"Non, nih gila nggak, sih? Masa gue kudu nganter berkas malem-malem ke bos gue?"
"Ha?" Noni melongo dengan mata mengedip satu kali. "Kapan dia nyuruh loe?"
"Barusan. Duh, nyesel gue. Ngapain juga gue nanya mau dibawain berkas ke rumahnya apa nggak. Serius gue, Non. Gue, kan, maksudnya besok. Bukan malam ini –"
"What???? Tonight???"
Aku mengangguk dengan raut meringis. "What to do now?"
Teman nongkrongku menghela napas panjang, lantas melirik jam di tangannya. "Gitu amat bos loe. Emangnya sempat, Ree?"
Hanya bahu yang kuherdikkan. "Katanya dijemput sopirnya. Nah, masalahnya dijemput malem jam berapa? Ini sekarang udah jam berapa? Sedangkan berkasnya semua di kantor. Mana kita lagi asik pula …."
Aku mengeluh dengan muka mendongkol disertai lirikan ke layar ponsel melihat waktu. Seolah tak berdaya, lagi-lagi aku berpikir mungkin aku bisa bernegosiasi dengan si Duren. Masih ada waktu menghubunginya kembali sebelum personil Genggas bermunculan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com