinya menemukan sebuah buku misetrius dengan judul "Unrequited Love." Violet menemukan buku berdebu itu berada di pojokan rak saat dirinya tak sengaja berjalan-jalan hanya untuk melihat-lihat di sana, dia tidak sanggup jika disuruh membeli, jadi dirinya datang hanya untuk membaca gratis. Biaya kuliah di London mengharuskam gadis MaBa berjurusan Psychology itu berhemat.

Seperti judulnya, buku itu mengisahkan tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan. Saat tanpa sadar dirinya membaca sampai ditengah-tengah, Violet mengucapkan hal yang tidak seharusnya dia lakukan.

"Kalau aku yang menjadi gadis itu, lebih baik tinggalkan saja pria brengsek seperti dia, dan mencari yang lainnya. Untuk apa bertahan dengan orang yang tidak mencintai kita!"

Gila, tak habis pikir dibuatnya. Gadis berambut pendek berwarna merah kecokelatan, dengan tinggi badan 157 cm itu merasakan sesuatu di luar nalarnya, mimpi aneh terus muncul di kala ia memejamkan mata. Dalam tidurnya ia bermimpi sampai di sebuah desa yang amat kumuh dengan masyarakat yang terlihat primitif.

Apa-apaan semua ini, dalam hati Violet berkata. Ia tak percaya, baru saja dirinya membuka mata lantas langsung diasingkan ke sebuah gua. Sebegitukah penduduk desa disana sangat primitif sampai tidak bisa menerima orang baru? Pikirnya.

Setelah sesampainya di gua, ia pun melihat seluruh penduduk dari desa primitif itu membawa tombak ditangan mereka. Violet gemetar ketakutan ketika satu tombak itu mengarah ke kepalanya disusul tombak-tombak selanjutnya. Seperti siksa di neraka, Violet merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit berlumuran darah. Ia pun tersadar dan bangkit dari tempat tidurnya sambil terengah karena ketakutan.

Gelisah, gadis itu harus meminum obat jika sudah bermimpi, walaupun begitu dirinya tetap ketagihan untuk membaca dan tidak peduli dengan mimpinya. Sampai dia menjenguk kakak sahabat satu-satunya yaitu, Shyera, yang berujung sakit hati, Violet memasuki toko buku itu sekali lagi.

Gadis berambut pendek itupun mulai membuka lembaran buku berjudul "Unrequited Love." Pancaran sinar terang bak kuningan muncul dari dalam buku "Unrequited Love," dan memindahkan tubuhnya ke suatu tempat yang sangat asing. Violet tidak sadar dirinya telah masuk kedalam buku yang telah ia baca sebelumnya.

Mata yang terpejam kini mulai terbuka. Seperti tak ada udara, Violet hampir saja kehilangan napasnya. Segera gadis itu menatap sekeliling tempatnya berada, sungguh tak di sangka suasananya begitu mencekam, dan terlihat tidak menyenangkan.

Membuka matanya lebar-lebar, "aku ada dimana?" sadar ada yang berbeda, Violet bangkit dari tempat ia terduduk, dan merasakan hangat di punggung bawahnya sementara bagian tubuh yang lainnya terasa dingin, iapun meraba. Terkejut bukan main, dia kembali shock ketika mendapati rambut pendeknya menjadi panjang.

Terkejut, "a-astaga!" kejadian itu di luar akal sehatnya, gadis berambut merah kecokelatan masih setengah sadar, dia mencoba untuk mencerna situasi yang sedang terjadi saat ini.

Violet pun merasa khawatir, banyak buku yang sudah ia baca tentang perpindahan tubuh seperti ini, jangankan rambut bisa saja wajahnya juga ikut berubah karena itu. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang, mencari cermin juga tak akan ketemu, berbalik kebelakang, dirinya melihat mulut gua itu terbuka lebar.

Violet gelagapan, dan langsung memeriksa seluruh tubuhnya apakah ada bekas darah atau tidak.

"Lelucon macam apa ini?" ujar Violet yang sulit untuk menerima kenyataan.

Bersyukur dirinya masih selamat, iapun menghela napas lega namun, tubuhnya itu terasa lemas karena salah satu organ yang ada dibagian dalam berdegup kencang karena cemas. Ia lalu mengamati setiap detail yang ada di gua tersebut, tidak percaya dengan peristiwa tadi, dirinya memilih untuk pergi dan tidak kembali.

Tak jauh di depan matanya ia melihat pohon berjejer rapat memenuhi setiap lahan yang ada. Violet mendongakan kepalanya ke atas karena gelisah sebelum dia menggigiti jari telunjuknya.

Gelap, dan suram, tidak ada satupun cahaya matahari yang masuk ke dalam sana, tanah yang ia pijak saat ini berwarna hitam legam. Pepohonan tanpa daun dan hanya dahan yang tersisa membuat tempat itu seakan sangat menyeramkan.

Pasrah dengan keadaan dirinya mencoba untuk tetap terlihat tenang. Cukup pikir saja dengan relax sebebelum dia benar-benar menjadi gila karena frustasi.

avataravatar
Next chapter