2 Kau jangan lupa, dia juga istri sahku.

Elang menarik Ibunya ke kamarnya, Nisa duduk menangis di atas tempat tidur itu, ketiga anaknya memeluknya erat, si bungsu yang masih belum mengerti apa-apa, hanya berdiri memandang sedih ibunya.

Tiba-tiba Andra masuk, dan berkata..

" Bisakah kau pindahkan semua barang-barangmu kebelakang? kami akan tidur di sini, kau tak butuh kamar yang luas", katanya dengan nada mengejek.

"Apa katamu? teganya kamu mas.. kau mencampakkan istrimu demi perempuan ini?" katanya dengan nafas yang sesak, tubuhnya mengigil menahan amarah.

" kau jangan lupa, dia juga istri sahku. " Katanya sinis.

" Kapan aku memberimu izin menikah lagi? " katanya setengah berteriak, "

" Apa kau tidak ingat kau pernah menanda tangani surat yang ku berikan? " Tanya Andra. " Itu adalah surat persetujuanmu untuk dimadu. " Jawab Andra dengan nada kemenangan.

Nisa terduduk, dia tidak menyangka surat yang di berikan suaminya tiga bulan yang lalu adalah awal dari kehancuran rumah tangga mereka.

"Tapi kau tidak mengatakan padaku " Katanya sambil menangis.

" Kenapa kau tidak membaca nya sebelum menanda tangani? itu semua salahmu. " jawab Andra.

Nisa terdiam, dia tidak menyangka suaminya akan memanfaatkan kepercayaannya.

" Sekarang, silahkan kau pindah kebelakang" kata Andra dengan nada pengusiran.

Nisa tak bisa menahan hatinya ketika melihat wanita itu menyeringai mengejeknya. tampa di duga, dia langsung menjambak rambut wanita itu dan meremas lengannya, sehingga meninggalkan goresan di tangannya.

melihat pujaan hatinya terluka, Andra meradang, dia menampar Nisa sehingga wanita itu terdiam.

kemudian dia menyeret wanita itu keluar rumah dan menutup pintu, ketiga anaknya berteriak memanggil ibunya, tapi Andra dengan cepat menahan mereka dan menyeret mereka ke kamar dan mengunci pintu kamar itu.

perempuan itu sedikit kesal karna Andra tidak membiarkan ke tiga anak itu mengikuti ibunya.

Nisa menangis di luar rumah, meminta jika dia harus pergi, biarkan dia membawa ketiga anak mereka.

" Dengan apa kau akan memberi makan mereka? " Tanya Andra sombong sambil melempar beberapa lembar uang seratus ribuan padanya.

dia merasa sangat terhina, tapi untuk saat ini dia benar-benar membutuhkannya untuk bertahan hidup, tapi karna egonya, dia tidak mengambil uang itu.

Akhirnya dia juga menyadari akan kemampuannya. Jangankan untuk makan, kemana dia akan membawa dirinya malam ini saja dia tidak tau. Tapi dia tidak akan tenang dengan keadaan ini, apa yang akan di lakukan wanita itu pada ketiga anaknya terlebih si bungsu masih sangat membutuhkan dirinya.

Dia tidak tau akan kemana malam ini, dia melihat kearah jendela kamarnya dan melihat bayangan suaminya sedang memeluk wanita itu, dan mereka tertawa penuh kemenangan.

Akhirnya dia melangkah pergi, tanpa tujuan, jika nanti terjadi sesuatu pada putranya, dia tidak akan pernah memaafkan mereka dan juga dirinya sendiri.

Masih dengan berlinang air mata dia melangkahkan kakinya, Nisa menuju mesjid tempat putranya biasanya mengaji, setelah berwuduk, kemudian sholat, dia membenamkan dirinya dalam do'a dan memohon petunjuk Yang Maha Esa.

Tiba-tiba dia ingat seseorang yang mungkin akan dapat membantunya, Aura, wanita itu adalah sahabat karibnya dari dahulu, dan dia masih mengingat jelas nomor ponsel temannya itu.

Marbot mesjid yang dari tadi memperhatikannya mendekat.

" Ada apa bu Nisa? " Tanyanya cemas.

" Suami saya menikah lagi, dan mengusir saya dari rumah" Katanya..

sebenarnya dia tidak ingin menceritakan masalah keluarga nya pada siapapun, tapi batinnya amat tertekan.

" Pak, bisa tolong perhatikan anak-anak saya? Saya tidak di izinkan membawa mereka, " Katanya sedih.

" Baiklah Bu.. akan saya lihat-lihat " Jawab Bapak itu prihatin.

" Sekarang.. kemana ibu akan pergi? "

" Ada seorang teman yang saya yakin dia bisa membantu, tapi saya tidak punya ponsel untuk menelfonnya.

" Ini.. pakailah! "Kata Bapak itu sambil menyodorkan HP nya.

"Terima kasih, Pak! " Katanya sangat bersyukur.

Nisa menelfon sahabatnya, perempuan itu sangat prihatin dan akan menjemput Nisa ke mesjid itu malam itu juga, meskipun dia harus menempuh perjalanan satu jam lebih dari rumahnya.

Waktu pertama kali melihatnya, Aura kaget melihat nisa, bagaimana mungkin, Nisa yang modis dan elegan bisa berubah seperti ini.

" Ternyata.. " Kata Aura geleng -geleng kepala.

Begitu sampai di rumahnya, Aura langsung menarik nisa ke kamarnya, dia menunjukkan foto Nisa sepuluh tahun yang lalu bersama dirinya, yang dibingkai cantik menghiasi dinding kamarnya.

" Apa kau tau siapa dia? " Tanya Aura lagi.

" Jika kau seperti ini, dia tak akan mencampakkanmu. "

" Tapi waktuku untuk mengurus ketiga putraku lebih penting dari pada mengurus diriku.

" Kau salah, mengurus dirimu juga penting, jika tidak, ini akibatnya.

Mulai sekarang, aku akan membantumu merebut suamimu kembali"

" Aku tak menginginkan laki-laki itu lagi, Aku hanya menginginkan anak-anakku" katanya dengan emosi yang tertanam di setiap katanya.

avataravatar
Next chapter