webnovel

LARUT

Dalam dekapan angin yang bergemuruh. cobalah melepas penat seraya berjabat dengan hembusan yang menyentuh kelopak mata. Angin terus berhembus kadang menghajar raga yang seperti tak berjiwa.

bagaimana berjabat tangan sedang kulit saja tak pernah bersentuhan.

Hari itu ku banting dengan keras buku-buku ke atas sofa. Aku mulai muak dan kesal dengan perlakuan kakak ipar ku yang selalu ngedumel mempermasalahkan segala sesuatu, apapun itu. Dari hal yang paling sederhana dan sepele sampai hal yang memang pantas untuk dipermasalahkan.

Biasanya aku tidak pernah ambil pusing atau memikirkan apa pun yang dia katakan atau lakukan. Karena aku sadar aku bukanlah siapa-siapa di rumah itu, bukan nyonya rumah yang berhak omel sana omel sini. Hanya penghuni baru rumah yang statusnya cuma menantu.

Tapi hari itu aku benar-benar dibikin muak. Karena tugas kampusku yang masih menggunung. Sedangkan aku tidak bisa fokus mengerjakan karena bualan-bualan yang dilontarkan oleh kakak iparku itu.

Aku tipe orang yang susah fokus saat ada orang lain yang kurasa mengganggu disekitar ku. Aku tipe orang yang baru bisa fokus mengerjakan sesuatu secara individual. Baik itu tugas kampus, pekerjaan rumah, ataupun hal lainnya. Aku tidak suka orang lain terlalu ikut campur dalam segala urusanku. Seperti mengomentari ataupun mengajakku berbincang dan mengalihkan pekerjaan yang sedang ku lakukan.

Teman-teman ku bahkan sudah menyusun BAB II untuk skripsi mereka. Sedangkan aku masih berkutik di Judul. WAW...

"Kacau...!!!" gerutuku sambil masuk kamar

Sore itu aku berharap suamiku cepat pulang dari hobbi mancing yang rutin dia lakukan saat sore hari. Tapi sosoknya tak juga hadir.

Suamiku mas Pras sangat suka memancing. Kakak iparku kak Tyas suka sekali membersihkan rumah. Memang rumah selalu kotor karena ulah anaknya sendiri. Iya, ulah keponakan suamiku yang masih umur 1 tahunan.

Meskipun begitu, aku juga sayang sama kakak iparku. Tidak ada sedikit pun dalam hatiku untuk berniat membencinya. Tapi aku juga manusia biasa yang bisa merasa kesal dan muak. Jika sikapnya tetap seperti itu aku takut tumbuh rasa tidak suka dan benci terhadapnya.

"Bagaimana aku bisa melewati ini semua?" tanyaku dalam hati

Aku tidak ingin meluapkan kekesalan ini. Aku tidak ingin kakak iparku tahu jika aku merasa kesal dan terganggu. Sekali lagi ku tegaskan, aku tidak berhak protes karena ini bukan rumah ibuku, atau rumah suamiku. Ini adalah rumah ibu mertuaku. Itu artinya sebenernya tidak ada yang berhak menjadi ratu atau raja disini selain beliau. Lagi-lagi aku seperti anak bawang yang hanya bisa sendirian meratapi ini.

Ku ambil kerudung instan ku. Ku pakai dengan cepat. Ku lihat cermin di lemari tiga pintu ku. Sedikit ku rapihkan rambut yang terlihat keluar. Aku bergegas pergi ke belakang rumah. Iya, di belakang rumah adalah rumah tetangga dan tidak jauh dari rumah tetangga sudah masuk area pesawahan. Disana lah suamiku pergi untuk memancing ikan betik di sawah.

Entahlah, kenapa saat musim hujan datang banyak sekali ikan-ikan kecil yang hidup di area pesawahan. Membuat orang-orang berbondong-bondong pergi memancing disana.

Ku hampiri mas Pras ku, yang terlihat sangat kusyu menunggu ikan memakan umpannya.

"Mas, kapan pulang? ikannya udah dapet banyak belum si?" tanyaku padanya

"bentar lagi yah, gatau liat aja di ember" jawabnya santuy

"hemmmm" langsung ku sauti dengan cepat

"Kenapa?" tanya mas Pras sambil menoleh ke arah ku

Melihat-lihat ekpresiku sepetinya mencoba mencari suatu jawaban yang membuatku bergumam "hemmm"

"gapapa" jawabku singkat sambil memanyunkan bibirku

Mas Pras tau, ada yang tidak beres dengan suasana hatiku. Dia bergegas menarik pancingnya, merapihkan talinya dan mengajakku pulang

"ayoooo pulang" ajaknya

sambil mengangguk kecang aku tersenyum membalas ajakannya