webnovel

Chapter 1

Tap!tap! tap

Terdengar suara langkah terburu-buru menaiki anak tangga sebuah kantor investasi yang sudah mati suri beberapa bulan ini.

Dia Miranda, wanita berusia 25tahun, seorang ibu dari satu orang putri bernama Amanda. Rambut hitamnya tergerai, peluh memenuhi dahinya, kulit putihnya seakan berkilau dengan peluh yang juga memenuhi tubuhnya. Dia seperti habis dikejar-kejar setan.

Bukan setan sungguhan, dia lari dari kejaran kaum emak-emak penguasa sebagian besar muka bumi ini.

Dikejar oleh emak-emak menuntut pertanggungjawaban atas investasi mereka akan jauh lebih mengerikan daripada dikejar pocong atau kuntilanak.

Dia tiba di ruangan dimana mangsanya memang benar ada disana

yah, Miranda mengejar Tanti sahabat pengkhianat!!!

Ini bukan soal pelakor dan segala jenis hal yang berhubungan dengan percintaan, tetapi Miranda harus menemukan penipu ulung seperti Tanti!!!!

"akhirnya kita bertemu disini!!!!" seru Miranda tidak sabar memberi perhitungan pada teman tidak tahu diri macam serigala berbulu domba.

Netranya mendapati Tanti yang sedang berkemas setelah hilang beberapa bulan terakhir. Beberapa map ditangannya nyaris lolos melihat kehadiran Miranda disana.

"Mira...."

"ya... kau heran aku bisa menemukan mu??" mata Miranda menyala, dia lelah dikejar -kejar para investor dan depcollettor.

Usahanya ikut investasi yang ditawarkan oleh Tanti harus meninggalkan hutang dan masalah yang rumit setelah semua kedok investasi yang ia kelola Tanti bersama pacarnya ternyata investasi bodong.

Bodohnya Miranda ikut bekerja sama dengan mereka berdua, sampai akhirnya semua terbongkar dan ia terpaksa harus ikut bertanggung jawab.

Sekarang serigala sudah didepan mata, dia tidak akan membiarkannya pergi lagi.

"Mira,, tunggu aku bisa jelaskan ...kita bisa bicarakan lagi ..." ujar si mata minus gelagapan.

"apa yang harus kita bicarakan, bagaimana aku bisa menanggung semua sendirian???"

"ya.. aku mengerti tapi semua uang kita dibawa kabur Farel....!!"

"jangan membodohi ku lagi.... kita ini teman,, tapi kau sangat tega padaku!!!" Raung Miranda berapi-api, Tanti memasang kuda-kuda dia tahu bisa-bisa teman masa kecilnya ini kalap dan sungguh akan membumi hanguskan dirinya.

Disaat bersamaan....

"BERIKAN HAK KAMIIIIII!!!!!!" terdengar suara dari luar gedung menggunakan toa,

Sepasang sahabat itu menggigil, mereka saling berpandangan. melihat ke bawah dari lantai dua melalui jendela, tampak orang-orang berkumpul halaman kantor. Ini bukan saatnya berdebat tapi ini saatnya berlari.

Para kaum terkuat sudah mendeteksi keberadaan mereka.

Akh sial!!!

"ayoo lari...." Tanti menarik lengan Miranda, mengajaknya melewati pintu belakang kantor yang sudah kosong itu.

Perlahan mereka mengendap-endap, meskipun untuk keluar dari gedung lewat pintu belakang, tetap saja mereka harus lewat halaman depan untuk bisa meloloskan diri dari sana. Tidak ada jalan lain.

Oh ya Tuhan ...

Situasi menegangkan seperti sedang menghadapi zombie kelaparan. Nafas Miranda naik turun, dia tidak yakin bisa lolos dengan aman.

"dengar,,, bersiap dengan aba-aba ku,, kita langsung lari kearah sana..." bisik Tanti menunjuk ke arah gerbang, mereka harus berlari dari tepian agar tidak terlihat.

Tanti membaca situasi, netranya mengamati dengan seksama para emak-emak yang sedikit lengah, Gadis berkuncur kuda si ahli melarikan diri memberikan aba-aba.

"satu..... dua.... tiga... lariiiii.... "

Miranda mengikuti instruksi.

Tapi sial, salah seorang melihat siluet keberadaan mangsa mereka.

"itu dia... ayo kejar!!!" seseorang berseru dengan suara lantang.

sial! sial! sial!

Para zombie dengan sergap mengencangkan kaki-kaki untuk mendapatkan sasaran mereka.

Miranda dan Tanti lari terbirit-birit atau mereka akan jadi santapan empuk para kaum terkuat di bumi.

Lari...

lari...

dan lari....

hanya itu yang ada dibenak mereka. Bobot tubuh Tanti lebih ringan dan sedikit kurus, dia bisa lari melesat seperti peluru, sementara Miranda tidak seringan mahkluk Tuhan satu itu dan biar bagaimanapun dia seorang wanita yang sudah turun mesin satu kali. Belum lagi heels yang ia kenakan membuat langkahnya makin sulit untuk berlari.

"aarrgghhh...." Miranda terjatuh.

Tanti sempat mengerem langkahnya dan ingin menolong teman yang tersungkur. Tapi sayang para pengejar tidak lebih lambat, mereka mungkin punya kecepatan lebih cepat dari cahaya.

"Tanti.. tolong aku...." Miranda mengulurkan tangan berharap dia tidak akan ditinggalkan dalam keadaan menyedihkan seperti ini, kakinya terasa nyeri.

Bukan Tanti kalau dia tidak licik. Batinnya ingin menolong, logikanya memerintahkan untuk lari secepat mungkin yang dia bisa.

"maaf Mir .. aku akan kembali dan membantu mu... "

Tanti melesat hingga hanya punggungnya terlihat menjauh. Sementara wanita yang mengenakan midi dress itu masih tekulai jatuh di jalanan hingga ia pun tertangkap.

"pengkhianat...." desisnya penuh kecewa.

Tamatlah riwayat ku!!!!

----

Seorang pria turun dari sebuah mobil, mengenakan setelan jas hitam, rambutnya tertata rapi dan ia terlihat seperti seorang pria baik- baik lagi penuh sopan santun.

Dia Danu Umar alias Damar, suami Miranda. Berusia 28 tahun, pekerjaan sebagai asisten pribadi owner produk skincare, seorang gadis lajang yang cantik dan sukses.

Parasnya yang tampan membuat Damar lebih cocok menjadi seorang aktor, karakternya pendiam, sedikit misterius tapi punya jiwa pelindung dan setia.

.

Damar mencoba bernegosiasi dengan para korban investasi bodong dimana istrinya harus terlibat.

Tidak mudah meyakinkan mereka yang terlanjur hilang kepercayaan atas wanprestasi yang dilakukan oleh Miranda bersama Tanti dan pacarnya.

Wanita yang biasanya tampil angkuh penuh percaya diri kini tertunduk, biar bagaimana pun dia sama sekali tidak pernah bermaksud menipu siapa pun. Seharusnya dia juga menjadi korban!!

.

Entah sudah berapa banyak materi yang di korbankan suaminya demi menyelesaikan masalah yang ia timbulkan. Padahal secara matematis Damar bukan dari kalangan borjuis. Dia dibesarkan dalam keluarga sederhana. Ayah dan ibunya seorang pegawai negeri.

Semua yang dimiliki satu persatu harus dijual demi menutupi hutang istrinya.

.

Dalam negosiasi mereka mendapatkan waktu satu Minggu lagi untuk menyelesaikan sisa kewajiban yang harus ditunaikan.

Satu minggu!!

Dalam satu Minggu mereka harus memiliki lima ratus juta!! atau Miranda berakhir di penjara!!!

---

Seorang wanita mengenakan Coat cream memasuki sebuah cafe, sementara disalah satu sudut cafe wanita lainnya menunggu dengan perasaan cemas.

Dua hari sudah berlalu, masih tersisa lima hari terakhir atau hidupnya akan berakhir dipenjara. Miranda tahu, Damar tidak akan membiarkan ia melewati semuanya sendirian, tapi mau bagaimana lagi lima ratus juta bukan jumlah yang sedikit untuk ia dapatkan satu Minggu ini, meskipun dia harus berdarah-darah mencarinya.

"hai..." sapa wanita bergaya modern lagi modis ketika tiba ditempat yang sudah ia janjikan.

Miranda menengadah, senyumnya mengembang ketika netranya melihat Kinanti berdiri disana.

Kinanti adalah owner tempat Damar bekerja, sebenarnya wanita yang sudah sukses dan masih singel itu teman Damar di masa kuliah, kebetulan juga Miranda mengenal Kinanti sejak masa kuliah.

"maaf ya jadi bikin kamu nunggu lama..." ujar Kinanti sembari mengambil posisi duduk dihadapan istri sahabat sekaligus asisten nya itu..

"ya... ngga apa-apa kok,, aku juga baru sampai.."

Miranda sedikit kikuk, dia bingung harus mulai dari mana.

"ada apa Mir? tumben..." tanya Kinanti setelah memesan secangkir ekspreso untuknya.

.

Jeda sejenak.

"Kinan ..aku butuh lima ratus juta...." akhirnya ia bisa berucap "aku sangat butuh lima ratus juta untuk membayar hutang-hutangku..." kali ini suara Miranda bergetar, perasaannya jadi tak karuan.

Gadis cantik didepannya memasang wajah tenang meskipun ia sedikit terperanjat, dengan perlahan menyeruput kopi hangat yang sudah tiba dimeja mereka.

"maaf kalau aku lancang, aku...."

"aku bisa memberimu lima ratus juta..." sela Kinanti dingin. Dia telah memikirkan banyak hal sejak ia diam mendengarkan sepenggal cerita istri asistennya itu.

Perbuatan yang tidak bisa dianggap lancang juga. Padahal sejak berapa hari Damar bekerja tidak sekalipun temannya itu meminjam uang darinya. Meskipun ia menyadari bahwa asisten tampannya agak kurang konsentrasi, dan sering izin beberapa kali.

Kinanti paham kenapa Damar tidak mencoba cashbon di perusahaan. Pria itu punya harga diri yang tinggi, salah-salah nanti dianggap memanfaatkan persahabatan mereka

"sungguh kamu mau meminjamkanku lima ratus juta???"

"ya tentu... aku bahkan bisa memberikan lebih dari itu ....tanpa harus dikembalikan....,"

Binar dimata Miranda terpancar, ia merasa tidak salah meminta bantuan pada boss suaminya ini. Kinanti adalah malaikatnya.

Miranda meraih jemari lentik nan terawat milik gadis yang kaya namun lama menyendiri ini, entah pria seperti apa yang bisa meluluhkan hatinya hingga ingin berlabuh kelak

"tapi dengan satu syarat....."

deg!

Next chapter