webnovel

Berita Kematian Darsimah

Berita kematian Darsimah dan sang kusir menyebar di seluruh desa Kemuning dan desa tempat Darsimah terbunuh. Semua warga menceritakan bagaimana jasad Darsimah terbunuh dan sang kusir.

"Kasihan Darsimah dan kusirnya, dia harus meninggal dengan cara yang menggenaskan. Siapa yang tega membunuhnya, lihatlah, kalau tidak percaya," ucap salah satu warga yang ikut melihat ke lokasi pembunuhan.

"Iya, aku melihatnya tadi. Saat mau ke hutan mencari kayu bakar, aku melihat Darsimah meninggal digantung dan lebih sadisnya, dia di perutnya koyak gitu. Aku rasa kena sabetan benda tajam dan lebih parahnya kusirnya itu, kepalanya lepas dari anggota tubuhnya, sungguh mengerikan sekali," ucap warga yang melihat langsung jasad kedua korban.

Semua warga mengangguk pelan mendengar penjelasan dari warga yang melihat jasad Darsimah dan kusirnya. Ada kengerian yang mereka perlihatkan di wajah mereka masing-masing. Dan ada juga wajah sedih ditunjukkan oleh warga yang mendengar cerita warga tersebut.

Di lokasi pembunuhan, polisi kota menyelidiki dan menyisir semua lokasi, mereka mencari bukti untuk mencari pelakunya. Hanya ada jejak kaki yang seperti seretan, sisanya nihil. Tali tambang yang untuk mengikat Darsimah tidak ada jejak tangan, sangat sempurna pembunuhan Darsimah.

"Lapor Komandan, saya tidak menemukan jejak apapun. Hanya jejak kaki dan jejak bekas seretan di sekitar lokasi. Saya rasa itu seretan kaki korban, itu bisa terlihat dari kaki korban yang berlumpur Komandan," lapor anak buah Komandan itu lagi.

Komandan itu melihat ke arah jejak kaki dan bekas seretan. Dia juga mendapatkan bukti lain di lokasi korban ke dua. Bukti itu berupa celurit yang tajam. Komandan mengambil celurit itu dengan sarung tangannya. Dia memberikan kepada anak buahnya untuk penyelidikan.

"Cepat kita bawa semua bukti ke kantor. Dan untuk korban segera visum, kita akan lihat semuanya. Siapa tahu ada bukti lain yang kita dapatkan," jawab Komandan dengan tegas.

"Baik Komandan." Anak buah Komandan segera pergi dari hadapan Komandannya.

Komandan melihat anak buahnya membawa jasad ke dalam kantong jasad. Pagi ini benar-benar pagi yang menyedihkan, siapa yang tega membunuh ke dua orang ini. Dan apa motifnya membunuh ke duanya.

Komandan berjalan menuju mobil, tapi dia merasakan ada yang memanggil dirinya dengan lembut. Suara minta tolong, suara itu sangat menyedihkan sekali. Komandan Angga menoleh ke belakang, dia mencari siapa yang memanggilnya, tapi tidak ada sama sekali. Angga melihat sekeliling hutan pinus dan cemara, walaupun pagi, masih tetap seram pikirnya, apa lagi dia mendengar sayup-sayup suara wanita yang meminta tolong.

"Apa hanya perasaanku saja ya, kenapa aku merasakan ada yang memanggilku? Hihiii, serem benar dah, aku pergi saja lah, dari pada aku melihat sesuatu, polisi juga manusia kali," gumam Angga.

Angga berbalik melanjutkan langkahnya, tapi baru melangkahkan kakinya pundaknya ditepuk kencang. Angga yang sudah mulai merinding, seketika terkejut mendapatkan tepukkan kencang dari sesorang.

"AAAAAA! Mati saja kau sialan kupret, kodok bangkong lepas bulunya kakinya bengkok habis disco!" teriak Angga yang tentunya membuat anak buahnya melihat ke arahnya.

Angga terdiam dengan nafas yang naik turun. Kaget jelas, malu apa lagi itu lebih jelas. Dia ingin menyembunyikan wajahnya di ketek gorila yang masih bayi. Angga mengepalkan tangannya, dia berbalik dan melihat rekannya yang mengangga melihat Angga yang latah.

"Kenapa Komandan? Kok kaget begitu?" tanya temannya yang menepuk punda Angga.

"Gundulmu kenapa? Kau pikir sendiri saja kampret, kau buatku malu di depan anak buahku. Menyebalkan sekali kau," kesal Angga yang pergi meninggalkan temannya Zuki.

Zuki mengangkat tangannya, dia heran dengan Komandan satu ini, dia dari tadi memanggil Komandannya ini, tapi tidak didengar, tapi waktu dia menepuk pundak kenapa Komandannya marah dan terkejut. Zuki masuk ke dalam mobil yang sama dengan Komandannya. Zuki duduk di sebelah Komandannya yang kebetulan sahabatnya.

"Angga, lu kenapa? Aku panggilin bukannya nyahut, malah diam bae. Kamu lagi ada masalah ya?" tanya Zuki yang duduk di kursi kemudi.

Angga dan Zuki berada di mobil yang sama, keduanya naik mobil dinas ke tempat lokasi pembunuhan itu terjadi. Zuki masih memandang ke arah Angga yang tidak menjawab pertanyaan dari dirinya. Angga masih termenung, dia masih memikirkan apa yang terjadi sesaat dia meninggalkan hutan pinus dan cemara.

"Aku tidak apa, cuma aku merasa ada yang memanggilku saja," jawab Angga jujur.

"Itu aku yang manggil kamu Angga, emangnya kamu melamunin apa sih? Kita ke sini untuk memecahkan kasus kematian penari jaipong, tapi kamu malah melamun, kamu sudah makan belum?" tanya Zuki menatap Angga sahabatnya itu.

Angga menghela nafas panjang, berita kematian Darsimah membuat geger satu kota bukan hanya desa saja yang gempar akan kematian penari Jaipong itu. Angga menggelengkan kepalanya pelan, dia menatap ke arah Zuki.

"Apa sebegitu lembutnya suara kamu Ki, hingga buat bulu kudukku merinding dan membuat kau gemetaran mendengar panggilan itu?" tanya Angga dengan tatapan tajam.

Zuki yang mendapatkan tatapan tajam dan mendengar perkataan Angga mulai menelan salivanya. Sejak kapan suaranya membuat bulu kuduk berdiri dan membuat orang gemetar mendengarnya.

"Tunggu dulu Ngga, maksud kamu gimana? Apa kamu berpikir kalau aku ini jelmaan hantu yang manggil orang langsung orang tersebut gemetar gitu? Aku manggil kamu itu kencang Ngga, bukan lembut, jadi aku itu ...." Zuki menghentikan ucapannya melihat tangan Angga mengarah ke dirinya.

"Kau dengar itu, dia meminta tolong. Suara yang sama Zuki, suara itu yang aku dengar di hutan tadi dan sebelum kau menepuk pundakku, kau dengar tidak?' tanya Angga pada Zuki yang duduk di sebelahnya.

Zuki yang diminta untuk mendengar apa yang Angga dengar menelan salivanya, dia sama sekali tidak dengar, malahan dia merinding sendiri seolah ada yang di dekatnya. Munafik jika dia tidak takut, polisi juga manusia, penjahat boleh takut pada dia tapi ini beda, ini hantu makhluk tidak kasat mata pikirnya.

"Ga, lu jangan buat aku takut kenapa, kalau lu mau dengar, ya dengar sendiri saja, jangan ajak aku Ngga, tolong jangan buat aku takut untuk tidur di kost sendiri," ucap Zuki yang sudah merinding.

Masih pagi, tapi di desa dan di tempat kejadian serasa mencekam. Zuki mulai menstater mobil untuk pergi dari lokasi. Dia tidak mau buat Angga makin berhalusinasi lagi. Bisa pipis di celana dia. Mobil bergerak menuju jalan raya, tidak ada yang berbicara. Keduanya juga tidak membahas apapun, termasuk Angga yang sudah melupakan suara minta tolong itu.

"Angga, aku pikir kau tidak perlu menangani kasus ini. Cukup anak buah saja yang turun tangan, kau tunjuk saja orang lain gantikan kau Ngga, aku juga tidak mau, tolong jangan pilih aku. Lebih baik aku tangkap penjahat dari pada ikut kasus ini," kata Zuki yang memelas kepada Angga.

Angga berdecih mendengar apa yang dikatakan Zuki. Seorang polisi harus siaga dalam segala hal pikirnya. Mana mungkin pilih kasus. Yang ada dikira tidak profesional dalam bekerja. Zuki melirik ke arah Angga yang belum menjawab permintaan dirinya.

"Kau sendiri yang minta kan? Jadi, harus selesaikan sampai akhir ini kasus. Desa itu membutuhkan kita yang seorang aparat penegak hukum, jadi jangan buat masyarakat kecewa dengan kinerja kita, tunjukkan jika kita itu mampu untuk membantu mereka," jawab Angga dengan semangat menggebu.

Zuki yang mendengar Angga dengan suara lantang dan wajah yang bersemangat itu hanya menghela nafas. Sejak kapan dia bersemangat dalam kasus yang berbeda seperti ini. Zuki tidak menghiraukan lagi ekspresi Angga yang menyebalkan itu. Zuki fokus untuk mengemudikan mobil dan kembali ke kota. Cukup memakan waktu yang lama sekitar 5 jam perjalanan.

Sampai di kota dan kantor polisi, keduanya turun masuk ke dalam ruangan masing-masing. Angga masuk ke dalam ruangannya dan duduk sambil memijit kepalanya. Lelah menempuh perjalanan 5 jam dari desa kemuning ke kota Bandar Setia. Dan hasilnya masih belum menemui titik terang sama sekali.

Ceklek!

"Angga, aku punya kabar baru nih." Zuki masuk dan memberikan kabar baru pada Angga.

"Apa?" tanya Angga yang penasaran dengan kabar dari Zuki.

Yuk singgah jangan lupa simpan di rak dan tinggalkan jejak ya Mauliate Godang.

Next chapter