webnovel

PROLOG

Hari ini cuaca sangat cerah. Pusat kota terlihat sangat ramai seperti biasanya. Orang-orang sibuk berlalu lalang masuk dari satu toko ke toko yang lainnya. Lihatlah betapa gembiranya mereka ketika berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Tetapi tidak dengan seorang gadis cantik yang masih setia dengan wajahnya yang kusut lengkap dengan makian yang keluar dari bibir manisnya.

Sudah hampir satu jam gadis ini menunggu di dalam mobil, membiarkan panasnya terik matahari yang menyusup masuk melalui kaca depan. Entah sudah berapa kali ia mengipasi diri dengan tangannya meskipun tahu itu tidak berpengaruh apapun. Air conditioner? Tidak usah ditanya. AC mobil sudah dalam keadaan menyala dan berada pada titik maksimal tetapi gadis itu masih merasa kepanasan.

"Dasar brengsek! Dasar sialan!" Makian kasar terus keluar dari mulutnya, menyumpahi seseorang yang membuatnya menunggu lama seperti ini. Jika saja ia bisa mengendarai kendaraan roda empat itu, sudah pasti ia tinggalkan orang yang membuatnya menjadi kepiting rebus seperti ini.

Matanya menajam ketika melihat seseorang yang sangat ia kenal melambaikan tangan kepada segerombolan pria seumurannya di luar sana lengkap dengan senyum cerahnya. Pria itu kemudian melangkah menuju mobil yang di isi oleh sang gadis saat teman-teman yang ia temui tadi sudah hilang dari pandangannya. Sambil bersiul santai, sang pria masuk ke dalam mobil menempati kursi pengemudi dengan sedikit perasaan buruk. Ya, hanya sedikit. Ia hanya merasa tidak nyaman ketika gadis disebelahnya menatap dirinya dengan begitu tajam.

"Kenapa lo lihatin gue kayak gitu?" Ia bertanya dengan sangat hati-hati, "Ada yang salah di muka ku yang tampan ini?" Pria itu mengambil ponselnya dan membuka kamera depan untuk memastikan tidak ada yang aneh di wajahnya.

Pandangan gadis itu kian menajam, "Lo beneran sama sekali gak merasa bersalah udah ninggalin gue kepanasan di dalem mobil?"

Sang pria menaikan satu alisnya, "Kenapa gue harus merasa bersalah?"

"Serius?" Sang gadis berdecak, "Lo gak merasa bersalah sedikit pun?! Satu jam aku menunggu mu, dasar sialan!"

Mendengar gadis di sampingnya marah, bukannya meminta maaf. Pria pirang itu malah tertawa dengan sangat puas sampai-sampai sang gadis mengerutkan dahinya heran.

"Hahaha... Apa gue udah buat lo nunggu terlalu lama? Pantes aja muka lo mateng begitu." Sesekali pria itu memukul kemudi karena tidak bisa menahan tawanya.

Kekesalan sang gadis kian memuncak, "Dasar gila! Gak tahu malu! Mendingan gue balik sendiri aja! Sia-sia gue nungguin lo! Tunggu aja ya, gue mau ngadu ke Ayah biar tahu rasa lo kalau uang jajan dipangkas abis!"

GREP

Gadis itu hampir saja membuka pintu mobil dan melangkah keluar meninggalkan pria tidak tahu diri itu sendirian jika saja tangannya tidak ditahan oleh sang pria yang kini sudah menghentikan tawanya. Gadis berambut panjang itu berbalik memandang pria menyebalkan di sampingnya yang kini tengah tersenyum lebar yang membuat deretan gigi putihnya terlihat sempurna.

Lihat, bahkan senyumannya menandakan tidak ada rasa bersalah sama sekali.

"Maafin gue. Gue janji gak akan kayak gitu lagi. Jangan laporin ke ayah, please."

Caroline, nama gadis itu, atau biasa dipanggil Carol ini pun mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil. Dengan ekspresi yang masih kesal, ia pun kembali memasang sabuk pengamannya.

Senyuman pria di sampingnya semakin lebar, bersamaan dengan dinyalakannya mesin mobil dan mereka pun meninggalkan tempat itu.

Carol berdecak kesal. Ia tidak tahu apa alasannya ia bisa tahan memiliki kakak menyebalkan seperti Kevin -nama pria menyebalkan disampingnya- yang ajaibnya hanya berbeda satu tahun darinya. Meskipun mereka jarang bertemu karena sebelumnya berbeda kota, tetapi pertengkaran mereka tidak pernah mengenal tempat. Di telpon pun mereka tidak pernah melewatkan perdebatan sekecil apapun.

Carol yang selama ini selalu mengikuti kemana pun ayahnya di pindah tugaskan, kini memilih untuk ikut menetap bersama sang kakak yang memang dari dulu tidak pernah mau diatur. Awalnya sang ayah menolak keras ketika Carol berkata ingin satu sekolah bersama Kevin karena terakhir kali mereka berada di sekolah yang sama, perpaduan antara Kevin dan Carol berhasil membuat beberapa siswa masuk ke rumah sakit akibat adu jotos dengan mereka berdua.

Dan kini, Carol baru saja kembali ke kota kelahirannya dan sudah mendaftar di sekolah yang sama dengan sang kakak dengan syarat tidak ada lagi perkelahian antar murid atau ia harus kembali ikut kemana pun ayahnya di tugaskan. Carol sunggu-sungguh bersumpah tidak akan pernah berkelahi lagi di sekolah karena astaga, selalu berpindah-pindah tempat membuatnya lelah. Bayangkan saja, dalam satu tahun ia bisa sampai empat kali pindah sekolah!

"Berhenti berdecak, Carol. Kalau gue hitung, udah lebih dari dua pilih kali dalam sepuluh menit ini lo berdecak kesal kayak gitu. Lo bikin gue gak bisa konsentrasi nyetir, tahu?"

Carol melirik Kevin melalui ekor matanya. Ia tidak membalas perkataan kakaknya dan kembali memandang ke depan.

"Oh astaga. Lo masih marah?" Tanya Kevin memastikan.

Carol kembali berdecak, "Menurut lo?"

Kevin mengusap wajahnya dengan satu tangan, "Gue minta maaf buat yang tadi, okay? Apa yang harus gue lakuin biar lo tidak gak lagi?"

Carol masih tidak menghiraukan Kevin dan hal itu membuat sang pria sedikit kesal.

"Oh, ayolah adik yang paling gue sayangi, my honey, bunny, sweety. Besok lo udah pindah ke sekolah gue, yang artinya kita bakalan satu sekolah. Gue gak mau punya musuh satu pun disekolah." Kevin menggerutu jengkel.

Carol tersenyum meremehkan. Apa katanya tadi? Tidak mau mempunyai musuh satu pun di sekolah? Ingin rasanya Carol tertawa kencang sekarang. Ia tahu betul siapa kakaknya. Si berandalan tak tahu aturan yang hobi mencari masalah. Carol berani bertaruh, pasti pria itu disegani oleh satu sekolahan karena sifat urakannya.

Oh, tidak usah kalian tanya berapa kali pria itu baku hantam dengan murid disekolah. Saat sekolah dasar saja Kevin sering adu jotos dengan teman-temannya, apalagi menginjak masa-masa SMA seperti ini. Carol yakin sudah ada beberapa murid di sekolah yang berakhir di rumah sakit gara-gara sifat urakan kakaknya yang sulit diatur dan keras kepala itu.

Tidak ingin mempunyai musuh katanya? Jangan bercanda.

.

.

To be continued

Hai, ini Nympadoraaa yang kembali lagi dengan cerita absurd terbaru hehe. Aku harap banyak yang suka juga sama cerita ini. Kira-kira setelah baca prolognya, lanjut atau nggak ya?

Kasih tahu penilaian kalian ke instagram @Nympadoraaa yaaaa. Terima kasih banyak.

See you!

Next chapter