4 Pertanyaan dan Kegelisahan

Suasana rumah itu lenggang. ruangan yang dipenuhi dengan bermacam-macam alat seakan menikmati keheningan yang memenuhi seluruh sudut ruangan. asap rokok mengepul lembut keluar dari pipa yang dihisap Lee. Axel hanya duduk diam. Sedangkan Rhion yang sejak tadi mendengarkan, mulai memahami tempat apa yang sedang ia pijaki sekarang ini.

singkatnya, Chasseur Resident adalah markas untuk sebuah komunitas bernama 'Zudikas'. dibilang komunitas, mereka lebih seperti sebuah pasukan illegal yang berdiri sebagai wujud dari pemberontakan kepada 5 bangsawan negeri Rosen.

namun sebelumnya, Zudikas dulu adalah partai besar yang sangat berpengaruh dalam negeri. bahkan hanya mendapat satu suara dari mereka, siapapun yang mencalonkan diri di jabatan pemerintahan apapun, akan berhasil.

"yah, meski keberadaan kami sangat penting pada saat itu, kami tidak berdiri sendiri. karna kami juga berhasil bertahan karena kerjasama dengan bangsawan Whillkingson yang merupakan penguasa ibukota negara. tapi itu tinggal masa lalu. Sekarang, kami lebih terlihat seperti partai komunis."

Rhion masih terdiam. Ia belum berniat untuk bertanya lagi setelah sedari awal ia terus bertanya ini itu pada Lee. Lee yang menatap ekspresi Rhion yang bingung dan penasaran itu tertawa.

"kau gak mau tanya tentang perumahan ini? Seperti sistemnya ataupun yang lain?". tanya Lee

"eh... ehm... apa Zudikas didirikan oleh beberapa orang atau.."

"3 orang. Namun, 5 tahun yang lalu keduanya meninggal akibat penyakit serius. Orang yang masih hidup itulah pemimpin sekaligus direktur Chasseur Resident sekarang yang bernama Jaeal Marco. Ia berasal dari ras elf. Dan dulunya ia juga terlibat dalam beberapa pertarungan"

"apa semua orang yang ada dan tinggal di perumahan ini adalah Zudikas?"

"tentu saja tidak. Tapi, penduduk yang tinggal disini harus menguasai kemampuan yang dimiliki penguasa blok masing masing. Blok dalam Chasseur dibagi sesuai dengan jumlah divisi yang ada dalam Zudikas". jawab Lee

"divisi? Ah! Berarti kau penguasa blok ini ya?"

"tau dari mana kau?"

Rhion menunjuk Axel. "Axel sempat menyinggungnya"

"oh, saat tadi ya. Huh! Menyebalkan!!"

Axel tak menanggapi hal itu dan hanya melirik lantas beralih ke arah lain.

"tapi aku sungguh takkan menyangka akan melihat werewolf yang asli sepertimu". ujar Rhion

benar, wanita yang ada didepannya ini adalah seorang werewolf. dengan telinga dan ekor yang selaras dengan warna rambut silvernya, membuat ia terlihat begitu elegan dan cantik.

"kenapa? Keren sekali ya? Ahaa~~ aku sudah tau itu !!! Ahahahahahahah!!!". tawa Lee.

Rhion memperhatikan werewolf wanita itu dengan kagum. Dengan tubuhnya yang ringan, ia mampu bergerak cepat. Selain itu saat ia dibawa terbang tadi, hanya dengan satu tangannya ia mampu membawa rhion dalam kecepatan yang hebat tanpa sedikitpun tubuhnya bergeser atau merosot. Rhion sangat yakin bahwa werewolf didepannya itu sangat kuat. Selain ia juga cantik dan cerdas.

"ah...um... nona lee.."

"kakak Lee. Panggil aku dengan itu". potongnya sambil menunjuk Rhion

"menjengkelkan.". gumam Axel.

"ada masalah huh, kolot!?". timpal Lee

"apa selain kak Yuu dan kak Lee masih ada lagi?". tanya Rhion, sekalian mencoba menghilangkan kerusuhan.

"benar. Dalam zudikas, kami terbagi menjadi 4 divisi. Eh...". kalimat Lee mendadak terhenti. "Tunggu dulu!? Siapa yang kau sebut tadi? Kak Yuu??"

"eh.. yaa... Dia memintaku untuk memanggilnya begitu".

perempata linear muncul di pelipis Lee. disusul senyum seringainya yang lebar. "beraninya dia mencuri start dariku! Si tua bangka ituuu...!!"

"kau juga tua bangka". tambah Axel

"HUUUHH!!!?!???"

Rhion hanya bisa tertawa kecil dan pasrah melihat pertengkaran kecil didepanya.

"bicara denganmu hanya akan membuatku makin tua saja. Mari, kita lanjutkan saja Rhioo. Ga perlu anggap dia ada."

"hahaha..."

Sebagai balasannya, Axel hanya melengos tidak peduli. Ia melipat kedua tangannya didepan dada.

"akan kulanjutkan. divisi Zudikas terbagi menjadi 4. Yaitu divisi 1 sebagai Murderer team, divisi 2 Spion team, divisi 3 Hacker team, dan divisi 4 yaitu Upnormal team" (lee)

"divisi 1 adalah tugasnya mereka untuk menghajar, membunuh, mengeksekusi, dan apapun sejenisnya. Kebanyakan mereka adalah ras elf. Mereka ada diblok 1. Ketua divisi itu bernama Ozhra Vincent. Kupikir, kalian seumuran". ujar Lee kembali menunjuk Rhion

"denganku?"

Lee mengangguk. "iya."

"Ozhra sudah tinggal disini sejak berusia 5 tahun. Ia juga sama denganmu yang berasal dari Zalia Malonė. Meski dari desa yang berbeda"

"begitu ya. Memang di tempatku ada desa khusus para elf yang menetap". ujar Rhion mengingat

Dalam hatinya, Rhion berharap jika ia bisa berteman dengannya. Meski sekarang ia adalah ketua divisi Murderer, semoga ia tidak kehilangan akal sehatnya sebagai elf.

Lee pun terus melanjutkan penjelasannya tentang divisi 2 yang dipimpin oleh Eijhpyie yang berasal dari ras Kurcaci. Mereka bertugas sebagai pengintai, mata-mata, dan menyusup ke suatu tempat. Juga divisinya yang merupakan divisi 3 Hacker team. Ia menjelaskan paling panjang lebar tentang divisi yang dipimpinnya dengan bangga, meski intinya divisi 3 ini hanya bertugas sebagai peretas. Baik sistem, sihir, ataupun program dan sebagainya.

Namun, Rhion sedikit menunjukkan ketertarikannya pada divisi 4 atau Upnormal team yang dipimpin oleh Yuu Yuuna yang merupakan ras penyihir. Hampir semua anggota divisi itu semuanya adalah penyihir.

"karna memang yang Upnormal hanya mereka saja"

"ah, aku mulai mengerti". Rhion mengangguk-angguk.

"bagus. Oiya, apa kau sudah diorientasi?"

"orientasi?"

"kau akan diorientasi untuk disahkan sebagai penduduk tempat ini". kali ini, Axel yang bicara

"apa maksudnya itu?"

"untuk menjadi penghuni Chasseur, itu tidak seperti pindah rumah. Kau akan diorientasi atau dites agar kau bisa tau dimana kau akan tinggal. Apa di blok 1, 2, 3, atau 4 dengan kemampuan yang kau miliki. Semua itu akan dilaksanakan dengan cara bertarung diatas arena"

"ta... tapi aku belum pernah bertarung sebelumnya"

"bukankah tadi Axel bilang kau adalah tamu tuan Jaeal? Bukankah itu berarti kau diundang ketempat ini?"

raut wajah Rhion kembali bingung. "a... aku bahkan tidak tau apapun.."

"aku yakin kau pasti memiliki 'sesuatu' yang membuat tuan Jaeal tertarik denganmu. Apa mungkin dijadikan istri? Yah, kita takkan tau sampai kau diseleksi. Tapi tenang saja, kalaupun kau tidak lolos kemanapun, kau masih memiliki kesempatan tinggal disini sebagai koki, mungkin? Soalnya tak ada divisi memasak di Zudikas"

Rhion kembali terdiam dalam kebimbangan. Tentu saja ia yang tak pernah sekalipun bertarung, sekarang harus menaruh nasib hidupnya pada masa orientasi. Akan dimana dia hidup dan tinggal di Chasseur Resident. Ia menggenggam erat bajunya. Bagaimanapun ia harus bisa bertahan hidup apapun resikonya. Ia harus hadapi semua itu jika ia benar-benar masih ingin hidup.

kalau kalah, aku akan ditempatkan di blok koki. Bagiku itu tidak masalah selama aku masih bisa tinggal disini selama yang kumau. pikir Rhion.

"aku bisa saja melatihmu gerakan sedikit-"

"....aku"

Lee dan Axel menatapnya. Rhion tentunduk dalam. Mencoba menahan gemetar tangannya. Ia terlalu takut, sangat takut.

"aku... akan mencoba sebisaku. aku sudah banyak merepotkan kalian dan juga kak Yuu. Jadi... Aku akan berusaha!"

melihat kesungguhan itu, Lee yang terharu langsung melompat memeluk Rhion

"hwaaa.... kau benar-benar gadis dewasa...!! Aku suka Rhioo~~"

Axel hanya bisa diam menatap Rhion dengan tatapan datarnya. Meski begitu, ia sangat tau bahwa gadis itu sangat ketakutan. Peristiwa itu pasti masih membekas dalam ingatannya.

dia terlalu memaksakan diri. batin Axel

Lee menepuk-nepuk bahu Rhion dengan semangat yang menggebu-gebu.

"aku berharap kau masuk dalam komplek divisiku Rhioonn...!! Kalau kau masuk, aku pastikan kau akan tinggal denganku!"

"mimpimu ketinggian"

"HUH!!??". mereka kembali saling tatap seakan ada aliran listrik diantara tatapan mereka.

"makasih banyak.... kak Lee". ucap Rhion yang langsung mengalihkan perhatian Lee

"kau harus jadi gadis kuat ya, Rhion!! Kuucapkan selamat datang di Chasseur Resident ini!!"

Sekali lagi, Rhion menoleh. Ia memaksa senyumnya yang kaku.

".....iya"

Lee segera berbalik masuk kerumahnya. Hingga tiba-tiba ia berteriak dan mengacak-acak rambutnya.

"aku lupa menanyai profil anak ituu!!"

________•••••_________

Sambil berjalan pulang dari blok 3, Rhion terus tenggelam dalam lamunannya. Kak Lee benar, ia harus menjadi lebih kuat. karna kini jalan hidupnya sudah berubah 180 derajat. tidak, bahkan 360 derajat dari kehidupan sebelumnya. Ia yang sebelumnya adalah warga biasa yang suka membuat flowercrown dan berdongeng pada anak-anak, kini ia harus bisa hidup di tanah dimana para pembunuh berada.

Benar, para pembunuh yang menginginkan Rosen kembali mekar.

tapi.... bertarung di arena itu...

"kau tidak apa-apa?"

Rhion menoleh ke arah Axel dan tersenyum.

"iya. Terimakasih sudah menemaniku seharian ini, Axel."

Laki-laki tanpa ekspersi itu kembali terdiam. Suara Rhion terlalu lirih. Seakan ada rasa tertekan disana. meski begitu, ia merasakan hal langka yang belum pernah ia alami.

Gadis didepannya memanggil namanya, membuat jantungnya berdegup cukup kuat

Axel tak lagi berkata apa-apa sampai mereka kembali kerumah Yuu. didalam, Yuu dan Cavel sudah siap dengan makan malam yang banyak. Rhion langsung ditarik duduk oleh Cavel dan menyuruhnya mencicipi semua masakan yang ia buat.

"hebat! Ini enak!". puji Rhion semangat.

"tuh kan, apa kubilang! lidah manusia itu memang peka! Tak seperti lidahmu itu". seru Cavel puas kepada Yuu.

"Rhion itu sengaja memujimu saja. aslinya memang masakanmu itu ga enak! Asiiinn~!!". ledek Yuu.

"cth!!"

"bagaimana survei mu tadi, rhion?". Yuu menoleh. ada sedikit hentakan pada bahu Rhion sebelum akhirnya ia menjawab dengan biasa.

"baik, aku sampai berbincang banyak dengan kak Lee."

"maksudmu Lee Yoo dari divisi 3?"

"iya benar. dia orang yang sangat bersemangat dan baik."

"werewolf eksentrik kayak dia kau bilang baik."

Rhion hanya tertawa, disusul dengan obrolan lain. Yuu dan Cavel tertawa keras saat Rhion menceritakan apa yang terjadi saat Lee dan axel kejar-kejaran. Orang yang diceritakan hanya asyik makan dan menatap sekelilingnya yang tertawa lepas.

Cavel perlahan mengendurkan ekspresinya. Menatap nanar gadis manusia didepannya itu. Sebagai seorang detector, ia bisa tau apa yang sedang dirasakan rhion. tau ekanan, ketakutan, shock, semuanya campur aduk menjadi satu. Cavel tak bisa berbuat apa-apa selain menyeruput tehnya saat ini.

Disisi yang lain, Axel juga menatapnya. meski sebenarnya hanya tawa Rhion yang memancing pandangannya.

sambil berharap bahwa itu memang senyum yang muncul dari lubuk hatinya.

avataravatar
Next chapter