54 Seperti Itu : Bagian 3

Kembali lagi, saat ini aku sedang berbicara tentang berbagai hal dengan Fazela Nee sama.

" kurasa akan lebih enak kalau lobster laut dipadukan dengan kecap asin. "

" kecap asin ?, bukankah biasanya kecap itu manis. "

" Nee sama tidak tahu hal itu ? "

" tidak, baru pertama kali aku mendengarnya, tampaknya itu benda yang sangat langka. "

" tidak itu ada banyak di supermarket, meski aku tidak membawa hal itu sih. "

" kalau begitu kasih ke Onee sama kalau kau punya ya. "

" ya. "

Aku tidak bisa bilang kalau semua bumbu-bumbu itu dibawa oleh Mizue semua, karena harusnya status Mizue itu setara dengan rahasia negara.

Saat aku tidak sengaja menoleh, aku melihat Fredella datang kembali.

" yo, apa sudah selesai urusanmu dengan Robert ? "

Aku mencoba menyapanya dengan semangat.

" ya, seperti itu. "

Terdengar suaranya yang sangat lirih.

" kau kenapa, apa sedang kurang sehat ? "

Aku mencoba memastikan kondisinya.

" Rav chan biarkan saja dia, mungkin dia sedang iri kalau kita dekat seperti ini. "

Seperti biasa Nee sama langsung memelukku dengan erat dari belakang.

" hentikan Nee sama, ini memalukan. "

Sifatnya ini membuatku kesulitan.

" apa salahnya, jangan pedulikan perkataan orang tapi pedulikan Nee sama saja. "

Dia malah menggosok-gosokkan mukanya ke punggungku.

Meski begitu, respon Fredella tampak lesu.

" jadi, kau kenapa Fredella ? "

" hei, bolehkah aku tanya sesuatu ? "

Dia mulai bertanya dengan nada yang sama lirihnya seperti sebelumnya.

" tanyakan saja, kenapa kau jadi canggung seperti ini. "

" kalau begitu, apa benar kalau kau telah mengalahkan pengawal kakakmu itu Robert sendirian ? "

Mendengar perkataannya, sepertinya aku melupakan hal itu. Sebelumnya aku pernah berbohong padanya.

" eh, kau mendengarnya dari mana ? "

Aku mencoba mengalihkan pandangan kearah lain.

" jadi benar itu benar, kenapa kau menutupinya. "

Entah kenapa aku merasa kali ini ucapan Fredella lebih pelan tapi tampaknya dia sedang memikirkan hal lain.

" tentu saja, rav chan bisa melakukan hal itu. Apa kau meremehkan adikku manisku ini Fredella. "

Onee sama langsung ikut bicara dengan cepat.

" ya, karena dia adikmu. Aku tahu itu, kalau begitu aku pergi sebentar. "

Setelah mengatakan hal itu Fredella mulai berjalan kearah lain.

" tumben sekali dia bersikap seperti itu. "

Nee sama juga agak kaget sifat Fredella yang seperti itu.

" sepertinya dia sedang tidak sehat. "

" kenapa kau cemas Rav chan, dia itu memang begitu. seorang putri yang punya kekuatan penghancur, sekalipun dia sakit mungkin sehari sudah cukup unttuk membuatnya sembuh. "

" tapi Nee sama, kurasa itu sedikit kejam untuknya. "

" dibagian mananya ? "

" ucapanmu itu, bukankah dia itu teman baikmu ? "

" kami tidak berteman baik, kebetulan saja kami dekat. "

" mana ada hal seperti itu disebut kebetulan. "

" betul kok, hanya kebetulan. "

" Nee sama, bisakah aku minta tolong. "

" hmm, apa itu Rav chan ? "

Lalu, kubalikkan badanku dan menatap Nee sama dengan fokus.

Aku mulai mendekatkan pandanganku pada Nee sama.

Semakin lama semakin dekat, aku terus mendekat hingga jarak antar mata kami hingga beberapa centimeter saja.

Perlahan wajah nee sama yang penuh senyuman mulai memerah, tampaknya dia mulai grogi dengan perubahan sikapku.

Dalam beberapa saat, matanya yang tenang itu mulai terlihat gugup. Ketenangannya mulai menghilang.

" ehheee… Rav chan, kau mau… "

Nee sama mulai mengatakan kalimat dengan patah-patah, tapi aku terus memfokuskan mataku padanya.

" Nee sama…. "

Setelah mengatakan hal itu, kuhembuskan sedikit nafasku padanya.

Entah kenapa, dia malah sedikit membuka mulutnya.

Aku segera bertindak cepat dengan bergerak tepat ke arah telinganya. Sambil membisikkan sesuatu.

Muka Nee sama yang sangat merah, tampaknya dia bisa kubuat pingsan seketika.

" Nee sama, aku ingin kau berbaikan dengan Fredella… "

Tanpa jawaban Nee sama malah memelukku.

Dia membenamkan wajahnya yang merah dalam dadaku.

" Nee sama… "

Aku mengelus rambutnya dengan perlahan.

" Rav chan kejam, kukira kau mau melakukan itu. "

" maaf-maaf, tapi jika tidak begini Nee sama pasti tidak mau mengalah. "

" tapi aku kesal, Fredella selalu bersamamu dalam waktu yang lama. Aku jadi marah padanya. "

" bukankah kami cuma bekerja. "

" aku ini kakakmu, tentu aku paham tatapan orang-orang padamu. "

Nee sama mulai menatap wajahku lagi.

" maksudnya ? "

" kau paham perasaannya bukan, sampai kapan kau akan berpura-pura seperti ini. "

" maaf… "

Hanya kalimat itu yang terucap dariku.

" Nee sama juga ingin berada disampingmu, serta ingin ikut jadi bagian dalam keseharianmu. "

" maaf Nee sama… "

Nee sama tampak membenamkan kepalanya di dadaku lagi.

Dia tampak menahan perasaannya.

" tapi kau tahu Nee sama, ada beberapa hal yang harus kita lakukan. "

" Rav chan bodoh, kenapa kau mudah sekali mengatakan hal itu. "

" eh, memangnya aku mengatakan hal yang salah ? "

Aku sendiri malah bingung.

" bukan, maafkan Nee sama. "

Entah sejak kapan dia bisa menahan perasaannya lagi.

" begitu ya, kalau begitu kedepannya tolong bantu Fredella ya. "

" aku tidak bisa menolak permintaanmu, cuma aku punya syarat. "

" apa itu ? "

" ikut aku. "

Nee sama lantas meraih tanganku, dan membawaku ke suatu tempat diruangan lain.

Kami berjalan cukup cepat.

Hingga kami sampai kesebuah tempat yang terlihat seperti gudang.

" tempat ini debunya cukup banyak. "

Aku komen dengan tempatnya.

" disini tidak ada penganggu. "

Nee sama segera duduk di sebuah kotak kayu.

Terdengar suara nyitt, dari kotak yang sudah tua itu.

" hati-hati Nee sama, tampaknya kotak itu sudah usang. "

" hei Rav chan, aku punya syarat. "

Tampaknya dia tidak mengindahkan ucapanku.

" apa itu ? "

" duduk disini dulu, tepat disebelahku. "

Dia tampak tersenyum saat mengatakan hal itu.

" oke-oke. "

Aku pun mendekat kearahnya, dan ikut duduk disebelahnya.

" jadi ap…. "

Sebelum aku menyelesaikan kalimatku, aku mendapat serang kilat.

Mulutku pun terdiam seketika.

Sebuah kehangatan mulai melanda bibirku.

Nee sama tampak sangat ahli melakukannya, meski begitu aku mencoba menghentikannya dengan memegangi kedua pundaknya.

Dengan segera aku menjaga jarak dengannya, namun terlambat sebuah jembatan tipis mulai tercipta dari kegiatan yang kami lakukan. Aku menyadarinya, Nee sama telah masuk dalam mode predator.

" Rav chan, kenapa kau menghentikanku…..

Bukankah kita biasa melakukan hal seperti ini sewaktu kecil, bahkan saat mandi bersama… "

Mata nee sama bersinar sangat merah dan wajahnya benar-benar terlihat sadis, ini gawat perlahan dia mulai mendekati tipikal wanita idealku.

" tunggu Nee sama, itu hanya masa lalu. Saat itu kita masih kecil. "

Aku mencoba mencari jawaban logis dan teraman saat ini.

" ara…. n-a-k-a-l. "

Dalam serangan kilat yang kedua, aku kembali tertangkap oleh Nee sama, kali ini dia lebih aggresif dari sebelumnya.

Sorot matanya yang tajam serta wajahnya yang memerah merupakan salah satu teknik mematikan pandangan pria manapun termasuk diriku.

Aku pun tidak diberi waktu untuk beraksi selain pasrah.

Kali ini durasinya sedikit lebih lama, Nee sama juga tampak sangat menikmatinya.

Dia pun sedikit melemahkan serangannya padaku, dan mengucapkan sesuatu.

" hei Rav chan, inilah syaratnya. Aku tidak menerima penolakan apapun. "

Lalu dia melanjutkan hal itu dengan tiga kali lebih aggresif dari sebelumnya.

Aku benar-benar dikalahkan olehnya.

Itu berlangsung selama setengah jam, waktu yang benar-benar menguras energi.

Kurasa hampir saja aku mati kehabisan nafas.

" yahhhh…. , akhirnya vitamin Rav chan ku terisi penuh kembali. "

Nee sama mengatakan hal itu dengan entengnya.

" heh heh heh….., Nee sama seperti biasa teknikmu mengerikan. "

" apa yang kau katakan Rav chan, aku hanya melakukan hal itu denganmu serta guling pribadiku yang kutempel gambarmu. "

" anoo, bisa tolong hentikan itu. Aku merasa seperti dikutuk. "

" tidak mau, hihihi. "

" nee sama… "

Meski begitu aku terus melayangkan protes.

" tapi Rav chan, kapan kau terakhir kali mencium Fredella ? "

Kali ini mata Nee sama Kembali bersinar dengan terang.

Aura intimidasinya mulai keluar lagi.

" kapan aku mencium Fredella ?, seingatku aku tidak pernah melakukan hal itu, "

Itu aneh, karena aku memang aku tidak pernah melakukannya.

" tapi aku mencium bau dari Fredella dari mu, kurasa begitu… "

" tapi, sumpah. Aku tidak ingat pernah melakukannya dengannya…. "

" tidak, kau memang tidak melakukannya, tapi Fredella lah yang melakukannya, kurasa dia melakukan hal itu padamu saat kau sedang tidur atau pingsan. "

" ketimbang hal itu, aku heran kenapa Nee sama bisa tahu hal itu. "

" selama belum lama, aku bisa merasakan bau yang menyentuh adikku dalam beberapa hari bahkan minggu, tenang saja Rav chan, Nee sama bisa tahu semuanya. "

" kemampuan yang merepotkan, ketimbang itu apa sekarang Nee sama sudah puas. "

" kalau puas sih belum, apa Rav chan mau melanjutkan hal itu lagi ?, aku sudah siap untuk puluhan ronde lho. "

" tolong hentikan saja, sekarang sudah impas bukan. "

" menurut ku sih sudah cukup, sekarang apa yang mau kau lakukan ?. "

" Kurasa mencari Fredella. "

" begitu ya, dasar pemain wanita kau ini… hihihi "

" apa yang Nee sama katakan, Nee sama juga lebih pro ketimbang diriku. "

" itu wajar karena seorang kakak harus lebih baik ketimbang adiknya, hihihi. "

" terserah lah, aku pergi ya… "

" ya, hati-hati di jalan. "

Kami pun segera keluar dari ruangan itu bersamaan.

avataravatar
Next chapter