webnovel

Keajaiban Cinta by Septiadi D'Arc

Malam itu, aku mulai merasakan kantuk yang amat hebat, aku pun sudah tidak kuat lagi untuk terus membuka mata, tidak lama kemudian akhirnya aku memutuskan untuk pergi tidur.

" Dion… ayo cepat!!" suara seorang wanita yang memanggilku dari kejauhan.

" Iya… tunggu sebentar." mencoba mengejarnya.

Sebenarnya… siapa wanita itu? Kenapa dia selalu ada di dalam mimpiku? Ini bukanlah yang pertama kalinya dia memanggilku, tetapi setiap kali aku mengejarnya entah kenapa dia semakin menjauh.

" Tunggu… kamu mau kemana?" aku berteriak dari kejauhan.

" Sudahlah, ayo cepat." tersenyum.

Aku kembali mencoba untuk mendekatinya, namun sosok dari wanita itu semakin menghilang, aku menjadi semakin penasaran, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ini suatu pertanda baik? Atau kah malah pertanda buruk? Pagi pun datang, aku terbangun setelah mengalami mimpi yang menurutku cukup membingungkan.

" Aneh… mimpi ini selalu saja datang." sambil menggaruk kepalaku.

" Dion!! Ayo bangun, sekarang sudah jam 06:00 pagi, apa kamu mau telat lagi?" teriak ibuku dari lantai bawah.

" Iya bu sebentar." aku membalas pertanyaan ibuku.

Di saat aku sedang menyiapkan barang – barang untuk ku bawa ke sekolah, tiba – tiba saja ibuku menghampiriku dan bertanya.

" Dion, bagaimana kabar Eva?" terlihat khawatir.

" Eva? Sepertinya dia sudah baikan kok bu." jawabku pelan.

" Kamu yakin?" cemas.

" Iya bu, soalnya aku melihat Eva kemarin sudah masuk sekolah seperti biasa." sambil menggunakan sepatu.

" Benarkah? Kalau begitu baguslah, ibu senang mendengarnya." mengelus dada.

" Kalau begitu aku berangkat ya bu, Assalamua'alaikum."

" Hati – hati ya Dion."

Eva, dia adalah pacarku, aku sangat mencintainya, ibuku bertanya begitu karena seminggu yang lalu dia sempat di rawat di ruang ICU karena penyakit yang sudah lama dia derita, sebenarnya aku masih tidak tahu pasti apa penyakitnya, namun aku hanya bisa berdo'a demi kesembuhannya. Sesampainya di sekolah, aku melihat Eva yang sedang duduk terdiam di sebuah kursi yang tidak jauh dari kelasnya, aku pun mencoba untuk menghampirinya.

" Eva? Kamu sedang apa?" tanyaku.

" Dion?" mengangkat kepalanya.

" Kenapa kamu sendirian disini?"

" Oh, tidak apa – apa kok, aku hanya sedang menikmati udara di sini saja." tersenyum.

" Udara ya?" sambil melihat wajah Eva.

Entah kenapa, setiap aku melihat senyuman dari wajahnya, perasaan ku seperti sangat bahagia, namun aku sempat berfikir, apakah Tuhan itu tidak adil? Merampas keindahan senyum seseorang karena penyakit yang di deritanya? Tapi apa daya? Aku harus bisa menerima kenyataan itu.

" Dion, aku ke kelas ya?" tersenyum.

Sambil menggaruk kepala aku menjawab " A – ah, oke."

Eva pun masuk ke kelasnya, aku pun berfikir, andai saja dia tidak pernah memiliki penyakit yang sekarang dia derita ini, mungkin dia akan hidup tenang tanpa harus kepikiran penyakitnya itu. Bel tanda masuk tiba – tiba berbunyi, aku segera masuk ke kelas ku, kebetulan aku dan Eva duduk satu bangku. Pelajaran di mulai seperti biasanya, di sela – sela pelajaran aku hanya terus memikirkan sebenarnya apa maksud dari mimpi yang aku alami? Aku benar – benar tidak habis pikir, karena wanita yang ada di dalam mimpiku itu selalu saja menjauh jika aku menghampirinya, wajahnya pun terlihat samar – samar, Aku pun mencoba bertanya pada Eva, mungkin dia tahu apa maksud dari mimpi ku itu.

" Eva." panggil ku dengan nada pelan.

" Di – dion?" terlihat lemas.

" Eva? Kamu kenapa?" aku kaget melihat wajahnya.

" A – ada apa?" Eva mencoba tersenyum.

" Pak Doni!!!" aku berteriak setelah melihat wajah Eva yang terlihat pucat.

" Di – Dion…" tiba – tiba saja Eva jatuh pingsan setelah menyebut namaku, aku tidak kuasa melihatnya, air mata ku berjatuhan setelah melihat Eva jatuh pingsan, aku pun membawanya ke UKS, namun pihak sekolah menyarankan agar aku membawanya ke Rumah Sakit karena fasilitas disana lebih memadai.

" Eva.. apa yang terjadi padamu?" aku pun bertanya – tanya dan merasa sangat cemas karena Eva harus kembali di rawat di ruang ICU dan orang tuanya juga sedang di luar kota sama seperti minggu lalu.

" Dion!!" panggil ibuku.

" I – ibu?" aku terlihat sangat lemas.

" Apa yang terjadi? Kenapa Eva masuk ke ruang ICU lagi?" tanya ibuku dengan perasaan sangat cemas.

Setelah ibuku bertanya, aku pun menceritakan apa yang terjadi.

" Jadi begitu ya, yang sabar ya Dion." Ibuku memeluk ku karena dia tau kalau perasaan ku sekarang benar – benar sedang tertekan karena melihat keadaan Eva yang sedang pingsan di ruang ICU. Dalam hatiku berkata, " Apakah mungkin wanita yang ada di mimpiku itu adalah Eva…." Aku tiba – tiba saja kehilangan kesadaran dan mendadak jatuh tergeletak.

" Dion? Dion!!!" teriak ibuku.

Aku pun di bawa ke ruang perawatan karena tiba – tiba jatuh pingsan. Saat aku pingsan, aku kembali bermimpi seperti biasanya, namun kali ini wajahnya benar – benar tidak bisa dilihat.

" Dion…. Ayo sini!!!" teriak wanita itu.

" Wa – wajahnya…" aku kaget karena wajah wanita tersebut semakin memudar.

" Dion? Kenapa?" wanita itu menghampiri ku.

" Eva… a – apa mungkin itu kamu?" aku pun memegang pipinya.

" Iya… ini aku." Sambil memegang tangan ku yang memegang pipinya.

" Ti – tidak mungkin…" aku shock setelah mendengarnya.

" Kenapa? Apa kamu sudah tidak lagi sayang padaku?" terlihat sedih.

" Bu – bukan begitu… hanya saja… ada apa dengan wajahmu?" aku memperhatikan wajahnya yang semakin memudar.

" Wajahku? Ada apa dengan wajahku?" sambil memegangi wajahnya.

" Me – memudar… wajahmu semakin memudar." Jawabku dengan perasaan sedih.

" Memudar? Dion… jangan bercanda ya." Eva pun tersenyum.

" Bercanda? Siapa yang bercanda!!" aku pun berteriak karena Eva sepertinya mencoba untuk menyakinkan ku kalau wajahnya tidak memudar.

" Dion…" sambil memegang pipiku.

" E – Eva…" aku terdiam begitu saja setelah dia memegang pipiku.

" Percayalah padaku… aku akan selalu bersamamu, aku akan terus melawan penyakit ini." tersenyum.

" …." Aku hanya bisa terdiam melihatnya.

Dalam pikiranku, aku bertanya, apakah ini tanda bahwa Eva akan pergi meninggalkanku? Aku pun langsung meneteskan air mata yang begitu banyak, Eva yang melihatku tiba – tiba saja memeluk ku.

" Dion…" sambil memeluk ku.

" E – Eva?" aku kaget karena dia memeluk ku.

" Percayalah… kalau Cinta kita berdua akan menunjukkan Keajaibannya ." Eva pun tersenyum.

" Keajaiban…. Ci – cinta?" Aku terdiam setelah mendengarnya bicara begitu.

Memang benar, aku sangat mencintai Eva melebihi apapun, aku tidak peduli walau dia memiliki penyakit yang aku sendiri tidak tahu apa penyakitnya, tetapi dia berusaha keras mati – matian untuk terus tersenyum dan mencintaiku, aku pun kembali bertanya pada diriku sendiri, " ini tidak adil, kenapa di saat aku mencintai seseorang… dia harus pergi meninggalkanku?" tanpa sadar aku berteriak dan berkata. " Apakah Tuhan sengaja melakukan ini padaku!!!", tiba – tiba saja Eva menempelkan jari telunjuknya ke bibirku dan dia berkata, " Psssstttt… sudah Dion, jangan sedih lagi." Sambil tersenyum.

Bagaimana bisa aku tidak sedih? Tuhan benar – benar sedang mempermainkanku, aku tidak bisa menerima kalau Eva harus pergi begitu saja setelah sekian lama dia mencoba untuk melawan penyakitnya itu, aku terus menangis jika harus memikirkannya.

" Dion…" panggil Eva.

" ???" aku langsung mengusap kedua mataku.

" Tunggu aku ya… di tempat pertama kita." Eva tersenyum seperti biasanya.

" Eva…"

Aku sangat kaget, tiba – tiba saja wajah Eva mulai terlihat, semakin lama wajahnya mulai memperlihatkan wajah yang sebenarnya, aku pun bertanya pada diriku, " Sebenarnya apa ini? Kenapa ini bisa terjadi?" tanpa sadar aku langsung memeluk Eva.

" Iya… aku pasti akan menunggumu, aku janji." aku langsung memeluknya sambil meneteskan air mata kesedihan.

" Janji ya?" dia tersenyum.

" Aku janji." Aku pun mencoba untuk ikut tersenyum.

Tiba – tiba saja Eva menghilang entah kemana, tapi aku ingat kata – kata terakhirnya, dia bilang kalau dia ingin aku menunggunya di tempat pertama kita bertemu, aku pun langsung sadarkan diri dari pingsan, aku segera berlari menuju ruang ICU untuk melihat keadaan Eva.

" Eva." Aku melihat dengan seksama.

" Dion? Kamu sudah sadar?" tanya ibuku.

" Ternyata dia…" aku langsung kecewa setelah melihat Eva masih terbaring di ruang ICU, ibuku yang melihatku sadar pun mengajak ku untuk pulang karena hari sudah malam, sebenarnya aku tidak ingin pulang karena aku tidak bisa meninggalkan Eva sendirian, tetapi ibuku memaksa karena dia bilang ini demi kebaikan Eva juga.

Hari demi hari pun berlalu, aku memutuskan untuk pergi ke sebuah taman bunga yang tidak jauh dari rumahku untuk yang ke 3 kalinya, taman bunga ini lah tempat aku dan Eva pertama kali bertemu, di sana tidak ada seorang pun, mungkin karena cuaca yang terlihat begitu gelap, aku pun langsung pergi menuju ke sebuah kursi taman, aku duduk disana, menunggu dan terus menunggu, namun Eva belum kunjung datang, aku sempat berfikir, " Apakah mimpi itu hanya kebohongan belaka?" tiba – tiba terdengar suara petir, hujan mulai turun walaupun itu hanya gerimis kecil, aku terus duduk disana sambil menunggu kedatangan Eva, karena aku yakin, di dalam mimpiku itu, Eva tidak mungkin berbohong. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya gerimis yang tadinya kecil berubah menjadi hujan yang sengat deras, aku pun mulai berfikir kalau aku sedang menunggu sesuatu yang tidak pasti, aku pun mencoba menerima kenyataan kalau Eva mungkin tidak akan bisa datang, aku tersenyum di bawah derasnya hujan sambil berfikir mungkin saja Eva sedang beristirahat dengan tenang…. Hujan semakin deras, dari kejauhan, aku mendengar suara langkah kaki seseorang, namun aku tidak memperdulikannya karena yang ada di pikiranku saat ini hanyalah Eva, tapi lama – kelamaan suara langkah kaki tersebut semakin dekat, aku pun mencoba untuk menoleh dan melihat, tiba – tiba saja…

" Dion…" sambil menadahkan payungnya kepadaku.

" Ka – kamu…." Aku sangat kaget melihat orang itu.

" Maaf sudah membuatmu menunggu lama." Orang itu tersenyum manis kepadaku, dalam hati aku berkata, mungkin Tuhan hanya sedang mengujiku, kenapa? Karena dia benar – benar datang ke tempat ini.

" Hihihi, maaf ya." Eva menggaruk kepalanya sambil tersenyum.

Sambil meneteskan air mata kegembiraan aku berkata, " Tidak apa, aku senang akhirnya kamu datang..."

" Tentu saja aku akan datang, aku kan sudah berjanji padamu atas nama Cinta kita." Dia tersenyum bagaikan malaikat yang sedang mengepakkan sayapnya.

" Terima kasih Tuhan… aku benar – benar berterima kasih." Aku menangis sambil mengusap kedua mataku.

" Ayo kita pulang." Ajak Eva.

Aku menghentikan tangisanku dan tersenyum demi dirinya lalu berkata. " Baiklah, mari kita pulang sama – sama sampai waktu yang memisahkan kita."

Ternyata selama aku menunggunya di taman ini, dia sedang menjalani operasi dan berusaha keras untuk melawan penyakitnya. Leukimia, itulah penyakit yang selama ini bersarang di dalam dirinya, aku sangat bersyukur karena operasi yang dia jalani membuahkan hasil yang bisa menyelamatkan hidupnya, dalam benak ku aku berfikir kalau mungkin ini lah yang dinamakan dengan… " Keajaiban Cinta."

TAMAT

Next chapter