11 Sibuk

Sidang akhir BEM dan HIMA periode 2019/2020 akan diadakan hari ini. Januar dan Gandhi sebagai koordinator acara itu semakin sibuk mempersiapkan banyak hal dan memastikan bahwa tidak ada satupun pekerjaan dari empat departemen di Fakultas Teknik itu tertinggal. Sudah tiga hari mereka bekerja dan menghabiskan waktu di Sekretariat BEM bersamaan dengan jadwal kuliah yang juga padat.

"Akhirnya, selesai semua nih LPJ Teknik Mesin," ujar Gandhi sembari merebahkan tubuhnya di karpet.

"Oke bagus. Aula juga udah siap, tinggal terserah para Kahim mau gladi kapan."

"Serius mau gladi? Sempet gak? Pasalnya tinggal empat jam tersisa."

"Oke, Gue coba hubungi dulu mereka."

Januar pun merogoh ponselnya, mencari grup berisikan pengurus inti BEM dan para Kahim empat departemen. Selesai mengetikan pertanyaan di grup chat itu, Januar menunggu respon para anggota sembari menscroll riwayat percakapan di aplikasi WhatsAppa miliknya itu.

"Udah berapa lama Gue gak ketemu even chat dia?" batin Januar ketika melihat ruang chat dengan Adri empat hari lalu.

"Apa Gue chat aja?" tanyanya masih dalam hati.

Akhirnya setelah berpikir, Januar memutuskan untuk mengirim pesan pada Adri.

[WhatsApp]

(Darren Januar W)

Dri, apa kabar? Lagi sibuk apa sekarang?

Udah lama gak ketemu, Aku sibuk sama sidang akhir BEM hari ini dan tiga hari lalu. Kamu sehat-sehat ya

Pesan Januar itu terkirim, namun tidak langsung delivered, gelembung chat itu menunjukan satu tanda ceklis. Mungkin Adri sedang kuliah, tidak mengaktifkan ponselnya, pikir Januar.

"Pak, kita ke Aula sekarang, katanya mau gladi dulu sampe jam dua."

"Oh, udah direspon? Oke."

****

Adri dan Theo tengah berada di perpustakaan setelah bimbingan dengan Ravi, dosen mereka. Bimbingan kedua kali ini sudah menghasilkan simpulan yang jelas tentang topik hingga metode penelitian baru mereka. Keduanya sangat antusias setiap melakukan penelitian baru, yang artinya mereka akan kembali aktif mengikuti lomba atau conference dalam atau luar negeri.

"Yo, penelitian plant-based udah Gue submit ya ke Food Science International, under review sekarang," lapor Adri.

"Oke good."

"Kali ini siapa yang mau megang? Gue atau Lo?" tanya Adri karena memang mereka belum menentukan siapa koordinator penelitian kali ini. Tentu saja itu bagian penting dari penelitian, karena jobdesc nya cukup berbeda signifikan.

"Gue rasa topik yang sekarang lebih deket ke penelitian kita yang kemaren deh, masih pakai kacang-kacangan kan? Lo aja kayaknya."

"Tapi kita juga pake microbial Yo, penelitian yang Lo pegang kan pake teknik mikroba."

"Hmm iyasih."

"Kalo dari porsinya, lebih banyak make microbial, paling cuma pemilihan bahan baku dan teknik fermentasinya aja yang nyerempet ke penelitian sebelumnya," jelas Adri.

Theo akhirnya mengangguk, "Oke deh boleh, nanti Gue buat plan kita selama sebulan kedepan."

"Oke sip, tapi deket-deket ini kita harus tag lab riset cepet-cepet deh Yo, soalnya mahasiswa post doc udah mulai penelitian, takutnya kita gak bisa pake kalo gak daftar sekarang-sekarang."

"Oh iya gitu? Oke deh abis ini Gue ke UPT buat daftar lab."

"Oke, semangat semangat!"

"Yoi, unik banget sih kali ini. Kita bakal ngembangin produk plant-based protein pake mikroba."

"Iya, tapi Gue kepikiran sesuatu Yo."

"Apa tuh?"

"Bisa gak ya kita desain produknya pake rekayasa genetik buat bikin teksturnya mirip daging hewan? Gue pernah baca jurnal penelitian tahun lalu tentang inovasi novel enzyme buat meningkatkan taste dan nutrisi pangan."

"Menarik Dri, tapi kita berdua gak ahli di bidang itu."

Adri tampak berpikir, "Kayaknya Gue kenal satu mahasiswa SITH deh, siapa ya namanya lupa, pernah ketemu di conference tahun lalu, di Surabaya."

"Hah siapa? Gak bareng Gue pasti?"

"Iya, waktu itu Lo ke Bandung dan Gue ke Surabaya, bentar Gue cari."

Adri membuka ponselnya, namun belum sempat membuka aplikasi WhatsApp untuk menemukan riwayat percakapan dengan seorang dari SITH itu, dua pesan dari Januar masuk beruntun ketika Ia mengaktifkan koneksi internet.

Adri seketika tersenyum lebar. Tidak dipungkiri, Ia menunggu Januar menghubunginya sejak tiga hari lalu. Ia masih gengsi untuk sekedar menghubungi Januar lebih dulu.

"Kenapa Lo senyam senyum? Gila?" ujar Theo yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Adri.

"Hah? Engga ..."

"Yaelah, pasti oknum Januar nih."

Adri tidak merespon, Ia fokus dengan ponselnya.

"Namanya Jevan. Jevan Iyo Mahendra," ujar Adri sekaligus mengalihkan pembicaraan begitu menemukan nama orang yang Ia maksud.

"Loh si Jevan mah kenal Gue, temen gereja."

"Oh iya? Bagus dong, mau gak dia diajak penelitian bareng?"

"Harusnya mau sih, dia ngejar banyak penelitian dan publikasi soalnya mau fast track S1-S2 langsung katanya."

"Wow, keren juga. Lo hubungin dia deh."

"Oke."

Selesai diskusi dengan Theo, Adri kembali membuka ponselnya hendak membalas pesan chat Januar yang sempat tertunda tadi. Rasanya sedikit aneh, karena Adri sangat senang mendapat chat dari Januar tadi. Ia bahkan senyum-senyum sendiri ketika sekali lagi membaca dua chat itu.

[WhatsApp]

(Darren Januar W)

Udah lama gak ketemu, Aku sibuk sama sidang akhir BEM hari ini dan tiga hari lalu. Kamu sehat-sehat ya

(Adriana Gerrie)

Iya Jan. Sukses ya sidang akhirnya. Aku sehat, Kamu juga baik-baik ya.

Setelah pesan itu terkirim, Adri kemudian berpikir apakah Ia harus mengetikkan sebuah pesan yang tidak pernah Ia katakan pada siapapun. Menurutnya, pesan seperti itu sangat out of context.

"Cerita aja deh," ucap Adri dalam hati.

(Adriana Gerrie)

Aku baru aja selesai diskusi penelitian baru sama Theo, ini mau pulang

Adri buru-buru menutup ruang chat dengan Januar itu ketika pesan terkirim. Adri merasa geli sendiri. Pertama kali seumur hidupnya, Ia berinteraksi seperti itu dengan lawan jenis.

Baru saja Adri akan membuka tumblrnya, ponselnya berdering.

Darren Januar - Ketua BEM is calling ...

Adri terkejut, "Aduh ngagetin," gumamnya pelan. Ia lantas menggeser tombol hijau di layar ponselnya itu.

"Halo Dri?" sapa Januar dari seberang sana.

"Hai Jan."

"Kamu apa kabar?"

"Alhamdulillah baik Jan, Kamu gimana?"

"Aku baik juga, ini lagi di aula, sidang akhir setengah jam lagi mulai."

"Oh gitu, sidang tertutup ya?"

"Iya, kenapa emang?"

"Engga, kalau terbuka kan bisa dateng."

"Oh ... makasih Dri. Kamu bisa datang pas pelantikan kok, acaranya besok, jam lima."

"Oh ya? Oke nanti Aku datang."

"Thank you Dri. By the way gimana penelitiannya? Udah siap masuk lab?"

"Belum Jan, tadi baru fiksasi konsep sama metode, terus kita mau rekrut satu orang dari SITH kayaknya."

"Oh ya? Kalian combine sama rekayasa genetik begitu?"

"Iya, tapi masih mau kita konsulin dulu sih sama mahasiswa SITH itu."

"Oh oke, semoga hasilnya bagus ya, keren kalian."

"Kamu lebih keren kali."

"Yaudah, kita sama-sama keren hahaha."

"Anyway, weekend ini Kamu ada acara gak Dri?"

"Aku rencana pulang ke Bogor sih Jan."

"Pagi, siang, atau malem?"

"Kayaknya sore."

"Oh sore ... paginya mau jalan gak? Kebetulan temenku ada yang launching coffee shop di daerah Setiabudi, terus Aku diundang buat dua orang."

"Hmm jam berapa?"

"Jam 10 Dri."

"Oh boleh deh, sekalian Aku ke stasiun nanti."

"Oke, Aku kabari lagi nanti ya."

"Oke, good luck ya Jan di BEM."

"You too, Dri."

avataravatar
Next chapter