1 1. Ketemu

Ganteng-Ganteng kok jutek sih?

Gue doain kalau ketemu lagi lo jatuh cinta sama gue!!

~Eca

*

*

*

“Keeennn!!!!!” teriak Eca dari lapangan basket samping rumahnya.

“Apaaann sihhh curut!! Lo berisik!!” sahut Ken dari jendela kamarnya yang terletak dilantai 2.

Eca menatap abangnya itu dari bawah dengan geram “Katanya ngajak main basket! Malah anteng dikamar! Lo mabar ya sama teman-teman lo??”

“GUE LAGI PUSH RANK!!” teriak Ken sambil terus fokus pada layar ponselnya.

“Ihhhh abaaaang naaaahhh! Lo pilih gak makan seharian atau lo turun main basket sama gue!” sahut Eca sebal.

Ken mengalihkan pandangannya pada adik perempuannya itu “Gak pilih dua-duanya Ca! Gue temenin lo kelapangan komplek aja ya! Kali aja ada yang mau temenin lo main!”

“LEON!!” teriak Eca keras. Ken menghembuskan napasnya kasar. Kalau adiknya itu sudah memanggilnya dengan kata ‘LEON’ maka tingkat amarahnya sudah di tingkat tertinggi “Iya gue turun!!”

Eca yang dikira Ken marah justru kini sedang menahan tawanya. Asik juga ternyata godain Ken. Teriak LEON aja auto ngalah dia.

“Kita ke lapangan komplek aja bang. Naik sepedah ye.” seru Eca kemudian menaiki sepedahnya dan mulai mengayuhnya.

“Tuh bocah gak ada akhlak memang! Push rank gue diganggu. Nyuruh seenak jidat! Untung gue sayang sama lo!” gerutu Ken.

“Bang gue denger ya ocehan lo! Gue laporin ayah nih!!” sahut Eca dari depan gerbang rumahnya.

“Ayok ah buru! Gue mau push rank lagi!!” ajak Ken. Kemudian ia memimpin jalan sore mereka menuju lapangan komplek. Tempat Eca, Ken serta anak-anak komplek lain yang suka basket berkumpul.

*

*

“Caa! Kok lo ogeb banget sih!!” sungut Ken tiba-tiba. Eca yang dibilang bego pun tak terima “Apaan sih bang? Tiba-tiba bilang Eca ogeb!!”

“Lo kesini mau maen basket kan?” tanya Ken.

“Mau mandi bola bang! Yaiyalah main basket!! Anak kecil juga tau kali bang orang kesini kebanyakan main basket!!” jawab Eca sewot.

“Bola basket lo mana??” tanya Ken. Eca melongo mendengar pertanyaan Ken. “Lah lo gak ambil bolanya? Kan yang terakhir didalam rumah lo!!”

“Yang mau maen basket kan lo! Ngapain gue yang ambil!” sahut Ken tak terima disalahkan.

“Yaallah bang!! Abang tuh kan kakaknya Eca ya. Anak tertua dari keluarga Handoko. Abang tuh anak pertama kan. Kakak kandung Eca! Masa iya gak mau bersikap baik sama adek kandungnya sendiri!” ucap Eca sok dramastis.

“Lo kira gue temenin lo kesini gue gak baik apa??” sewot Ken.

“Yaallah ampuni abang Eca Yaallah..” gumam Eca pelan. Ken yang merasa posisinya disudutkan akhirnya mengalah “Ya udah iya! Gue ambilin bolanya dirumah!” ucap Ken sambil memutar arah sepedahnya “Bang bentar deh!!” teriak Eca. Kemudian eca turun dari sepedahnya dan menengadahkan tangan kanannya didepan wajah Ken.

“Apaan anjir?” tanya Ken kesal.

“Ponsel lo mana? Gue tau ya, lo balik rumah pasti gak bakal balik sini lagi kalau ponsel tetep ada di kantong lo!!” seru Eca..

“Haiishh gagal push rank gue!!” gumam Ken.

“Kaaaaannn bener kaaaan!! Rencana lo tercium di gue! Dah siniin ponsel lo!?” akhirnya Ken memberikan ponselnya pada Eca. Sesaat sebelum ia mengayuh sepedahnya. Tepat dihadapannya ada bola basket meluncur didekatnya.

“Bola siapa itu??” tanya Eca. Eca berjalan mendekati bola itu dan memungutnya.

“Thanks dah ambilin bola gue!” ucap seseorang sambil merebut bola yang ada di tangan Eca.

“Ekh--”

Orang itu langsung berjalan kembali kearah lapangan dan bermain basket sendirian. “Lo main aja gih sama dia! Jadi gue gak perlu balik kerumah..” seru Ken.

Eca memberikan kembali ponsel Ken kemudian berjalan mendekati laki-laki yang tengah asik menggiring bola sendirian.

“Om, mas, kak--” Eca terdiam “Ekh anjir gue ngomong apaan sih!!” umpat Eca pelan.

“Gue boleh ikutan main gak?” tanya Eca sambil berdiri di pinggir lapangan.

“Lo gak akan bisa!” jawab laki-laki itu pelan.

“Gue bisa kok! Gue udah biasa main basket dari kecil!!” seru Eca tak terima.

“Tetap aja lo cewek!” sahut laki-laki itu.

“Emang kalau cewek gak boleh main basket ya? Gini-gini gue kapten basket disekolah gue kali!!” sungut Eca. Permainan bola laki-laki itu berhenti. Ia terdiam kemudian menatap datar Eca.

Tanpa aba-aba laki-laki itu melemparkan bola basket itu pada Eca. Eca yang belum siap akhirnya justru jatuh akibat lemparan bola itu.

“Aaauuu!!”

“Eca!!” teriak Ken. Ia segera memarkirkan sepedahnya kemudian berlari kearah adiknya. Tapi langkahnya berhenti ketika melihat seorang laki-laki yang ia pikir akan menolong adiknya.

“Baru gitu doang udah teriak ‘auu’! katanya kapten basket? Kalau kapten gak mungkin selemah itu!!” sindir laki-laki itu kemudian mengambil bola basketnya dan berjalan menjauhi Eca tanpa niat sedikitpun untuk menolongnya berdiri.

“Ganteng-ganteng kok jahat sih sama cewek! Gue doain kalau kita ketemu lagi lo jatuh cinta sama gue!!” gerutu Eca.

“HAHAHHAHAA” Ken tertawa sangat keras saat melihat adiknya dicampakkan oleh seorang laki-laki.

“Abang!” teriak Eca. Ken berjalan mendekati Eca kemudian membantunya berdiri “Ada yang luka gak??”

“Hati adek bang terluka gara-gara dicuekin sama mas-mas ganteng barusan!?” ucap Eca sok sedih.

“Alay Caa!” sungut Ken.

Eca nyengir kuda “Gue gak papa kali. Cuma gitu doang masa luka. Tapi bang, dia penghuni komplek baru ya? Judes amat sama Eca soalnya! Pakai acara bilang kalau Eca gak bisa basket lagi..”

“Sepertinya baru Ca. Abang baru lihat juga soalnya..”

“Baru lihat dia nongol?”

“Baru lihat adek abang dicampakkan sama babang tamvan!!” seru Ken sambil mentertawai adiknya itu.

“Abang beteiin ah!!”

“Ya udah! Ke kafe depan aja yuk. Gue pengen ngeskrim..” ajak Ken.

Eca masih diam tak menggubris ajakan Ken “Gue traktir deh! Lagian di kafe depan ada menu baru loh! Lo yakin gak mau minum frappucino??”

“Frappucino? Serius bang?” seru Eca sumringah.

Ken mengangguk. Ia tahu bagaimana kecintaan adiknya ini pada frappucino. “Mau gak??”

Eca tersenyum kemudian berlari ke arah sepedahnya diparkirkan “Ayooookk bang! Gue duluan yakk! Yang terakhir sampe parkiran kafe dia yang pesenin makanan!!” seru Eca kemudian mengayuh sepedahnya kuat-kuat.

“Dasar adek jahannam!!” umpat Ken. Tapi ia senang adiknya kembali tersenyum. Bagi Ken, menjahili adiknya dan membuatnya marah adalah hal yang sangat ia sukai. Tapi senyum adiknya adalah sebuah keistimewaan yang tak boleh sampai hilang..

*

*

“Lo frappucino doang atau pesen makan juga??” tanya Ken.

“Lo mau makan emang? Kalau iya gue juga deh. Jadi ntar malam gak perlu masak” jawab Eca.

“Gak usah deh! Ntar malam lo masak aja..” ucap Ken kemudian.

Eca berjalan mencari tempat favoritenya di kafe ini. ia selalu suka berada di ujung kanan bangunan ini. karena ia bisa melihat orang-orang hilir mudik menggunakan mobil, motor juga sepedah. Baginya itu adalah kesenangannya sendiri.

Dari jauh ada seseorang yang kini sedang menatapnya tanpa kedip. “Woyy!! Lo lihatin apaan sih??” tanya Hendra.

Laki-laki itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Menyadari hal konyol yang barusan ia lakukan. “Lo liatin cewek yang duduk sendirian itu?” tanya Fahri.

“Dia cewek aneh yang gue temui di lapangan tadi. Ngakunya sih kapten basket. Tapi waktu gue lempar bola ke arah dia. Dia malah gak sigap dan jatoh.” jawabnya santai.

“Mana sih??” tanya Hendra sambil matanya berkeliling. Dan akhirnya menemukan sosok yang sangat ia kenal “Cewek yang duduk sendiri pakai hoodie hitam itu By?” tanya Hendra. Aby, nama laki-laki itu mengangguk.

“Gilaaa!!!! Dia memang kapten basket cuy!” seru Hendra sumringah.

“Siapa sih Hen?” tanya Fahri.

“Itu loh Ri, Eca kapten basket cewek SMA Harapan 02! Gak mungkin lo gak kenal!!” jawab Hendra.

Aby hanya terdiam mendengar ocehan kedua sahabatnya itu. Pasalnya ia tidak mengenal perempuan itu. Jadi gak mungkin kalau dia memang kapten basket!

“Gue gak kenal!” sahut Aby tak acuh.

“Pandangan lo cuma tertuju sama basket doang gimana mau kenal sama tuh cewek coba?” sindir Fahri.

“Lagian cewek lembek kayak gitu serius kapten?” tanya Aby meremehkan.

“Besok kita bakal latihan di SMA Harapan 02. Jadi lebih baik lo nilai sendiri pantas gak dia jadi kapten basket!” jawab Hendra.

Aby tak peduli. Ia terus memainkan lensa kameranya dan menjepret asal obyek-obyek disekitarnya. “Awas jangan jadi paparazi! Ntar lo naksir loh sama dia!!” goda Fahri.

Aby hanya menatap Fahri datar sebagai jawaban. Ia tak kenal dengan perempuan itu. Jadi sangat tidak mungkin bila ia menyukai gadis itu.

*

*

“Abyyy... Waktunya makan malam sayang..” teriak Ani, mamah Aby dari depan kamar Aby.

“Iyaa maah, bentar yah. 5 menit lagi Aby turun..” jawab Aby.

“Mamah tunggu dimeja makan ya..” sahut Ani. Kemudian terdengar suara langkah menjauhi kamar Aby.

Aby masih berkutat dengan kameranya. Hari ini ia banyak menjepret asal obyek. Ia ingin mencetaknya dan membuat kamarnya semakin ramai dengan hasil jepretannya.

Tunggu..

Aby terkejut menatap salah satu obyek hasil jepretannya “Inikan cewek tadi” gumam Aby.

“Awas jangan jadi paparazi! Ntar lo naksir loh sama dia!!”

Ia tersenyum tipiiis sekali mengingat ucapan Fahri “Senyumnya memang manis. Siapapun pasti suka! Termasuk gue. Tapi sayang gue Cuma suka senyumnya bukan orangnya!!”

*

*

avataravatar
Next chapter