18 Menfess

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, namun rapat open recrutment yang dipimpin Januar itu masih berlangsung. Sembilan orang Kepala Departemen terpilih itu tentu saja memiliki pendapat berbeda-beda.

"Jadi temen-temen, oprec ini bakal kita lakukan selama lima hari. Setelah itu kita bakal pelantikan, dan ada temu alumni," ujar Januar menyimpulkan. Semua orang mengangguk setuju.

"By the way Jan, kenapa pelantikan sama acara alumninya diundur deh? Lama banget lagi," tanya Siska, Kepala Departemen Seni dan Budaya.

"Bang Adam bilang, itu ada pengubahan jadwal dari alumni, terus ada anggota BEM lama yang baru balik dari Jerman minggu depan," jelasnya.

"Eh iya ya, Bang Haikal kan? Sekretaris satu yang baru balik exchange. Keren banget dah tuh orang,"

"Oh jadi biar pelantikan sekaligus sertijab semua kumpul gitu ya? Bener sih, jadi mulai bareng selesai bareng," komentar Siska yang diangguki Januar.

"Keren, semoga kita juga kayak gitu, bahkan lebih solid," ujar Rehan, Kepala Departemen Humas.

Januar tersenyum, "Ya, semoga kita bisa kerja dengan baik, kooperatif, dan solid,"

"Oke nih sebelum kita ngeluarin jargon, apa masih ada tambahan buat oprec?" tanya Gandhi berusaha mengembalikan fokus rapat.

"So far so clear," komentar Siska.

"Oke kalau gitu, besok pagi flyer sama link pendaftaran kita sebar jam 7 ya. Dari kemaren udah dihebohin kan sosmed BEM FT?" tanya Januar pada Revitha, Sekretaris pertama.

"Siap udah Jan, dari H-3 kita udah sounding."

"Sip kalo gitu. Kita bakal pemberkasan tiga hari, terus wawancana sehari, dan musyawarah pemilihan sehari. Hari senin, kita udah pengumuman dan siap-siap buat pelantikan dan sertijab. Apa udah jelas semua?"

"Jelas!"

Rapat pun berakhir karena tidak ada lagi sanggahan dan masukan dari anggota. Januar bergegas untuk kembali ke kostnya, karena sepertinya Bandung akan diguyur hujan malam itu. Bukan apa-apa, Januar sedikit-banyak takut mengemudi di tengah hujan.

"Jan, Lo mau balik sekarang?" tanya Revitha ketika Januar baru saja selesai mengenakan sepatunya di depan Sekbem.

"Iya, Rev. Kenapa?"

"Gue boleh nebeng gak Jan? Sampe perempatan depan aja," tanyanya.

Januar mengangguk, "Oh? Hayu aja. Lagian mau ujan ini," ujarnya.

Januar kemudian pulang bersama Revitha. Sepanjang perjalanan, keduanya banyak mengobrol hal apapun. Revitha memang cukup dekat dengan Januar karena keduanya sering mengikuti kegiatan organisasi yang sama.

"Ini gak sekalian aja Gue anter sampe rumah Lo Rev? Nanggung sih," tawar Januar ketika mereka hampir sampai di pertigaan yang dimaksud Revitha.

"Gak papa deh Jan, ntar Lo kudu muter lagi kan ribet."

"Gak masalah, udah ya, Gue ambil kiri nih," ujar Januar tanpa ragu mengambil jalan ke kiri, ke arah rumah Revitha. Ia sudah hafal rumah gadis itu karena beberapa kali mengantarnya pulang.

"Yah, baik banget sih Lo, tapi ada yang marah gak nih Lo nganter Gue sampe rumah?" tanya Revitha sembari tertawa.

Januar mengerutkan wajahnya bingung, "Marah? Siapa? Kenapa harus marah?" tanyanya beruntun.

"Yaelah Januar, dikiranya Gue gak tau apa. Lo kan lagi sama Adri si Mapres, lagi dating kan Lo?" ujar Revitha memprovokasi.

Januar menggelengkan kepalanya, "Berita dari mana? Ada gitu Gue atau Adri bikin statement kalo kita dating?" tanya Januar.

"Engga, atau tepatnya belum?" tanya Revitha sedikit serius. Diam-diam, gadis itu berharap Januar akan terus membantah gosip itu.

Januar tersenyum simpul, "Lo penasaran banget? Mau gue jawab jujur atau setengah bohong?" goda Januar sembari mengubah porsnelling mobilnya.

"Bohong aja mungkin?" ujar Revitha dalam hati.

"Jujur dong!" ujarnya pada Januar kali ini.

Januar mengangguk, "Bisa dibilang begitu, we are on process, doakan aja, haha," jawabnya.

Revitha hanya tersenyum, hatinya sedikit mencelos mendengar jawaban Januar yang sebenarnya tidak Ia harapkan.

"Good luck ya, kalian serasi banget."

Januar tertawa tipis, "Haha glad to hear that. Nah, akhirnya udah sampe nih," ujarnya.

Revitha bahkan tidak sadar kalau mereka sudah sampai.

"Oh udah nyampe aja, okedeh Gue turun. Eh mau mampir dulu gak? Si Bima di rumah tuh," ujar Revitha. Bima, adiknya itu sudah sangat akrab dengan Januar.

"Langsung aja Rev, salam buat Bima dan yang lain."

"Okedeh, thanks ya Jan!"

"No problem," ujarnya sembari tersenyum. Seturunnya Revitha dari mobilnya, Januar segera berbalik arah, lalu melajukan mobilnya kembali setelah mengklakson Revitha sekali.

Revitha mengusap dadanya pelan, "Rev ... Rev, ngapain sih Lo nanya hal yang udah jelas jawabannya? Bikin sakit hati aja,"

****

"Assalamualaikum," salam Adri sesampainya Ia ke kosan.

"Waalaikumsalam," jawab Jihan, Yola, dan Dirga kompak. Ketiga orang itu sedang bermain PS diruang TV.

"Darimana Dri? Tumben jam segini baru balik," tanya Yola sembari memakan keripik kentangnya.

Adri mengangkat alisnya, "Abis refreshing," jawabnya singkat.

"Ceileh, beli kopi dimana nih?" tanyanya lagi. Yola sudah hapal kebiasaan Adri. Refreshingnya adalah membeli kopi baru.

"Itu depan PVJ ada roastery baru," jawabnya sembari menaruh tasnya kemudian ikut memakan keripik kentang Yola.

"Dri dri, liat deh," ujar Jihan heboh sambil menunjukan ponselnya. Menfess twitter fakultas teknik.

"Apaan sih?" tanya Dirga penasaran.

"Anjir Adri, ini beneran? Parah banget Lo kaga bilang-bilang sama Gue," protes Yola setelah melihat ada apa di menfess twitter fakultasnya itu. Foto Adri berjalan bersama Januar tadi pagi. Sender menfess itu menuliskan 'New couple of FT! Mapres dan Presma. Apa ini hari patah hati se FT? Wkwkwk'

Adri memejamkan matanya jengah, kemudian memberikan kembali ponsel itu pada Jihan, "Heboh banget sih orang-orang," ujar Adri dingin.

"Ya gimana enggak loh Dri. Ini Januar, dia kan jajaran cowo most wanted FT. Lo gak tau sih, fans dia bejibun, walaupun secret admirer kebanyakan hahaha," ujar Yola sembari tertawa. Entah apa yang lucu, pikir Adri.

"Iya Dri, Lo kayaknya mulai sekarang harus terbiasa deh jadi populer," kali ini Dirga, dengan fokus penugnya pada layar PS. Dirga dan Jihan sedang berduel.

"Gila ya, Gue sesibuk apa di HIMA sampe gatau bestie Gue lagi deket sama Ketua BEM," ujar Yola dramatis.

"Mau Gue ngapain juga gak berpengaruh buat Lo Yol," ujar Adri.

"Serah Lo deh Dri, Lo gak akan bisa relate sama kehidupan normal orang-orang. Gue sih ngerasanya gak care banget sama temen kalo Gue gak tau apa-apa soal dia," ujar Yola sedikit serius.

Adri mengangguk, kemudian menepuk bahu Yola pelan, "Ya, thanks for that Yol," ujarnya.

Memang benar kata Yola, pandangan Adri tentang pertemanan memang sangat berbeda. Gadis itu cenderung indivualis dan self-centered meskipun sangat menghargai kepedulian orang-orang disekitarnya.

Bagi Adri, pada akhirnya seseorang akan berakhir bertumpu pada dirinya sendiri. Tidak ada yang abadi dalam hubungan antarmanusia, yang bisa dilakukan adalah memberikan yang terbaik. Adri merasa ekspektasinya sangat rendah untuk hubungan semacam pertemanan atau romansa.

Namun semenjak kuliah, Ia berusaha keras membuka diri dengan berteman dengan banyak orang. Beruntunglah Ia bertemu dengan Yola, Dirga, Jihan, Dita, Adam, Theo dan sekarang ... Januar.

Merekalah yang membuat Adri sedikit lebih terbuka dan menajamkan interaksi sosialnya. Sebelum itu, Adri sangat sangat sangat tertutup, hingga Ia hanya berteman dengan Theo sedari SMP. Itupun Theo masih sering protes pada Adri karena tidak pernah atau jarang sekali berbagi cerita personal padanya.

Entahlah, Adri memang dididik untuk menjadi wanita independen. Tapi sepertinya Ia sudah melampaui tujuan pendidikan itu.

****

Januar sedang menggulirkan layar ponsel yang menampilkan timeline twitternya.

Januar menghela nafas dalam, "Kenapa jadi ribut amat sih orang-orang?" ujarnya sedikit kesal ketika mendapati akun menfess FT yang ramai membicarakan dirinya dan Adri.

Januar membaca satu persatu komentar disana. Isinya tak jauh-jauh dari memuji, turut senang, tidak menyangka, hingga sedih.

Januar tertawa sembari menggelengkan kepalanya, "Adri baca ini kesel gak ya dia? Yaiyalah Jan, pake ditanya," ujarnya pelan.

Januar kemudian berinisiatif menghubungi Adri lewat WhatsApp, namun sebelum menutup twitternya itu, sebuah komentar menarik perhatiannya.

"Ini Bang Haikal?" gumamnya setelah membaca komentar bertuliskan 'Bisa-bisanya Gue tinggal setahun, balik-balik udah taken sama Ketua BEM'

"Mereka kenal deket?"

avataravatar
Next chapter