12 Wejangan dari Adam

Adri sedang memotong beberapa jenis sayuran untuk dibuat sup sebagai makan malam terlambatnya. Ya, dia ketiduran tanpa sempat makan malam, dan sekarang sudah pukul setengah sebelas. Adri sebenarnya malas ke dapur, lebih baik Ia lanjut saja tidur, tapi perutnya itu lapar, belum lagi Ia harus mengerjakan beberapa laporan yang belum selesai.

Setelah memasukkan sayuran itu ke dalam panci berisi rebusan kaldu ayam, Adri duduk menunggu di meja makan. Adri tertarik untuk melihat akun twitternya yang sudah lama sekali Ia buka. Alasannya karena menurut Adri, twitter itu lebih bising dari instagram.

Begitu membuka timeline, banyak sekali postingan dari menfess kampus. Topik terbaru yang diangkat para pengirim pesan itu rata-rata adalah suasana sidang akhir kepengurusan BEM FT 2019/2020.

Adri yang penasaran karena Ia seketika saja teringat Januar itu terus menscroll timeline akun menfess FT. Dari postingan itu, tampak masing-masing divisi di BEM dan pimpinan HIMA mempresentasikan output program kerja masing-masing. Sampai akhirnya Adri berhenri menscroll pada postingan yang menampilkan foto Januar sedang berbicara di podium dengan berpakaian formal. Pria itu sangat karismatik dimata Adri.

Tanpa sadar, Adri tersenyum. Namun tidak lama, suara klakson mobil menyadarkannya. Itu pasti Adam, pikir Adri. Ia langsung saja beranjak dan mematikan kompor, kemudian membukakan gerbang untuk Adam.

"Malem banget sih Bang," ujar Adri saat Adam masih memarkirkan mobilnya.

"Biasa lah, sidangnya agak alot."

"Tapi aman kan, selesai hari ini gitu."

Adam mengangguk, "Iya, akhirnya Dri Gue pensiun Dri ..." ujarnya berteriak berselebrasi.

"Berisik Bang udah malem, masuk buru. Makan bareng Gue, kebetulan banget siah Gue bikin sup ayam kayak ngerayain kebebasan Lo."

"Wah wah emang the best. Eh by the way Gue juga beli sesuatu nih buat anak kostan tercinta."

Adam membuka pintu mobilnya, mengambil dua kotak pizza dari sana. Tidak lupa, dua buah kola turut Ia beli.

"Asikkkk, gini lah Bang, keliatan orang kaya nya," ujar Adri seraya menerima bungkusan makanan itu.

"Berarti selama ini Gue macem gembel gitu."

"Guys! Yang masih bangun, ada makanan dari Bang Adam nih! Yuhuu!" teriak Adri. Beberapa orang kini keluar dari kamarnya.

"Oh ini toh Ketua BEM FT yang baru aja lengser."

"Gue aslinya bersyukur sih, tapi kok nada Lo nyebelin ya Dir?"

"Akhirnya setelah lama gak pake mode kaya."

"Sini wey di ruang tamu aja sambil ngampar di karpet."

"Han, ambil gelas dong ama pisau."

"Anjir Jenar jangan nyerobot heh bareng-bareng."

"Ini nih kalo warga kost perbaikan gizi, eh tapi ini mah junkfood gitu."

"Bang Adam thank youu, BM ku terpenuhi, congrats ya Bang akhirnya menghirup udara bebas."

"Iyenih Bang, akhirnya bukan udara Sekbem lagi yang dihirup."

"Bully aja Gue bully sesuka hati Lo pada."

"Adri mana Adri? Dri Gue tau Lo anak Tekpang tapi plis ini enak banget pizza jamur kesukaan Lo."

"Iya ntar Gue nyusul, udah masak Gue tadi."

"Eh iya Gue kan tadi mau makan masakan spesial Lo Dri."

"Sorry Bang, bukan gak mau makan makanan Lo, Gue belum makan nasi soalnya dari tadi siang, ntar Gue masih mau ngemil sambil nugas kok," ujar Adri tidak enak ketika Adam sudah duduk di meja makan.

"Iya santai aja kali Dri, ini enak kayaknya," ujar Adam sambil mengaduk-ngaduk semangkuk sup buatan Adri itu.

Keduanya kemudian makan di ruang makan itu, memisahkan diri dari gerombolan anak kost lainnya yang anarkis dengan pizza bawaan Adam.

"Nasinya nambah tuh Bang."

"Gak ah, kenyang Gue."

"Anyway tadi rame banget di twitter, menfess FT spill out rapat akhir kepengurusan BEM."

"Oh gitu? Gue gak cek-cek twitter sih."

"Iya, foto Lo rame banget tuh yang komen, yah bakal kangen nih sama Bang Adam gitu gitu hahaha geli banget bacanya, dari fans Lo pasti."

"Fans banget gak tuh, enggak lah, itu paling anak BEM yang sok-sok centil aja."

"Masa sih Bang?"

"Gak percaya. Tanya Januar, dia sering gak dicentilin adek tingkat gitu."

"Lah kok jadi Januar?"

Adam kemudian teringat sesuatu. Ia menaruh ponselnya lalu bersiap menginvestigasi gadis didepannya itu.

"Dri, jawab jujur, Lo ada apa-apa kan sama Januar?"

Adri tersedak kuah supnya.

"Udah salah tingkah aja Mbak."

"Ma ... maksudnya Bang?"

"Ya dia deketin Lo gitu, terus kalian tiba-tiba akrab, kemaren Januar pamit ke Gue mau nganter Lo balik."

"Hah? Dia bilang gitu?"

Adam mengangguk.

Adri tampak berpikir, "Sebenernya Bang ..." ujar Adri menggantung membuat Adam penasaran.

"Gue merasa begitu sih, terus dia ngomong sama Gue buat lebih deket satu sama lain."

"Oh iya? Gercep banget tuh anak. Terus apa jawaban Lo?"

"Jawaban gimana Bang? Gue rasa Gue cuma perlu ngasih respon iya atau enggak aja."

Adam memejamkan matanya jengkel menghadapi kepolosan Adri, "Ya itu bahasa lain dari dia minta jawaban Lo nerima dia apa enggak dong, Adriana Gerrie."

"Hmmm masuk akal juga sih."

"Terus, Lo gimana ke dianya?"

"Masih biasa aja sih, tapi Gue sedikit-banyak kagum sama karakter dan sepak terjang dia selama kuliah."

"Jadi menurut Lo, Lo masih di fase mengagumi dia?"

"Mungkin, dan Gue rasa Januar juga gitu."

Adam menggeleng, "Enggak Dri, dia udah lebih dari itu. Januar itu bukan tipe ekspresif. Kalo dia cuma kagum, dia gak akan sampe deketin Lo. Sementara ini, dia udah ngajak Lo balik, ada something yang pengen dia pertahanin dari Lo."

"Apa itu?"

"Keberadaan Lo buat dia, dia nyaman sama Lo."

Adri mengangguk paham, "Sebenernya kalo masalah nyaman, Gue juga nyaman dan kita sempet bilang kalo kita memang satu frekuensi, Bang."

Adam mengangguk ngangguk, "Terus menurut Lo kalian bakal gimana selanjutnya?"

"Plan terdekat Gue sih, Gue jawab ajakan dia for be closer itu dulu sih, Gue belum ada perasaan yang mengharuskan Gue tuh memprioritaskan dia, atau komitmen apapun."

"Kemaren Gue tanya Januar, dia beneran lagi PDKT in Lo macem anak ABG gak gitu."

"Terus?"

"Dia bilang ya let it flow aja lah Bang, Gue sadar umur. Gitu."

"Oh I see, Gue rasa dia juga gak mengarah ke bikin komitmen atau apa sih Bang, mungkin dia cuma mau kenal Gue lebih."

"Bener. Tapi Dri, sepengalaman Gue ya, seiring waktu kondisi itu bakal berubah."

"Maksudnya?"

"Lama-lama kalian akan saling kenal lebih jauh dan lebih cocok lalu jadi support system. Itu kalo komunikasi dan cara pikir kalian lancar terus satu frekuensi."

Adri mengangguk, "Masuk akal, menurut Gue, Januar itu panutan sih, Gue belajar beberapa hal dari perkenalan yang baru sebentar. Terutama cara dia mimpin."

"Tentu, kalian bisa eksplor apa kira-kira dari karakter kalian yang saling melengkapi."

"Menurut Lo Bang, Gue iyain dulu pertanyaan dia atau Gue cari tau dulu ya dia itu gimana?"

"Lo iyain dulu. Jangan menilai orang dari satu sudut pandang, baik itu sudut pandang Lo, apalagi orang lain. Tujuan Januar ngajak Lo lebih deket itu pasti karena dia pengen mulai semuanya dari nol bareng-bareng. Lo gak perlu mempelajari dia gimana dari orang lain, Lo pelajari dia ya dari dia."

Adri mengangguk untuk kesekian kalinya. Memang bercerita pada Adam tidak pernah mengecewakan, pria itu sudah seperti kakak dengan segudang solusi bagi Adri.

"Thanks ya Bang, tercerahkan Gue."

"Santai aja Dri. Januar baik kok, percaya sama Gue."

"Katanya gak boleh nilai orang dari sudut pandang orang lain."

"Ralat. Kecuali Gue, dewan penasehat Lo."

"Ada-ada aja."

Selesai dengan acara makan-makan dan mengobrol dengan Adam, Adri kembali ke kamarnya untuk mengerjakan beberapa hal. Tak lupa sepotong pizza dan segelas kola Ia bawa untuk menemani pekerjaannya.

Baru saja membuka laptop, ponsel Adri bergetar. Ada pesan masuk rupanya, itu dari Januar.

[WhatsApp]

(Darren Januar W)

Kamu udah tidur?

(Adriana Gerrie)

Belum, masih ada tugas. Tapi tadi udah ketiduran 2 jam abis magrib.

(Darren Januar W)

Oh gitu. Jangan begadang

(Adriana Gerrie)

Iya diusahakan

(Darren Januar W)

Kata Bang Adam kamu aja cerita soal yang Aku omongin ke Kamu

"Bang Adam, ember banget asli, nyebelin," ujar Adri.

(Adriana Gerrie)

Hehe soalnya dia tiba-tiba nanyain Kamu

(Darren Januar W)

Gak apa apa, Aku seneng Kamu terbuka sama Bang Adam

Tapi sebenernya Aku gak mau membebani Kamu soal itu. Kamu gak berhutang apa-apa soal jawaban

(Adriana Gerrie)

Aku bakal memastikan Aku jawab Jan. Kayaknya weekend nanti Aku perlu banyak bicara sama Kamu

(Darren Januar W)

Makasih Dri

Let's have some deep talk again

avataravatar
Next chapter