webnovel

jika tak takut dosa, aku juga ingin menghajar ayahku.

Tak lama kemudian, pelayan restoran itu datang, mereka saling memberikan isyarat melalui Mata, tanpa sengaja Nisa memperhatikan mereka, perempuan itu menjadi takut untuk menyentuh makanan ataupun minuman itu, dia merasa ada sesuatu yang mereka rencanakan.

" Andra.. maaf aku pergi dulu, anak-anak telah lama menungguku di rumah." Kata Nisa hendak berdiri.

Andra kembali memegang tangannya.

"Sejak kapan kau tidak memanggilku Mas lagi? Lantas.. kenapa kau tidak jadi makan? " Tanya Andra lagi, tangannya masih menggenggan tangan Nisa.

"Maafkan aku.. aku masih kenyang.. lagi pula sekarang aku sedang mengatur pola makanku" Jawab Nisa, padahal Soup yang di pesannya boleh dikonsumsi malam hari, tapi dia takut untuk menyentuh makanan maupun minuman itu.

"Bisa tolong lepaskan tanganku? " Kata Nisa sambil mencoba menarik tangannya.

"Baiklah.. aku juga tak akan makan. Apa kau ingin pulang? aku akan mengantarmu" Kata Andra sambil memberi isyarat pada pelayan tadi untuk membawakan bil nya.

"Aku bisa pulang sendiri" Jawab Nisa,

Andra langsung membayarnya dan mengikuti Nisa keluar, begitu sampai di luar, Andra langsung menutup mulut Nisa dengan sapu tangan yang telah di sediakannya itu, Nisa pingsan, Andra dengan segera menangkapnya agar tak jatuh, dia tersenyum puas

Aditya kaget, dia langsung keluar mendekati mereka.

" Lepaskan dia!" Kata Aditya geram.

"Siapa kau.. apa hak mu? " Tanya Andra kesal.

"Apa yang akan kau lakukan? " Kata Aditya berusaha mengambil Nisa.

Andra meletakkan Nisa di pondok itu lagi dan menyerang Aditya, Aditya bukanlah Aditya yang dulu lagi, jika dulu dia begitu lemah, sekarang tidak lagi.

Adit sempat mendapat pukulan di pipinya , dia merasakan darah segar di sudut bibirnya, setelah itu, Aditya bisa menghindari semua serangan Andra, begitu dia melihat kesempatan, dia mendaratkan pukulannya ke pipi dan ulu hati Andra, sehingga laki-laki itu terdiam menahan sakit, sementara bibirnya mengeluarkan darah.

Adit langsung mengemas tas Nisa dan menggendong wanita itu ke mobilnya dan meninggalkan Andra yang masih terdiam, karna ulu hatinya masih terasa sakit.

Begitu sakitnya hilang dia langsung berdiri, perasaannya amat kesal, dan langsung membuntuti mobil Aditya.

Aditya membawa Nisa ke IGD, dia cemas jika obat yang di berikan Aditya berbahaya, melihat mobil itu memasuki RS itu Andra semakin kesal, akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke rumahnya.

Sesampai di rumahnya Andra mendapat kejutan lain, dia melihat orang tua Nisa yang akan meninggalkan rumah itu, wajah mereka sangat marah.

Begitu melihat Andra Ayah Nisa langsung memberikan pukulan ke wajah laki-laki itu dan berkata..

" Kau berjanji akan menjaga putriku sampai akhir hidupmu.. sekarang.. aku bisa melihatnya , kau benar-benar pria yang menepati janji"

"Dimana Nisa sekarang? kenapa nomornya tak bisa di hubungi? " Tanya Ibunya lagi.

" Maaf ibu.. Ayah.. aku khilaf.. aku akan memperbaiki semuanya.. " jawab Andra.

"Khilaf kok berbulan-bulan. Wanita itu telah menjadi istrimu selama lima bulan. " Kata Ayah Nisa

"Sekarang.. dimana putri dan cucu -cucu kami? " Tanya Ibu Nisa, emosinya hampir memuncak.

"Andra memberikan nomor telfon dan alamat Nisa, kedua orangtua Nisa meninggalkan rumah itu.

"Lihat kan? Akibat kau memaksa untuk tinggal di sini, semua jadi kacau, padahal aku sudah membelikan sebuah rumah untukmu, tapi kau juga malah ingin di sini.. Dasar wanita tamak.. Apa kau benar-benar hamil? jika tidak.. kita akhiri hubungan kita" Kata Andra marah-marah pada keisya.

"Aku tak mau kau campakkan begitu saja setelah kau puas " Kata keisya tak kalah marah.

" Puas katamu? bahkan aku tidak mendapatkan kau masih perawan saat pertama kali berhubungan" Kata Andra semakin kesal, dia masuk ke ruang kerjanya dan membanting pintu.

Melihat itu, keisya tau laki-laki itu tak akan keluar sampai pagi, dia pun pergi keluar malam itu juga.

.....

Adit membawa Nisa yang masih belum sadarkan diri kembali ke Apartemen nya meski dokter memintanya agar Nisa sadar terlebih dahulu, tapi mengingat putra-putra Nisa yang akan menjadi khawatir, akhirnya dia memutuskan untuk membawanya pulang.

Di parkiran apartemen ini, Aditya terdiam, dia memandang wajah polos Nisa, perempuan ini terlihat seperti sedang tertidur lelap.. sangat damai, wajahnya sangat tenang.. Aditya menatap bibir mungil Nisa, menyentuhnya dengan jarinya rasanya dia ingin mencium bibir indah itu, tapi dia sadar.. Nisa belum menjadi haknya, bahkan sekarang dia masih berstatus seorang istri. Adit menggaruk kepala yang tak gatal karna fikiran kotornya tadi.

Aditya menggendong Nisa memasuki apartemen itu, penjaga apartemen amat kaget melihat keadaan Nisa, lalu Aditya memintanya untuk mengikuti mereka sampai ke tempat Nisa.

Penjaga Apartemen itu memencet bel, karna tangan Aditya penuh.. Begitu pintu di buka Ibu Ina sangat kaget melihat Nisa yang di gendong Aditya. Wanita paruh baya itu sempat berdiri terpaku di depan pintu sebelum akhirnya dia tersadar. Dia melihat wajah tuannya yang terluka dan baju tuannya yang berantakan karna berkelahi tadi.

" Tuan muda.. ada apa ini" Tanya Ibu itu. Ibu Ina adalah salah seorang pelayan kepercayaan di rumahnya, dia meminta ibu Ina untuk menjaga anak-anak Nisa, orang tuanyapun tidak keberatan.

"Suaminya mencoba menculiknya Bik" Jawab Aditya..

Elang yang mendengar itu amat kaget.

"Ibu nggak papa kan Om.? " Tanya bocah itu cemas. Aditya kaget, dia lupa kalau Elang sudah paham apa yang terjadi.

"Tidak apa-apa.. Ibumu baik-baik saja, jangan khawatir" kata Aditya sambil mengusap kepala Elang.

"Om berkelahi dengan Ayah? "Tanya Elang karna melihat luka di sudur bibir Aditya.

" Maafkan Om.. Om terpaksa" Jawab Aditya menyesal.

"Jika tak takut dosa.. aku juga ingin menghajar ayahku" Katanya sedih.

Aditya kaget mendengar itu dan berkata..

"Kau tidak boleh berfikiran begitu, walau bagaimanapun.. dia adalah ayahmu.. kau tidak boleh durhaka padanya". Kata Aditya lagi.

"Ibu juga mengatakan hal yang sama". Kata Elang sedih.

Next chapter