Aku mengusap dada sambil mengucap istighfar banyak-banyak tanpa peduli tatapannya. Napasku tidak karuan karena kecepatan tinggi dan pemberhentian mobil yang tiba-tiba di pinggir jalan.
Mataku mengerjap beberapa kali sambil mengumpulkan kesadaran penuh, atau tepatnya mengembalikan nyawaku yang hampir melayang kalau dia tidak cepat mengerem mobilnya, karena hampir saja menabrak trotoar di sebelah kiri.
Kalau betulan ketabrak bagaimana? Kan, aku belum merasakan surga dunia.
"Bapak gila ya, Pak? Bawa mobil kayak orang kesetanan!"
Tatapanku tajam menusuk matanya. Napasku masih terengah-engah. Sakit terasa di dada bukan karena kelakukannya, tapi akibat tekanan sabuk pengaman yang menghalangiku dari benturan ke dashboard ketika dia menginjak rem mendadak.
"Pake ngerem mendadak lagi."
Aku semakin sewot tidak karuan tanpa pembelaan apa pun keluar dari mulutnya. Baguslah. Lebih baik diam saja karena memang dia bersalah. Dia harus tahu bahwa dia sudah mengancam nyawa seseorang.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com