7 Dia masih suamiku secara hukum

Sopir Aditya memacu mobilnya begitu Nisa kembali ke mobil itu, dan mengantar mereka ke bandara.

"Apa dia mantan suamimu? " Tanya Aditya.

" Dia masih suamiku secara hukum, dia belum menceraikanku" Jawab Nisa.

"Sayang sekali " kata Aditya.

" Sayang sekali? " Nisa tak mengerti.

"Mendengar ceritamu kemarin, Aku menjadi kesal padanya. " Kata Aditya karna dia tidak mungkin mengatakan hal Sebenarnya kenapa dia mengatakan sayang sekali.

" Terima kasih atas simpati Bapak". Kata Nisa tulus.

Sepanjang perjalanan mereka bercerita banyak hal, ternyata Aditya bukan sosok pribadi yang patut ditakuti seperti pikirannya kemarin, dia seorang yang ramah, dan juga humoris, sangat berbeda sekali dengan kepribadiaannya saat di kantor.

Setelah mereka sampai di Bandung, Nisa langsung menelfon Aura. Aura langsung menyerbunya dengan pertanyaan.

"Apa saja yang sudah kau makan?, apa saja yang sudah kau minum? apa kau tadi makan makanan dan minuman yang manis-manis? jangan makan makanan yang dilarang dalam. program diet mu! ingat, selama kau tak di sisiku jangan sampai lupa olah raga"

Nisa hanya diam saja mendengar celoteh temannya.

" Halo... kau masih ada di sana? " Tanya Aura karna dia tak mendapat jawaban dari seberang.

" Masih.. " Jawab Nisa lelah.

"Kenapa kau diam? Apa kau melanggar sesuatu? "Tanya Aura lagi.

" Belum.. " Jawab Nisa singkat masih dengan nada lelah.

" Apa? belum Katamu? Jadi kau sudah berencana ingin melanggar sesuatu? Awas saja kalau berat badanmu naik lagi meski satu ons, aku akan memperketat latihan dan pola makanmu" Kata Aura dengan suara tinggi, sehingga Nisa harus menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya agar telinganya tidak sakit.

Aditya yang melihat ulah Nisa mengernyitkan keningnya, dia dapat mengetahui kalau perempuan itu sedang di marahi.

"Aura... marahnya ntar aja ya! Aku masih di jalan, Malu sama Pak Aditya, dia melihatku dari tadi" Kata Nisa setengah berbisik.

"Kau masih di sebelah Pak Direktur? kenapa nggak bilang dari tadi, kukira sudah sampai di hotel" Kata Aura ikutan berbisik, padahal Aditya tidak akan mendengarnya meski dia berteriak seperti tadi.

" Ingat... 10 kg pertama memang mudah, karna itu hanya membuang air dalam tubuhmu, sekarang yang sangat susah, yaitu membakar lemakmu, kau tak bisa menurunkannya 10 kg dalam sebulan lagi, tapi butuh waktu hampir setahun, kau masih harus mengurangi berat badanmu 15 kg lagi, baru tubuhmu ideal. " Kata Aura berceramah, karna dia takut temannya itu akan melanggar pantangan diet ini.

" Iya... aku paham.. jangan marah lagi.. ntar ku telfon lagi Ya..! " Katanya sambil menutup ponselnya, lalu memandang malu pada Aditya, karna dari tadi memperhatikannya.

" Maaf Pak! " Kata Nisa singkat.

"Apa Ibumu memarahi mu? " Tidak, tidak.. bukan ibuku, tapi Aura" Jawabnya.

"Apa katanya? " Kata Aditya lagi.

".mmmm... urusan wanita.. maafkan aku pak.. nggak bisa kasih tau" Katanya dengan nada memohon dan wajah memelas.

" Ya.. baiklah, maaf kalau aku terlalu ikut campur urusanmu. " Kata Aditya lagi.

" Bukan begitu Pak, tapi aku malu jika harus menceritakan pada Bapak. " Kata Nisa menyesal.

" Aku akan memaafkan, dengan satu syarat. " Kata Aditya lagi.

"Apa itu? jika aku mampu akan aku lakukan. " Jawab Nisa.

"Di luar kantor, jangan panggil aku Bapak, usiaku hanya dua tahun di atas mu, aku merasa terlalu tua. cukup panggil namaku, Adit" Kata Aditya lagi.

Nisa tersenyum canggung mendengar permintaan bos nya.

" Apa kau bisa memenuhi permintaan itu? " Kata Aditya lagi.

" Aku tidak tau" Jawab Nisa lirih.

"Coba panggil namaku! " Perintah Adit

" Apa? " Kata Nisa kaget.

"Ternyata kau benar-benar harus memeriksakan telingamu" Kata Aditya lagi.

" Aditya... " Kata Nisa canggung.

" Ya.. " Kata Aditya sambil mendekatkan wajahnya seraya tersenyum.

" A.. aku hanya mencoba memanggil namamu Pak! " jawab Nisa gugup, melihat itu Aditya tertawa.

Tak lama kemudian, mereka telah sampai di hotel itu, dan pergi ke kamar masing-masing, karna besok mereka akan mengadakan rapat dengan relasinya.

Sesampai di kamar, Nisa kembali menelfon Aura.

" Baiklah.. kau boleh memarahiku sekarang" Katanya lagi mendengar itu Aura tertawa.

" Aku bukan memarahimu, cuma mengingatkanmu. Kau tidak boleh memakan gorengan, seperti tahu, tempe, bakwan, dan hal - hal yang pernah aku katakan, apa kau ingat semua? " Tanya Aura lagi.

"Iya.. "jawab Nisa

" Meski aku merindukan semua itu" Jawabnya lirih.

"Apa kau juga merindukan tubuh buntelanmu?" tanya Aura lagi.

" Tidak, tidak," Nada suaranya terdengar cemas, sehingga membuat Aura tertawa.

" Ya sudah kalau begitu, hati-hati di sana, aku juga akan mengunjungi anakmu seperti biasa dan membawakan mereka sarapan". Kata Aura lagi.

" Terima kasih banyak " Kata Nisa sangat senang. dan mengakhiri pembicaraan. mereka.

Tak lama kemudian, Aditya menelfonnya.

" Aku tunggu di lobi, kita akan keluar sebentar" katanya dan langsung menutup telfon tanpa memberi kesempatan pada Nisa untuk bertanya.

Akhirnya Nisa turun, dan sudah melihat Aditya duduk di sana.

Aditya sedikit mengernyitkan keningnya menatap Nisa, dia ingat, dalam sebulan ini Nisa telah memakai baju itu beberapa kali dan dia berencana akan membelikan beberapa stel baju untuk Nisa.

Kita akan kemana Pak? " Tanya Nisa.

"Ikut saja jawab Aditya kesal karna Nisa kembali memanggilnya Bapak.

Nisa dapat merasakan kalau Aditya kesal, dan ingat kalau seharusnya dia memanggil namanya, bukan Bapak.

"Aditya... " Kata Nisa sedikit takut.

" Ya.." kata Aditya sambil menoleh ke belakang dan tersenyum.

" Maafkan aku, tadi aku lupa. " katanya lagi.

" Tidak apa-apa, nanti kau pasti akan terbiasa" jawabnya sambil tersenyum.

Nisa sempat berfikir kalau Bosnya ini menyukainya, tapi dia langsung membuang pikiran itu jauh-jauh.. karna tidak akan mungkin Pemuda tampan dan mapan ini akan menyukai wanita dengan tiga orang anak yang dibuang oleh suaminya, dia tersenyum kecut mengingat sempat berfikir seperti itu.

avataravatar
Next chapter