8 Arena Orientasi (4)

"apa...kau bilang?". ucap Cavel terbata.

Yuu, Cavel, dan Axel sama sekali tak bisa berkutik. bahkan jika mereka melawan pun, kekuatan mereka sama sekali tak setara. tubuh mereka beku ditempat lantaran sihir locked  yang dipasang oleh Elhean. Cahaya yang tadi menyinari seisi arena perlahan menghilang. Menyisakan mereka dan orang-orang yang sudah roboh tak sadarkan diri.

"aku adalah tangan kanan kepala keluarga bangsawan Whillkingson, Stave Elhean"

"tangan kanan.... Whillkingson!?".

Butler itu terdiam dan mengangguk.

Tak ada yang sekalipun akan menyangka bahwa salah seorang dari musuh utama Zudikas akan berdiri didepan mereka. Axel mengedarkan pandangannya ke sekitar. ia menelan ludah. lihatlah,  bahkan seluruh anggota Zudikas tak ada yang bertahan dari serangan dari butler itu. jika mereka tak terlindung dibalik shield tadi, pastinya mereka juga akan bernasib sama. tanpa tau apa yang akan dilakukan butler itu, Cavel menggeretakkan giginya.

Meski hanya tangan kanan dan seorang butler, ia terlalu kuat. Bahkan axel yang dianggap paling hebat pun tak ada tandingannya dari butler itu! Sial!. batin Cavel

Elhean mundur selangkah dan sedikit membungkuk untuk bisa melihat Rhion lebih dekat.

"apa kau juga bermaksud untuk mengambilnya!?". bentak Yuu

Elhean menatap Yuu datar "aku hanya mau melepas segelnya"

"melepas segel? segel apa?". tanya Axel.

Elhean menoleh kearah mereka. Ia menjentikkan jarinya dan sihir yang mengikat mereka terlepas. Mereka terhuyung dan langsung siaga. butler itu mengehela napas.

menyadari reaksi itu, Elhean menghela napas. "aku kesini bukan untuk menjadi musuh"

Cavel mengernyit. "lalu?"

"mari kita berbincang sejenak. tentang gadis itu". Elhean menunjuk kepada Rhion.

Cavel menatap Elhean tak percaya "kau... kau mengenalnya?"

Elhean mengangguk. Ia meletakkan telapak tangannya diatas kepala Rhion. Seberkas cahaya sontak muncul dan menyelimuti tubuh Rhion.

"mau seperti apapun nasib dan takdirnya, sesuatu yang sudah terikat kuat takkan bisa terputus begitu saja". ujarnya.

Elhean menatap tiga orang didepannya dengan datar. Sedangkan mereka yang ditatap merasa was-was akan ada serangan susulan dari musuh utama Zudikas itu.

"seperti yang kau duga, Cavel Yuuta. Gadis ini adalah manusia dan menampung seorang roh suci. Siapapun pasti akan mempertanyakan bagaimana hal itu bisa terjadi. tapi, bagaimana jika dia adalah salah satu dari Sakovich?"

"Sa... Sakovich? maksudmu, klan yang sudah lama hilang dan punah itu?".

"benar. Atau bisa dikatakan bahwa klan Sakovich adalah penduduk asli dari negeri Rosen. klan Sakovich yang begitu terkenal dengan kekuatan mereka yang unik. tanpa ada siapapun yang bisa menebaknya" lanjut Elhean

Axel tertunduk. ia menegepalkan tangannya kuat-kuat. ia ingat saat Rhion menyebutkan namanya saat mereka keliling blok 4. saat itu, ia menganggap bahwa bisa jadi marga itu hanyalah kebetulan. tapi tidak disangka bahwa ternyataan nama marganya itu adalah asli.

"Rhion memang menyandang nama itu". ujar Axel.

"jadi, Rhionna adalah satu-satunya yang selamat dari klan yang hilang itu?". sahut Yuu.

"apa sekarang hal itu masih membingungkanmu, Cavel Yuuta?"

"..... tidak". Cavel menggeleng. sial, dia bahkan tau nama lengkapku. Orang ini terlalu berbahaya!

Axel melempar pandangannya kepada Rhion yang masih belum sadar.

"apa... dia baik-baik saja?"

"sayangnya tidak. Saat ini, jiwanya dan roh Yuanne Siliva sedang berbenturan didalam sana"

"apa!? Kalau begitu Ion tak mungkin-"

butler itu hanya diam, tak menggubris perkataan Yuu. Axel yang masih hanya menatap itu perlahan mengendurkan kepalan tangannya dan melirik Elhean.

dia benar-benar datang kesini hanya untuk dirinya?

Elhean mulai bergerak. Perlahan, cahaya yang ada ditangannya terkumpul. Lantas, ia menarik cahaya itu keluar dari kepala Rhion hingga terlihat sebuah bola berukuran sedang melayang-layang di telapak tangannya.  

"sudah kubilang aku datang kesini bukan untuk menjadi musuh". Elhean kembali berucap sambil melirik kearah Axel.

"siapapun ga akan percaya semudah itu kepada musuh yang sudah bertahun-tahun lamanya menyerang kami". balas Yuu ketus.

"apa itu?". tanya Cavel

"segelnya"

Dengan cengkraman tangannya, bola cahaya itu hancur dengan bunyi kaca pecah. persis bola cahaya itu hilang, perlahan kulit Rhion yang berwarna kuning langsat itu berubah menjadi putih salju. disaat yang sama, Axel, Yuu, dan Cavel tersentak. mereka tiba-tiba merasakan aura sihir yang tidak biasa, begitu kuat dan kokoh, dan itu berasal persis dari Rhion.

"sungguhkah ini..."

"pada dasarnya, klan Sakovich adalah ras penyihir. namun, karna alasan tertentu, ia menyegel dirinya sendiri dan mengubah dirinya menjadi ras manusia"

"bagaimana bisa? apa yang kau tau tentangnya, hoi butler!?". Cavel kembali berseru kearahnya.

"untuk saat ini, hanya itulah yang bisa kulakukan. Semoga kalian bisa menjaganya"

butler itu menjentikkan jarinya. sedetik kemudian, tubuhnya dikelilingi oleh kelopak mawar merah dan hembusan angin yang cukup kencang. mereka menghalangi angin itu dengan tangan mengedepani wajah mereka.

"lalu mereka bagaimana!?". Yuu menunjuk kearah arena.

"aku sudah memanipulasi ingatan mereka. Jadi, kalian tak perlu khawatir kalau ia akan dikejar lagi. terutama oleh pimpinan kalian. kalau begitu, saya pamit"

Butler itu segera membungkuk dan  menghilang begitu saja. meninggalkan kelopak-kelopak mawar merah yang bertaburan. mereka bertiga masih berdiri ditempat. mencoba untuk mencerna apa yang telah terjadi sejak tadi.

"bagaimana bisa hal ini terjadi pada kita?". gumam Cavel gusar.

Axel segera menghampiri Rhion dan berlutut menatapnya. Ia menangkup pipi Rhion yang mulai kemerahan. benar apa yang dikatakan butler itu bahwa Rhion juga adalah penyihir seperti mereka. ia bisa merasakan aliran kekuatan yang besar juga tidak stabil. mungkin karna terlalu lama tersegel.

"jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?". tanya Yuu

"apalagi selain menyelidiki anak ini? terlebih, ia sangat berbahaya dengan roh yang ia bawa. Aku tak menyangka yang telah kita selamatkan adalah seorang dewa!". Sahut Cavel.

"terlebih, ia sepertinya memiliki hubungan dengan butler itu".

Cavel memegangi kepalanya yang sangat pusing. "aku masih tak mengerti dengan semua ini"

Axel bangkit dari duduknya. Ia berbalik menghadap kedua rekannya.

"entah besok atau lusa, Rhion akan menjadi sesuatu yang cukup menjadi alasan dari kehancuran Rosen selanjutnya. lebih baik untuk saat ini kita menjaganya sambil menelitinya". ujar Axel.

Cavel mendengus. "meneliti ya? kau pikir dia itu hewan percobaan?"

Rhion mengerjap. jemarinya mulai bergerak kecil. matanya terbuka pelan. Yuu dan Cavel segera mendekat menghampiri Rhion yang masih lemas itu. Rhion memaksakan suaranya untuk keluar

"kak...yu..u...? aren...anya...".

"kau menang, Rhion. Aku akan mengambilmu untuk masuk sebagai anggota dari divisiku". ujar Yuu cepat. mungkin begitu lebih baik.

Gadis itu tersenyum lemah. Ia kembali memejamkan matanya. mendadak, arena berguncang. Yuu langsung mengangkat Rhion dan memberi isyarat pada kedua anak buahnya untuk kembali. mereka segera melompat keluar arena dan seketika tempat itu kembali bercahaya. persis cahaya itu hilang, arena kembali ramai seperti sedia kala. Semua orang hadir seperti keadaan arena sebelumnya. dan mereka kembali ternganga.

"apa ini, Time Repeat?". Yuu kembali ternganga.

"butler itu,  selain memanipulasi ingatan semua orang ia juga memajukan kejadian yang akan datang. Ia bermaksud menyesuaikan antara ingatan dan waktu kejadiannya. termasuk menghilangkan dan memanipulasi ingatan orang-orang. Benar-benar kemampuan yang luar biasa.". papar Cavel.

"dia juga sama membingungkannya dengan Rhion". sambung Yuu "baru sekarang aku lihat elf yang mempunyai sihir."

"Elf... yang memiliki sihir...". gumam Axel.

Mereka menatap arena diatas sana bersama dengan hembusan angin yang menghajar pelan mereka. hari itu, adalah hari yang paling luar biasa sekaligus menegangkan untuk mereka.

dan hanya mereka bertiga yang mengetahui kebenarannya sampai kapanpun.

avataravatar