webnovel

Chapter 1 Kakek

Di kota Peak Green. Malam sunyi tanpa bintang. Suasana sepi dengan angin yang berhembus lembut. Seorang anak tengah mengayunkan kakinya santai, sambil bersiul-siul.

"Tolong! Tolong!"

Dari ujung jalan sana, terdengar suara teriakan seseorang yang seolah sedang merintih. Anak itu menambah kecepatan langkahnya, mencari tahu sumber suara tersebut.

"Kakek," celetuk anak itu. Langkahnya berhenti tepat di depan seorang pria paruh bayah, dengan rambut yang sudah memutih, dan tubuhnya hanya tulang berbalut kulit saja.

"Kakek mau meminta bantuan yang seperti apa?" tanya anak kecil itu.

"Nak, saya minta makan, apakah kamu bisa membantu kakek untuk mendapatkannya?" tanya kakek tersebut dengan wajah yang memelas dan dengan tangan yang menengadah ke atas.

"Tunggu sebentar ya, Kek. Aku ke toko di depan itu ya, karena ada sedikit uang yang aku bawa sekarang," ungkap anak kecil tersebut untuk berusaha memenuhi permintaan Sang Kakek.

Anak kecil tersebut lalu berjalan dengan lemas karena takut uang yang ia bawa tidak cukup untuk membeli sepiring nasi beserta lauk pauknya.

Ternyata pada saat anak kecil tersebut masuk ke dalam toko makanan tersebut sedang ada acara pembagian makanan gratis di sana.

Rasa takut yang tadi dirasakan oleh anak kecil tersebut, menghilang digantikan oleh senyum sumringah karena melihat acara yang sedang diadakan oleh toko tersebut.

Anak kecil tersebut akhirnya ikut dalam antrean untuk mendapatkan makanan gratis yang sedang dibagikan oleh pihak toko. Sampai akhirnya giliran anak kecil tersebut dilayani oleh petugas yang membagikan makanan.

"Halo, Anak Manis, kamu mau pilih makanan apa?" tanya petugas perempuan yang tinggi dan cantik tersebut menyapa calon pembeli yang datang menghampiri.

 

Tidak lama kemudian anak kecil itu mulai menunjuk makanan-makanan yang akan ia pilih.

Ia memilih sebuah ikan matang yang terdapat bumbu yang berwarna kuning, setelah itu ia memilih sebuah tahu putih yang ada bumbu cabainya dan sedikit buah-buahan.

Anak kecil itu takut, apabila ia terlalu banyak mengambil makanan dari sini. Dia harus membayarnya, meskipun di sini sedang ada acara pembagian makanan secara gratis.

Meskipun ia tahu tetapi dia tetap takut karena uang yang dibawanya tidak terlalu banyak untuk membeli makanan mewah di dalam rumah makan ini.

"Hei, Nak. Apa benar hanya segini doang makanan yang engkau inginkan?" tawar pelayan perempuan tersebut dengan ramah dan tersenyum lebar.

"Iya, sudah. Segini saja sudah lebih dari cukup ka, nanti kalau aku terlalu banyak memilih makanan di sini, aku takut tidak dapat membayar semua tagihannya," jawab anak kecil ini polos.

"Tunggu sebentar ya, Nak. Kakak bungkus dulu makanan yang tadi kamu pesan agar kamu mudah membawanya," jawab perempuan itu seraya mulai membungkus makanan untuk adik kecil itu.

"Hai, Lena, setelah kamu membungkus makanan itu, kamu langsung menghadap ke ruangan saya," perintah pimpinannya.

"Baik Pak, setelah ini selesai, saya akan langsung ke ruangan bapak," jawab tegas pelayan yang bernama Lena tersebut.

Setelah Lena selesai membungkus makanan untuk anak kecil tersebut, ia langsung menuju ke ruangan pimpinannya.

"Lena, kau tahu anak kecil yang tadi itu berasal dari mana?" tanya sang pimpinan.

"Saya tidak tahu asal usul anak tersebut pak. Saya hanya melihat dia masuk dari arah seberang jalan pak, sepertinya makanan yang ia pesan juga bukan untuknya juga," jelas Lena kepada pimpinan tersebut.

Tetapi yang ada di dalam pikiran sang pimpinan itu berbeda dengan yang Lena jelaskan kepadanya, dia merasakan ada yang aneh pada anak kecil tersebut.

Anak kecil tersebut bukan anak kecil biasa. Jadi bagaimanapun caranya dia harus mendapatkan anak kecil itu.

"Lena, sekarang kau bawa anak kecil itu ke sini kembali. Aku ingin bertemu dengannya," perintah sang pimpinan.

"Baik Pak, saya akan membawa anak kecil tersebut ke hadapan bapak sekarang," tegas Lena seraya menuju pintu keluar untuk mencari anak kecil tersebut.

Di luar rumah makan tersebut.

"Kek, ini makanannya. Maaf ya, Kakek. Aku hanya membawakan kamu makanan yang ala kadarnya saja," ucap anak kecil tersebut seraya menyerahkan piring yang berisi makanan yang tadi ia pilihkan untuk Sang Kakek.

Dengan senang hati sang kakek menerima makanan yang telah disiapkan oleh sang anak ini.

"Segini saja sudah lebih dari cukup, anak manis. Ayo, temanin kakek makan makanan ini. Ini terlalu banyak untuk porsi seorang kakek seperti diriku ini," ajak dari sang kakek dan ia juga berterima kasih kepadanya.

Karena dia lah, sang kakek ini bisa makan malam ini. Tanpa ia berbicara dia mengeluarkan sebuah pisau kecil dari dalam bajunya dan ia ingin menyerahkan kepada anak kecil ini.

"Adik kecil, Kakek mempunyai hadiah untuk kamu, tolong terima ya, anak manis," bujuk sang kakek yang hendak memberikannya sebuah pisau kecil.

"Ini apa kakek? Ini untukku?" jawab anak kecil tersebut setelah menerima hadiah yang diberikan oleh sang kakek tersebut.

"Iya itu adalah hadiah untuk kamu yang telah menolong kakek untuk mencarikan makan malam untukku sekarang," ujar sang kakek kepada anak kecil itu.

"Kakek, tidak seharusnya seperti itu, karena aku tulus menolong kakek tanpa mengharapkan balasan apapun dari kakek," ujar anak kecil tersebut tersenyum karena melihat sang kakek dengan lahapnya memakan makanan tersebut.

"Itu juga aku berikan sebagai ungkapan rasa terima kasih aku kepada kamu adik kecil, karena telah menolong kakek tua ini untuk mencari makan," riang sang kakek karena telah ada yang bisa membantunya.

"Kakek, kau jangan berlebihan lah dalam memuji diriku, karena kan hal yang barusan aku lakukan itu adalah sudah suatu kewajiban sesama manusia," ungkapnya.

"Hai, adik kecil, kamu masih ingat dengan kakak kan?" tanya Lena kepada adik kecil ini.

"Iya ka, aku masih ingat dong ka. Nama kakak kan Ka Lena, benarkan ka?" jawab anak kecil itu dengan tersenyum bahagia.

"Iya betul, Adik Kecil. Adik ini siapa namanya, tadi kakak lupa berkenalan dengan kamu, wahai adik kecil yang manis," rayu Lena kepada adik Kecil ini.

"Nama saya adalah Rieza Yuan. Kakak bisa memanggil saya dengan Rieza saja sudah cukup kok ka," ujar Rieza kepada Lena yang masih melamun itu.

"Eh, iya Rieza. Perkenalkan nama kakak Magdalena Tan, kamu bisa memanggil kakak dengan sebutan Ka Lena saja," jawab Lena dengan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Rieza.

Pada saat mereka berdua berjabat tangan. Lena seolah melihat seekor naga yang terbang di belakang punggung Rieza ini. Naga tersebut memancarkan aura keemasan yang sangat menyilaukan mata.

"Ada apa, Ka? Kok sampai melamun seperti itu. Ada yang aneh ya di belakang badan aku?" ucap Rieza dengan memutar lehernya ke belakang untuk memastikan tidak ada apa-apa di belakang sana.

Next chapter