webnovel

gerbang kota

Dengan baju lusuh, perut yang lapar terus menghantuiku.

"wow, gerbang yang besar."

aku berjalan masuk sambil melihat ke sekeliling. ada beberapa penjaga yang asyik mengobrol, aku masuk begitu saja.

"Hoi nak, mau kemana kau"

seseorang memanggilku dan itu penjaga gerbang. aku melangkah kembali ke arah gerbang. terlihat raut marah dari penjaga itu, aku tenang mencoba mengendalikan kekuatan emosional ku. aku merasakan kemarahan yang meluap-luap dari si penjaga.

teknik mengendalikan emosi ini belajar dari seorang pak tua dari dalam penjara kematian, mereka semua yang dipenjara di penjara kematian bisa melakukannya, tapi tidak dengan yang di dunia luar ini, teknik ini bisa dikatakan hampir punah.

aku hanya mendengar dengan seksama, aku hanya bergantung kepada keberuntungan yang memperbolehkan ku masuk ke kota. beberapa kata kasar terlontar, mulai tentang penampilanku dan tentang dari mana aku. aku mengabaikannya.

merasa tersepelekan, salah satu penjaga muncul dari balik ruangan. dengan tangannya yang besar, ia mulai mengayunkannya dengan cepat ke arahku.

beberapa detik sebelum ia mengayunkanya, aku merasakan aura uang kuat mendekat dengan cepat.

"PLAAK!"

Tamparan itu di tepis.

"hentikan tindakan kalian." ucapnya

bagaikan sebuah raja, para penjaga itu berjongkok memberi hormat dan meminta maaf atas kelakuannya. tak berselang lama, para penjaga itu mengundurkan diri dan pergi berjaga.

"ada urusan apa nak di kota ini"

aku dengan gugup menjawab "aku mau belajar"

aku mengambil posisi memberi hormat sama seperti para penjaga tadi. orang tadi merendahkan badannya sedikit dan mengangkat kepalaku.

"sudahlah nak, jangan terlalu formal. kalau kau ingin belajar ikuti aku"

Aku mengikutinya, ia pergi mencarikan baju untukku di sekitar kota, ia sekalian mengajakku berkeliling kota. kotanya ramai. semua orang menghormatinya, tapi tidak dengan aku yang terlihat asing di mata mereka. mereka menatapku cemburu, tentu aku bisa merasakan emosi mereka, karena teknik emosional yang telah aku pelajari.

Aku sudah rapi, orang yang tadi mengantarku bernafas lega.

"Baiklah, kau sudah rapi. untuk mengetahui kau layak atau tidak, maka harus ada tes. apa kau bersedia" ia menatapku lekat-lekat.

aku mengangguk dengan tegas dan dia tersenyum renyah.

gerbang masuk sekolah. lebih megah dari gerbang masuk kota. berbagai macam hiasan. Kilauan pernak-pernik dimana-mana. aku masih bersikap biasa, tak mau menarik perhatian yang berlebihan. tapi itu tidak berguna, orang-orang menghormati dia, dan sama seperti di perkotaan, mereka menatapku dengan penuh kecemburuan.

"kamu mau tes yang lama atau cepat" taearnay sambil berjalan santai. aku mendekatkan telingaku.

"yang cepat saja agar tak terlalu merepotkan"

"tapi jangan salahkan aku kalau kau terluka parah"

sekali lagi aku mengangguk.

Aku sudah berada di arena. sekelilingku penuh kursi yang terisi dengan orang, mereka bersorak-sorai.

"kenapa harus aku guru." seseorang sedang beradu mulut dengan orang yang membawaku tadi, tapi dia menyerah dan menuruti kata orang yang dipanggilnya guru.

Dia memasuki arena, sambutan meriah dimana-mana, aku tau kalau ini akan jadi tes adu bakat.

bakat disini berupa kekuatan yg dimiliki sejak lahir dan bakat pula ada dua golongan, ada tipe elemen dan tipe alat. aku berencana merahasiakan bakatku, karena jika banyak yg tau, mereka akan tau juga kelemahannya.

sekali lagi arena bergetar oleh sorakan mereka. kami siap. aku memasang kuda-kuda tapi tidak dengan lawanku, dia masih terlihat santai dan menganggap ini sebagai lelucon saja, aku menggertakkan gigiku. menahan emosi dan tetap dalam mode tenang.

Next chapter