1 Patah Rumah

Selamat datang para pemburu kota dan seisinya.

Bolehkah aku meminta waktumu sebentar? Emm apabila kau punya pekerjaan yang harus diselesaikan baiknya kau selesaikan dulu,lalu hampiri kutipan ini di waktu yang lengang. Dimana ketika kau membacanya dalam keadaan tenang.

Aku hanya membutuhkan beberapa menit saja dari seluruh waktu yang kau punya. Ku harap sapaan ku kali ini kau terima.

~

Kisah kasih dan keluh kesah bersama patah rumah.

Bagaimana kabarmu?

Ku harap kau dalam keadaan baik.

Ada banyak hal yang harus kamu tenangkan dalam jiwa mu untuk membaca beberapa kutipan aksara yang aku tuliskan.

Semoga perasaanmu akan jauh lebih tenang dan lega.

Aku percaya bahwa setiap orang yang sangat rapuh ia memiliki kekuatan luar biasa yang Tuhan kasih.

Cinta dan kasih yang seharusnya kau dapatkan di dalam rumah justru tak kau temui.

Kau mulai mencari teman agar bisa bertukar cerita tapi tak ada.

Lalu kau membandingkan patah nya rumahmu dengan keselarasan keluarga mereka.

Tentu itu hal yang menyakitkan saat kita tau bahwa rumah yang patah gak akan pernah bisa lagi dirakit seperti semula.

Mungkin bisa tapi tidak akan pernah sama.

Sesaat setelah malam datang, tengoklah langit ke arah barat. Jika langit cerah, akan tampak serumpun bintang cukup redup pada ketinggian 15 derajat.

Di beranda rumah sore ini.

Senandika kata memperdengarkan kembali.

Impresi diksi pada bait sajak bulan Juni.

Dihapusnya delusi rasa dari lini masa.

Biar tak lagi beranjak leluasa.

Boleh aku ajak kau berandai andai sebentar?pertama-tama aku ingin mengajak kau pergi ke Pleiades,kau tau apa itu Pleaides? Baiklah akan ku jelaskan.

Pleiades atau Gugus Kartika adalah sebuah gugus bintang terbuka di rasi bintang Taurus.

Kau tau mengapa aku ingin mengajak mu kesana?

Ya benar karena Gugus Kartika adalah gugus bintang paling jelas dilihat dengan mata telanjang, dan salah satu yang terdekat dengan Bumi.

Aku mau mengajak mu kesana agar kau dapat menemukan tempat untuk beranjak pergi disaat semua sepi.

Aku tau isi hati mu.

Kau lelah bukan?

Kau takut merasa kesepian?

Apakah kau menyadari bahwa ketika kau menjawab 'iya' pada pertanyaan pertama yang aku berikan, ternyata kau sudah mengalami pertanyan yang kedua.

Banyak orang yang kadang tak menyadari bahwa segala hal yang ia takuti justru sudah terjadi.

Lihatlah si malang yang sedang membaca ini penuh rasa dan kasih yang dalam.

Ia yang sangat membenci dirinya karena tak selalu sama dengan yang diharapkan orang lain.

Ia yang sangat merasa kehilangan saat sosok yang seharusnya menuntun ia berjalan kini sudah pergi.

Ia yang sangat kacau saat tau bahwa raga dan jiwa nya sudah dihancurkan berkeping keping.

Cukup.

aku tak mau membuat dada mu sesak.

Menahan rindu pada sosok yang sudah lama tak ada disisimu.

Apakah kau baik baik saja?

Aku tau jawaban mu.

Sepertinya kau tidak akan pernah bisa baik baik saja ketika luka itu ada.

Apakah kau ingat kapan terakhir kali kau merasa semuanya sangat baik bahkan sangat jauh dari hari ini?

Iya aku juga tau kau menginginkan hal itu kembali lagi.

Kau harus ingat.

Waktu itu terus berjalan.

Langkah kaki mu pun seharusnya selalu begitu.

Tak akan ada waktu untuk menunda.

Perihal rasa kadang penuh emosi jiwa.

Kita semua sama,harus dituntut dewasa.

Bahkan tak pernah tau bagaimana cara menghadapinya.

Kadang.. Dewasa selalu menuntut kita untuk terluka.

Kita berkelana, menyusuri setiap planet yang berputar pada porosnya, mengorbit Sang Surya di ruang kedap udara.

Mengunjungi setiap sisi gelap semesta.

Tanpa lelah kita tetap berjuang begitu adanya.

Pun bulan merekah senyum, lalu kita menari di antara taburan aldebaran. Komet-komet bernyanyi lagu cinta, lengan bulan memeluk bumi begitu mesra.

Bermandian bintang-bintang yang menjulang ke angkasa.

Kita abadi melebur bersama semesta.

Tetesan kecil pelupuk mata lama-lama menderas juga.

Memoar menguap dengan denting-denting lantang di rekah daun telinga.

Samar harumnya menyergap basah pusat kepala.

Nisbi wujudnya mengunci fokus netra.

Basah menggenangi sudut hatinya–pasrah tak bersuara.

Ia rindu dalam segala suasana; suka cita, gundah gulana, dan nelangsa lara yang menghidupi kisah entah apa.

Hiruk pikuk, sumpah serapah dan segala keramaian yang ada di dalam kepalamu adalah buah dari ke-khawatiran yang kau tanam.

Layaknya senja yang tercipta berkat bergumulnya awan suci dengan jingga matahari di ufuk barat, memicu kagum meski sadar segala keindahan akan segera lenyap.

Angin-angin yang bergerak selaras, membuyarkan lamunan di tepian teluk naas.

Ranting mersik terpongah, ilalang terdiam, pun burung-burung tak lagi berkicau.

Kala kau meratap seorang diri di ambang batas pergantian langit sore menuju malam hari.

Semua ini hanya persoalan detak jarum dan angka yang menempel di dinding rumah, pergelangan tangan, jalan-jalan kota dan gedung-gedung bertingkat.

Kelak detaknya akan menunjuk takhta dari segala risau di dasar sukma, dari runyamnya berjuta-juta sel logika, dan segala andai yang merusak moral jika tak diiringi dengan sebuah tindakan.

Aku mengetahui isi hati para insan karena aku pernah begitu lebur dalam dentuman pilu yang mendesakkan.

Luka akibat tertusuk pecahan kaca mungkin sembuh dalam waktu singkat, tetapi luka batin?.

Luka batin akibat perlakuan orang terdekat sering lebih menghancurkan. Apalagi bila itu terjadi berulang.

Hidup yang kita jalani, telah memiliki jalan ceritanya sendiri.

Sejumlah rentetan peristiwa yang terjadi, ada karena suatu sebab dan alasan yang akan makin membentuk pribadi kita ke depannya.

Oleh karenanya, kita perlu 'eling' atau ingat bahwa kita adalah manusia, yang perlu untuk bersikap tenang dalam menjalani kehidupan yang telah digariskan oleh-Nya.

Seringkali, kita menyadari bahwa tubuh kita ada di sini, namun pikiran tidak ikut menyertai keberadaannya di waktu yang sama.

Pikiran kita cenderung mengembara ke masa lalu, atau melompat ke masa depan untuk merencanakan hal-hal yang belum terjadi.

Jarang sepenuhnya ada di sini, untuk benar-benar berpikir dan merasakan sekitar di ruang waktu yang raga kita tengah singgahi.

Kehidupan kita terdiri dari banyak pilihan.

Ada yang baik dan buruk.

Jangan larut dalam penyesalan.

Perubahan itu pasti datang pelan pelan.

Kita menutup harapan ketika ruang ketakutan diberikan.

Aku sangat mengerti ketika tubuh mu lelah.

Sudah banyak terjangan badai yang kau tahan sendiri.

Aku tau betul ada banyak kata yang ingin kau sampaikan namun kau dituntut diam.

Tak terbayang seberapa banyak luka jika dada mu dibelah.

Ada berapa banyak cambuk yang membuat kau mabuk atas keutuhan yang telah lenyap.

Tak ada orang yang baik baik saja ketika kehilangan keluarga nya.

Ini perihal patah rumah.

avataravatar
Next chapter