1 1. Semesta yang Mengenalkan Kita

Aku sedang berjalan diantara hiruk pikuknya jalanan. Langit kian kelam pertanda bahwa kini saatnya mentari untuk rehat dan kembali ke peristirahatan.

Dipersimpangan jalan aku melihat sosok asing. Pria tinggi besar dengan rambut sebahu yang sepertinya sedang berbicara lewat telepon yang ia dekatkan ke telinga nya. Raut wajahnya menggambarkan amarah, bahkan sesekali dia menggaruk kepalanya yang bisa aku pastikan tidak gatal sedikit pun.

Lalu ntah dengan keberanian yang datang dari mana, aku mendekat ke arahnya. Tepat saat pembicaraan dia di telepon genggam nya selesai.

"Ya mbak?"

Tanya nya yang ku pastikan bahwa dia sedang keheranan

Aku tidak tahu harus jawab apa, sebab aku juga tak mengerti mengapa langkah ku bisa sampai ke hadapannya

"Cafe Nirwana ada di sebelah mana ya mas?"

Demi apa pun. Aku hanya bisa mengatakan itu. Tempat yang sebenarnya tidak ingin aku tuju untuk saat ini. Itu satu-satu nya yang terlintas di benakku.

"Mau kesana? Kebetulan saya juga. Kalau mbak mau, mari ikut dengan saya, saya akan antar".

Terkutuk lah kau mulut dan fikiran yang tiba-tiba mengarah kesana!!

avataravatar