1 Bab 1

Udara pagi hari di Puncak Perak sangat dingin. Namun hal itu tak menghalangi semua orang untuk beraktivitas.

Hari ini cukup ramai tepat di bawak kaki puncak perak. Ratusan orang berkumpul dengan wajah kushuk tampak sedang menunggu sesuatu.

Tiba-tiba muncul tiga orang dari atas puncak perak. Tiga orang itu terdiri dari satu pria tua dan dua pria muda. Aura yang ditimbulkan oleh mereka bertiga sangat menekan dan membuat orang-orang disekitar merasa dijatuhi batu berton-ton.

Mereka adalah tetua dan anggota dari Sekte Mengejar Awan. Hari ini adalah hari pembukaan untuk masuk ke dalam sekte tersebut.

Orang-orang yang berada disekitar memandang mereka dengan tatapan pemujaan, beberapa iri, dan juga ada rasa takut.

"Tidak perlu berbasa-basi, mulai sekarang ujian masuk Sekte Mengejar Awan resmi di buka. Orang yang berhak bergabung dalam ujian tidak lebih dari umur 8. Jangan mencoba menipu, atau kamu akan merasakan ganjarannya."

Perkataan dari tetua Sekte Mengejar Awan memutuskan harapan diantara beberapa orang. Banyak orang yang berusia lebih dari 8 juga ikut berkumpul mencoba peruntungannya.

Segera beberapa orang melangkah maju dan membuat barisan yang rapi. Mereka yang mengikuti ujian berasal dari beragam jenis. Beberapa dari keluarga terpandang, ada juga yang berasal dari keluarga miskin.

Perbedaan itu cukup kontras dilihat saat mereka berbaris. Anak-anak yang menggunakan pakaian sutra lembut jelas berasal dari keluarga terpandang sedangkan yang berasal dari keluarga miskin penampilan mereka seperti udik negara, menggunakan pakaian compang-camping.

Tatapan penghinaan muncul dari beberapa orang dari keluarga terpandang. Mereka menganggap bahwa jika udik itu bergabung dalam Sekte Mengejar Awan akan sangat merusak citra sekte tersebut.

Namun Sekte Mengejar Awan tidak mengiraukan hal tersebut dan segera memulai ujian masuk sekte.

Ujian ini dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama mereka akan meletakkan tangan di atas batu yang disediakan tetua untuk melihat apakah mereka memiliki Spirit Root dalam dantian mereka.

Dantian sendiri adalah sebuah ruangan tepat dibawah pusar. Di dalam dantian tersebut adalah dimana Spirit Root berada. Untuk berkultivasi, seseorang perlu memiliki Spirit Root untuk menarik Qi dari Langit dan Bumi.

Spirit Root umumnya akan terbangun ketika seseorang mencapai umur 8 tahun. Tetapi tidak semua orang dapat membangunkan Spirit Root di dalam dantian mereka. Orang yang tidak dapat membangunkan Spirit Root adalah orang yang dianggap cacat dan tak berguna oleh banyak orang.

Lalu setelah ujian pertama, yang kedua ialah ujian pemahaman mereka. Untuk menjadi kultivator yang tak tertandingi juga dibutuhkam pemahaman yang tinggi untuk mempelajari Seni Beladiri.

Tanpa pemahaman yang tinggi, jalan untuk menjadi kultivator adalah jalan yang sempit. Pencapaian mereka di masa depan akan sangat terbatas dibandingkan mereka yang memiliki pemahaman yang tinggi.

Beberapa orang sudah maju untuk menggenggam batu tersebut. Banyak orang yang kecewa dan meratap, tetapi banyak juga yang terlihat gembira.

Seorang pria tampan melangkah maju. Aura yang dipancarkan olehnya terlihat sangat berwibawa. Ia adalah putra Komandan Militer dari Kerajaan Wu, namanya adalah Sikong Yi.

Segera ia meletakkan tangannya di atas batu. Cahaya yang memancar semakin menguat setiap detiknya. Cukup menyilaukan bagi banyak orang. Tidak lama kemudian cahaya itu hilang.

Beberapa orang terengah-engah heran bercampur kagum dan iri memandang anak muda tersebut. Bahkan mata dari tetua Sekte Mengejar Awan bersinar.

Ia mengelus jenggotnya dan berkata "Luar biasa, sebuah Spirit Root tingkat menengah. Hal ini cukup jarang dimiliki."

Rupanya bakat anak-anak dari Kerajaan Wu tidak seperti tahun kemarin. Pikir tetua tersebut. Namun dua orang yang mengikuti tetua tersebut sangat bertolak belakang.

Perasaan iri muncul di hati mereka. Mata mereka memancarkam kilauan membunuh yang tentu saja dengan cepat di sembunyikan.

Ujian pun segera berjalan kembali, setelah Sikong Yi banyak diantara mereka gagal. Terlepas dari kegagalan tersebut, beberapa anak yang lulus kualitasnya tidak kalah dari Sikong Yi.

Jejak senyum semakin terpampang jelas di wajah tetua tersebut. Ia merasa tidak sabar untuk segera kembali. Tentu saja bayangan penghargaan besar dari Ketua Sekte yang membuatnya tidak sabar. Adapun ekspresi tak sedap muncul di kedua wajah pria muda yang mengikutinya.

Perlahan-lahan barisan yang mengantri untuk ujian berkurang dan hanya menyisakan beberapa orang. Kedua pemuda yang mengikuti tetua tersebut semakin frustasi dan membutuhkan sesuatu untuk menyalurkan rasa frustasinya.

Mereka melihat anak muda yang kurus kering dan sakit-sakitan serta berpakaian compang-camping. Penampilan itu membuat anak tersebut pantas ditindas. Berdasarkan penilaian itu salah satu dari pemuda tersebut melangkah maju dan menghalangi jalannya.

"Hey udik, untuk apa kau kemari. Ini adalah ujian masuk Sekte Mengejar Awan. Jangan mengganggu dan pergilah dari sini."

Setelah melontarkan beberapa kata cacian dan makian, ia pun meludah tepat di wajah anak itu.

Wajah anak itu pucat dan gemetar karena marah. Namun ia tidak memiliki kekuatan untuk membalas. Ia merasa tidak berdaya.

Satu-satunya harapan adalah tetua yang menguji ujian. Namun saat melihat tetua tersebut, pupus harapannya, ia merasa terlempar kedalam jurang yang paling dalam.

Tetua itu melihat semuanya, namun ia tidak menghiraukan. Malahan ia dengan segera mengumumkan ujian pertama telah berakhir dan dengan segera dimulai ujian kedua.

Merasa rasa frustasinya tersalurkan ia pun tersenyum dan memasuki suasana yang baik. Masalah anak berbakat yang muncul sudah tidak berada dalam pikirannya. Ia berpikir mereka belum tentu berhasil pada ujian kedua.

Orang-orang disekitar juga hanya merasa simpatik namun dengan segera tidak peduli. Tatapan penghinaan dari banyak orang mengarah ke anak muda tersebut.

Menelan penghinaan itu dalam-dalam, ia membalikkan badan dan mulai berjalan pergi. Penghinaan yang terjadi barusan adalah yang ada dalam pikirannya, ia tak peduli kemana ia melangkah. Tanpa sadar ia mulai memasuki kedalaman hutan yang berbahaya.

"Karena mereka begitu kejam terhadapku, jangan salahkan aku dikemudian hari saat pembalasanku tiba."

Namun dengan segera ia tertekan, ia telah ditolak masuk sekte. Darimana ia akan mendapatkan kekuatan.

Disaat ia sedang memikirkan bagaimana caranya ia mendapatkan kekuatan tiba-tiba hutan menjadi sepi, suara jangkrik dan auman beberapa hewan menghilang.

Anak itu pun segera sadar setelah menyadari betapa sunyi hutan tersebut. Tiba-tiba suara tawa serak dan menakutkan terdengar membuat wajah anak itu semakin pucat dan berkeringat dingin.

Ia mulai berputar melihat sekeliling dan menajamkan indra pendengarannya, berusaha untuk mencari dari mana sumber suara tawa itu tadi.

Dalam hati ia berpikir bahwa saat ini adalah akhir hidupnya. Belum sempat ia membalas dendam namun kematian sudah datang menjemputnya.

Ketika ia membalikkan badannya segera hatinya melompat, tepat di depannya muncul seorang pria dengan pakaian tudung hitam yang menutupi wajahnya.

Tawa serak yang menyeramkan terdengar sekali lagi.

avataravatar