webnovel

Dapur Abadi

Mungkin bagimu ini hanya Sebagian kecil dari rutinitas biasamu, tidak ada yang membekas ataupun merasakan hal yang spesial dari kegiatan kita saat ini. Tapi bagiku adegan sederhana ini menjadi salah satu memori termanis dalam kepalaku, yang suatu saat nanti mungkin perlahan menjadi rasa sakit yang datang dari masa lalu.

Di sebuah dapur kecil dengan lampu putih yang redup, terdengar suara keran cucian piring yang serak, ditemani suara hujan di luar sana yang lebih deras. Hanya ada kita berdua dan sedikit obrolan kecil untuk menemani di kala kita sedang sibuk mencuci peralatan masak.

Aku tahu kalau kau tidak memiliki perasaan yang searah denganku, atau justru kau sudah menemukan jalanmu sendiri dengan seseorang. Kau mungkin juga sudah tahu kalau aku meletakkan perasaan denganmu dan kau tidak bermaksud ingin menyakiti. Oleh karena itu, belakangan ini mungkin kita sengaja menjaga jarak, mengurangi pertemuan secara langsung ataupun lewat media daring. Agar aku bisa perlahan-lahan menghilangkan ekspektasi dan rasa yang mulai meradang di dalam dada dan kepalaku selama beberapa bulan ini.

Namun, pertemuan kecil ini kembali memunculkan gejolak yang mungkin semakin nyata. Dari luar aku mencoba untuk bersikap biasa saja, mengalihkan fokus dengan pembicaraan basa-basi kecil, tapi di dalam kepalaku saat ini bercampur aduk antara rasa syukur dan perih yang mendalam.

Waktu yang singkat ini terasa selamanya bagiku, aku bertanya-tanya sendiri dengan diriku yang naif, "Apakah tidak apa-apa untuk sementara kita seperti ini saja?." Dunia luar seolah memudar perlahan, menghilangkan diri. Menjadikan dapur kecil ini sebagai ruangan yang menghentikan waktu dari hukum sains yang berlaku.

Suatu saat nanti, jauh di masa depan ketika kau sudah menemukan kehidupan bahagiamu. Mungkin aku masih terjebak di ruang waktu yang sama, di adegan pencucian piring yang hanya berlangsung beberapa menit ini, di dapur kecil ini, di musim penghujan ini.

Sumpah demi apapun aku bisa saja menuliskan puluhan paragraf hanya untuk menjabarkan kalau perasaan hangat ini telah menyebar ke seluruh isi ruangan dan pikiranku sekarang.

Next chapter