webnovel

1. Pertemuan Pertama sejak 100 Tahun

"Hei minggir" Teriak beberapa anak muda yang berlari dengan sangat cepat seolah mereka di kejar oleh Hewan buas. 

"Hei kisanak, minggir lah kami akan lewat" Anak-anak muda tersebut semakin tidak sabar.

"Lewat saja aku tidak menghalangi kalian". Kisanak itu pun berbalik badan dan mendapati 4 orang anak muda yang menyerangnya dari belakang. 

Begitu tiba-tiba, Pria tadi menangkis serangan dan memukul mereka sebagai balasan hingga mereka terjerembab. 

Seruling yang selalu di mainkannya pun menjadi senjata untuk melawan anak-anak nakal tadi. Ketika Pria itu akan menyerang terakhir kali Anak yang terakhir menjadi lawannya langsung menyerah. 

"Tu tunggu kisanak". Anak muda terakhir gemetar dan mengangkat tangannya, nafasnya pun tidak beraturan. Sedangkan Pria yang memegang Suling tadi hanya tersenyum. 

"Kalian mau kemana buru-buru seperti ini, kalian lihatkan ini pasar, banyak orang lalu lalang disini. Berapa usia kalian sehingga kalian main lari-larian di sini?" Omel Pria itu sambil menyelipkan suling di balik pakaian yang dikenakannya. 

4 anak muda tadi langsung berdiri dan meminta maaf pada Pria berseruling. "Kisanak, sebenarnya kami benar-benar di buru waktu". Kata Pria yang paling kurus dengan nada tergesa-gesa. 

"Benar, Perguruan harimau Putih menerima murid-murid baru, jadi kami

Menempuh perjalanan yang cukup jauh dari desa kecil, hari ini adalah hari terakhir penerimaan murid" Kata Pria yang paling dewasa di antara mereka. 

"Hahahaha jadi begitu sebenarnya, baiklah kalau begitu aku akan ikut dengan kalian". Pria pemilik Seruling langsung merangkul mereka berempat dan berbicara banyak hal. 

"Jangan dengarkan dia, dia itu sok tau". Teriak Tukang sayur di dekat mereka setelah melemparkan sayur busuk ke arahnya.

"Paman kenapa kau selalu mencampuri urusanku, apa kau begitu merindukan untuk berbicara denganku" Ujarnya sambil melempar kembali sayur busuk yang di lempar penjual Sayur tadi. 

"Hahaha aku hanya senang menganggumu, panji, cepat-cepatlah pergi jauh jauh dari toko ku, kau membuat sayuranku banyak yang busuk"

"Ckckck" Panji hanya mendecit dan berlalu dengan ke 4 pria tadi.

"Ahh, jadi Kisanak bernama Panji, Saya mendengar beberapa penduduk di desa ini Kalo ada seorang pendekar bernama panji, apa itu kisanak?".

Tanya Pria gemuk dan berkepala botak. 

"Ahh tidak-tidak aku hanya penjaga pasar saja bukan Panji yang pendekar itu hahaha, mana mungkin, kalian lihat gaya pakaianku," Panji menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan, " ahh tapi aku penasaran kalian belum memperkenalkan diri". 

"Maaf sebelumnya kisanak Saya Cayya yang paling kurus ini adalah Galih, yang botak itu Oni dan yang berambut panjang dan paling tampan itu Sakya"

"Baik karena tempat tujuan kita sama, aku bisa bepergian bersama kalian"

"Jadi Panji, kau Akan pergi juga, itu bagus setidaknya jumlah kita bertambah". Caya begitu bersemangat sedangkan Sakya "Cih, Asal jangan merepotkan dan pamer kekuatan saja". 

Sakya berlalu dengan cepat dengan kipas yang berayun-ayun di tangannya.

"Maaf Panji, Dia memang suka begitu, aku harap kau tidak tersinggung" Cayya pun meminta maaf untuk perlakuan Sakya.

"Ahhh, sudahlah sekarang ceritakan tentang Perguruan harimau putih yang akan kita tuju sekarang"

"Perguruan Harimau Putih adalah tempat kita untuk melatih beladiri sama seperti perguruan lainnya, tetapi di perguruan ini lebih banyak sumber daya dan mereka merekrut murid dari seluruh penjuru nusantara, dan sering masuk ke desa-desa kecil. Selain itu, Pemilik Perguruan Harimau Putih adalah Pendekar yang berusia di atas 100th"

Cayya bercerita dengan semangat sehingga membuat mereka yang mendengarkan pun tidak merasa bahwa mereka telah melewati pasar dan telah memasuki hutan.

"Apa 100th??  Bukankah itu berarti dia sudah tua, sesepuh tua???" Tanya Panji. 

"Tidak"

"Kenapa tidak" tanya panji lagi. 

"Kau ini bodoh ya, pemilik perguruan Harimau putih itu memiliki ilmu kanuragan yang sangat tinggi sehingga berumur panjang bahkan bisa sampai 1000th, kau ini tinggal dimana, apa tidak pernah mendengar hal seperti ini. "

Sakya terlihat agak emosi, dia menggulung kipasnya dan menjadikan itu sebagai alat untuk menunjuk-nunjuk wajah panji.

"Hei hei berhenti, Kau ini apa-apaan Sakya tidak sopan sekali" Kemudian Galih memperingatkan Sakya untuk bersikap lebih sopan. 

"Hei lihat kita sudah sampai, ini tempatnya" Si botak Oni menunjuk tempat di depan mereka. Pintu besar yang telah terbuka dan di dalamnya sangat ramai orang-orang yang akan ikut Seleksi Penerimaan murid baru. 

"Mari kita masuk" Cayya memimpin mereka masuk melalui pintu gerbang yang besar. Si botak Oni terheran-heran dengan besarnya pintu begitupun Galih yang melihat keramaian orang di dalam. Sedangkan Sakya hanya mendesah sinis melihat perilaku mereka. Panji bersikap biasa saja. 

****

"Tuan, sangat jarang melihat anda untuk ikut perekrutan murid baru, apa yang membawa anda kemari" Pria tua dengan Janggut panjang terlihat begitu sopan bicara dengan seseorang, bahkan dia sedikit membungkuk tanda penghormatan. 

"Tidak apa, hanya ingin saja"

"Ahh baiklah Tuan, tuan bisa melihat dari Arena di atas sini, tenang saja Tuan ini tempat terbaik"

"Ya" Pria anggun berjubah Putih keemasan dengan mahkota sederhana berwarna perak serta rambut panjang hitam legam, wajah yang rupawan dengan kulit putih bersih menduduki kursi utama di arena itu. 

Pria itu terlihat seperti pemuda yang berusia awal 20an. Tapi sebenarnya dia adalah Monster Tua yang telah hidup lebih dari 100th, Benar Ilmu kanuragannya yang tinggi membuat dia selalu tampil awet muda. 

'Aku merasakan reaksi dari Mustika Harimau putih, itulah kenapa aku mau berlama-lama di sini'

"Tuan apa perlu tambah teh atau snack lagi, jika… " Belum selesai dia bicara Pria tampan pun menjawab, "Tidak perlu"

"Baiklah kalau begitu saya akan pergi sebentar untuk menyambut tetua-tetua yang datang"

"Ya" jawab Pria tampan dengan singkat

"Sial, kenapa jawab selalu singkat, begitu dingin membuat aku merinding" Pria itu berbisik sepelan mungkin pada dirinya sendiri, dia berharap Tuan Tampan itu tidak mendengarnya. 

Alunan melodi Seruling yang indah terdengar. Pria tampan itu berdiri dengan kaget, Tangan kirinya memegang Mustika Harimau Putih yang bergetar dan bercahaya sejak alunan seruling terdengar.

"Tuan Satria, Apa yang terjadi anda terlihat begitu…. "

Tuan Satria kemudian terbang turun ke bawah Arena untuk mencari Siapa yang mengalunkan melodi Seruling tadi. 

Satria tidak lagi peduli dengan tatapan dan pembiacaraan orang-orang di sekitarnya.

"Lihat dia yang barusan terbang"

"Wah, tampan sekali dan dia memiliki ilmu kanuragan tinggi"

"Dia hebat sekali"

"Aku harus menikah dengannya"

Satria melihat penampilan dari belakang Seorang Pria yang meniup seruling. Rambutnya hitam panjang, dengan ikat kepala merah hitam, baju dan celana panjang berwarna dominan hitam dan merah, kulitnya kuning langsat dengan badan yang lumayan atletis. 

"Panji". Panggil Satria dengan pelan. Panji menoleh dan mendapati seorang Pria tampan di depannya. Panji pun melihat sekelilingnya dan dia baru sadar telah menjadi pusat perhatian. 

Pria di hadapannya pun memiliki ekspresi rumit dan kaget terlukis di wajahnya, bahkan rona wajahnya mulai memerah. 

Pria di depan perlahan mendekatinya. Pria itu kemudian meletakkan kedua tangannya di bahu Panji.  Panji melirik Tangan pria itu yang menempel di pundaknya kemudian melirik sekitar melihat orang-orang yang memperhatikannya. 

Panji terlihat kebingungan. 

"Panji"

"I iiya" Panji sedikit gugup karena tekanan yang di berikan Pria di depannya. 

Mereka terdiam sedikit lama membuat panji tidak betah kemudian dia berkata, "Apa kita saling mengenal?" Panji memiringkan sedikit kepalanya dengan wajah yang di penuhi ekspresi terheran-heran. 

Perlahan cengkraman Satria pada Panji mengendur dan kemudian terlepas. Satria mengatur kembali ekspresi wajahnya semula menjadi lebih dingin. 

Satria kemudian pergi menjauh tanpa melihat Panji kembali. "Aaaaa Kisanak tunggu sebentar, siapa anda, Kisanak... " Teriak Panji tapi tidak di gubris Oleh Satria. 

'Siapa dia?  Apa dia mengenalku? ' Batin Panji. 

"Cih, belum apa-apa kau sudah menarik perhatian orang-orang terutama pria tampan tadi,,, apa jangan jangan kau….. " Ledek Sakya yang mendekati panji Setelah dia memperhatikan Satria dan Panji bicara. 

"Berhenti bicara omong kosong" Terlihat sedikit kepanikan di mata Panji. 

"Sudahi pertengkaran kalian berdua, lihat sebentar lagi pendaftaran akan di tutup, pintu gerbang juga akan di tutup. Setelah itu baru Seleksi Akan di mulai"

Cayya pun menjelaskan dan di terima dengan Anggukan oleh teman-temannya termasuk Panji. 

***

'Sial apa yang terjadi padaku, aku terlalu emosional, tentu saja dia tidak mengenalku, ini telah lewat 100th, tapi aku bersyukur karena telah di pertemukan kembali dengan Panji, aku harus mendekatinya dan mengembalikan Ingatannya'

Di Atas Arena Satria duduk sembari memegangi Mustika Harimau Putih yang masih terus bergetar dan bercahaya di dalam kantung bajunya. 

Next chapter