Selama perjalanan, Bisma hanya duduk diam tidak mengucapkan atau menjelaskan apapun kepada Alana. Dengan wajahnya dinginnya itu, dia memejamkan matanya dan beristirahat. Suasana yang begitu sunyi itu membuat Alana merasa kurang nyaman. Ketika Alana ingin menarik tangannya dari tangan Bisma, dia tidak bisa karena Bisma masih menggenggamnya dengan erat. Sehingga Alana hanya bisa diam pasrah. Sebenarnya di dalam lubuk hatinya Alana ingin menanyakan tentang Erika kepada Bisma, namun dia tidak berani.
Alana tahu bahwa Bisma dan Erika sudah saling mengenal selama 8 tahun lamanya. Pasti ada sesuatu diantara mereka selama 8 tahun itu, tapi tidak pernah diungkapkan oleh Bisma. Karena karakter dari Erika yang keras kepala. Alana harus mempersiapkan diri ketika dia kembali ke Bandung nanti.
"Apakah ada kabar terbaru dari jenderal Halim?" tanya Bisma tiba-tiba
"Oh iya, rencananya kita akan melakukan wawancara pada pukul 3 sore ini." jawab Alana menjelaskan rencananya yang sudah di atur oleh asisten jenderal Halim untuknya.
Setelah itu Bisma melihat ke arah jam tangannya.
"Kamu ingin makan siang apa?" tanya Bisma
"Eh?" karena pertanyaan Bisma yang terlalu mendadak membuat Alana tidak bisa menjawab
"Pukul berapa sekarang? tanya Alana balik kepada Bisma
"Pukul 10.05" jawab Bisma dengan singkat
Ya tuhan, ini kan masih pukul 10.05 menit dan Bisma bertanya padanya apa yang ingin dia makan untuk makan siang. Padahal Alana baru saja sarapan di asrama. Tiba-tiba ide muncul di kepala Alana dna berkata
"Apa komandan Bisma bebas hari ini?" tanya Alana
"Aku akan pergi ke Komite Partai Kota nanti dan aku juga akan mengantarmu ke rumah jenderal Halim pada sore harinya" jelas Bisma sambil melirik Alana
"Oh sayang sekali dia ada urusan di luar" pikir Alana
"Menurutmu, apakah aku bisa memakan apapun yang aku inginkan untuk makan siang nanti?" tanya Alana
"Tentu saja" jawab Bisma tanpa ragu.
"Tapi tentu aku harus menyesuaikan dengan isi dompetku dulu" sambung Bisma
"Hahaha" Alana tertawa mendengar jawaban Bisma
"Jika komandan Bisma keberatan, maka gadis kecil ini akan mengurusnya sendiri, lagipula sekarang ada di pusat kota. Sangat disayangkan jika aku tidak mencoba makanan yang ada disini" jawab Alana dengan nada bercanda
Bisma menatapnya dengan tenang dan lembut hingga membuat hatinya luluh
"Tidak, kemanapun kamu pergi, aku akan menemanimu" ucap Bisma
"Tidak apa-apa, aku tidak akan menggangumu. Bukankan komandan Bisma mempunyai urusan bisnis…" kata Alana dengan wajahnya yang sedikit memerah karena ditatap oleh Bisma
"Alana aku suamimu" kata Bisma sambil menghadapkan wajah Alana ke hadapannya dengan tangan besarnya.
"Aku akan memberikanmu pilihan panggil aku Bisma atau suamiku?" tanya Bisma sambil tersenyum menggoda
Tangannya yang besar dan sedikit kasar yang ada di wajahnya membuat Alana nyaman. Dari tekstur tangannya itu Alana bisa tahu pelatihan seperti apa yang dijalani oleh Bisma hingga mencapai posisinya sekarang. Bisma menatap Alana dengan tatapan yang sangat tenang dan damai. Mendapatkan tatapan seperti itu dari Bisma membuat hati Alana luluh serasa ingin jatuh ke tanah.
"Aku…" ucap Alana terbata-bata
"Panggil aku "suamiku"". ucap Bisma tanpa memberikan kesempatan Alana untuk menjawab
"Apa?" tanya Alana yang masih bingung
"Panggil aku "suamiku"". ucap Bisma dengan suara yang rendah membuat wajah Alana memerah. Saking malunya Alana ingin masuk ke lubang untuk menyembunyikan wajahnya yang saat ini memerah.
"Panggil aku "suamiku"" desak Bisma kepada Alana tanpa melepaskan tanganya dari wajah Alana
Alana mengulum bibirnya dan jika Alana tidak menuruti kemauan Bisma sepertinya Bisma tidak akan melepaskannya.
"Suamiku" ucap Alana dengan lirih dan terlihat wajahnya bertambah merah karena malu
"Ya, aku disini" jawab Bisma dengan penuh kemenangan
Saat ini sudah berhenti di sebuah tempat, namun kedua orang itu masih belum selesai saling menggoda satu sama lain. Walaupun Varo seharusnya tidak mengganggu moment itu, tapi dia tidak mempunyai pilihan lain.
"Komandan Bisma, kita sudah sampai di pusat kota" ucap Varo
Wajah Bisma terlihat kecewa dan dia mulai melepaskan tangannya di wajah Alana. Mendapati itu Alana bernafas lega. Namun, Bisma menarik lagi tangan Alana. Saat ini ditangannya ada sebuah kartu debit yang ia yakini milik Bisma. Melihat kartu itu Alana sedikit bingung. Tiba-tiba Bisma menariknya ke dalam kepelukannya, memeluknya dengan erat, menundukkan kepalanya dan berbisik di telinga Alana.
"Di dalam kartu itu berisi semua tabunganku, kata sandinya adalah 5201314" kata Bisma dengan lirih.
Ketika mendengar itu tubuh Alana sedikit gemetar dan nafasnya menjadi berat.
"Ingat kata sandinya adalah 5201314. Alana aku mencintaimu. Varo tunggu aku di dalam mobil, aku akan kembali 30 menit lagi dan tolong berikan aku kunci mobil" ucap Bisma kepada Varo.
"Baik, komandan" jawab Varo dengan patuh sambil menyerahkan sebuah kunci
Kemudian Bisma menyerahkan sebuah kunci mboil itu kepada Alana
"Jika kamu nanti merasa bosan, berkelilinglah dengan mobil ini. Lalu katakan dimana kamu berada maka aku akan segera datang kepadamu" ucap Bisma
Mendengar itu hati Alana menghangat
"Baiklah, Aku akan menunggumu di dalam mobil" jawab Alana
"Aku akan kembali secepat mungkin" ucap Bisma sambil mengelus kepala Alana dengan ringan menggunakan tangan besarnya itu. Mendapatkan perlakuan seperti itu membuat Alana tersipu dan luluh.
Melihat sosok Bisma yang mulai menjauh menuju ke Komite Kota membuat hati Alana berdegup kencang. Dia meletakkan tangannya di dadanya untuk menenangkan dirinya sambil menarik nafas dengan teratur. Alana akui pesona yang dimiliki oleh Bisma memang sangat luar biasa yang tidak bisa ditolak oleh siapapun.
Setelah menenangkan hatinya, Alana menatap kartu ATM yang ada di tangannya dan sebuah kata muncul di benaknya "rumah". Ya sekarang dia sudah menikah dan mempunyai suami. Hanya saja dia tidak yakin sampai kapan hubungan ini bisa bertahan
Sampai bulan lalu, Dito adalah satu-satunya orang yang paling dia cintai. Namun, pada saat ini semuanya berubah dan sekarang dia telah menjadi seorang istri dari seorang komandan militer yang membuat pejabat tinggi mulai muncul dihadapannya. Meskipun Bisma memperlakukannya dengan baik saat ini, tapi masih ada perasaan takut di dalam lubuk hatinya. Dia hanya orang biasa yang lemah, bisa tercabik-cabik kapan saja.
Saat ini dia sedang memegang sebuah kartu ATM dan kunci mobil. Alana mulai menarik nafas dan berpikir apa yang sebaiknya dia lakukan terhadap benda yang ada pada padanya saat ini. Setelah berpikir, karena telah melangkah sejauh ini tentu dia tidak akan mundur. Jika dia salah langkah, maka akan muncul masalah dikemudian hari. Memikirkan hal ini akhirnya Alana memutuskan memainkan sebuah game di ponselnya.
Tiba-tiba ada panggilan telepon masuk di teleponnya dan ketika melihat dari siapa muncul nama Dito di layar ponselnya. Alana merasa ada firasat tidak enak ketika Dito meneloponnya, dengan sedikit perasaan was-was Alana menjawab panggilan telepon itu.
"Alana, kapan kira-kira kamu menyelesaikan jadwal wawancaramu dengan jenderal Halim?"tanya Dito
"Bukankah ini belum seminggu sesuai dengan kesepakatan?"tanya Alana balik
"Lalu kapan kamu bisa kembali ke Bandung?" tanya Dito lagi
Alana merasa Dito bertingkah aneh, dia merasa ini bukan tentang pekerjaan. Alana hanyalah pegawai biasa dan mengapa dia harus segera kembali ke perusahaan? pikirnya
"Aku akan kembali setelah melakukan wawancara" jawab Alana. Masalah gaji dan kenaikan pangkatnya akan dipikirkannya lagi nanti
"Aku baru saja menelepon asisten jenderal Halim dan mendapatkan kabar bahwa jadwal wawancaramu dengan jenderal akan dilakukan pada pukul 3 sore. Jika tidak ada halangan, wawancara itu harus selesai hari ini. Bisakah kamu langsung kembali besok kesini?"tanya Dito
Apa? kembali besok? Alana bertambah yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang sedang disembunyikan oleh Dito. Alana ingin memberikan sebuah alasan untuk memperpanjang masa wawancara. Namun, ketika Alana ingin melakukan negosiasi dengan Dito terdengar suara ketukan jendela pintu mobil dari arah luar dan Alana langsung membukanya.