webnovel

Dekat Dengan Pria

Tak sengaja bersenggolan dengan laki-laki bertubuh jangkung dan juga sangat dingin tentu membuatkan Eleora sudah cukup hafal. Tetapi bukan berarti sahabatnya berdiam saja. Grace sangat marah ketika ada orang yang menyakiti Eleora bahkan sempat diancam untuk dilaporkan ke BK.

"Kalau jalan itu lihat-lihat dong, dasar cowok enggak pernah pakai perasaan. Sekarang kamu minta maaf sama sahabat aku atau aku laporkan ke BK.! Ketus Grace.

Tangan Eleora justru diarahkan pada laki-laki itu. "Maaf ya jika tadi aku salah."

Laki-laki tanpa bersalah telah pergi begitu saja bahkan dengan kejadian tersebut mengambilkan sahabatnya justru kesal. Dengan tak membiarkan begitu saja dikejarlah dan bahkan sempat dikejar namun gagal.

"Grace, Grace. Tunggu!"

"Huh, sebal tahu. Dia itu yang salah bukannya kamu, kenapa sih orang selalu saja merendahkan orang lain. Sumpah kesal, kamu juga jangan mau direndahin orang lain. Pokoknya kalau ketemu sama itu orang bakal aku kasih pelajaran."

"Sudahlah Grace, ya lagian mungkin saja dia buru-buru. Sekarang kita harus nungguin pergantian jam juga, ya lagian juga mau ganti loh."

"Iya, iya. Aku masih kesal tahu."

"Sudah biar saja."

Bel pergantian telah berbunyi dan Eleora masuk lebih awal di kelas. Ia duduk di bangku dan seketika disusul oleh laki-laki yang tadi menabraknya.

Semua mengantarkan sangat bingug oleh gadis polos yang sama sekali tidak mengerti apa-apa. "Aku tahu tadi aku sangat salah, maaf jika aku buru-buru dan menabrak kamu. Ini ada nomer aku, ya barang kali kamu bisa berteman denganku. Sudah dulu aku mau kembali ke kelas."

Belum sempat mengetahui nama telah pergi begitu saja. Laki-laki itu juga tidak sengaja menabrak Sonya dan bahkan berusaha mengejar, tetapi bukan hal tersebut yang dipikirkan oleh Eleora.

"Aw, kalau lihat itu lihat-lihat. Apa enggak tahu kalau ada ratu Sonya di sini?"

"Maaf."

"Eh. Tunggu! Kejar dia, aku ingin tahu nama dia. Cakep banget dia, ayo kita kejar."

Para siswa telah masuk bahkan mengikuti pelajaran dengan antusias. Berbeda halnya dengan Eleora yang melamun diam sekarang. Dia sepertinya bertanya-tanya mengenai laki-laki yang baru dikenal beberapa menit sebelumnya bukan masalah ucapan maaf, akan tetapi keberanian memberikan nomer hp.

Grace yang berpaling wajah sejenak ke arah Eleora telah mengambilkan sedikit memberikan cubitan ke pipi. Sontak orang yang melamun pasti akan terkejut jika dikagetkan dalam cara apapun.

"Kamu mikirin apa, jangan-jangan kamu mikirin cowok tadi ya?"

"Bukan apa-apa, ah kamu jangan ambil pemikiran sendiri deh."

Bel kembali berbunyi bahkan diantaranya para siswa hanya Eleora yang kali ini masih mau di sekolah. Grace yang menawari untuk pulang bersama telah ditolak.

Eleora sangat tahu bahwa pukul empat sore pasti papanya sudah ada di rumah. Bukan mengenai masalah kedatangan pria tua itu, melainkan dia sangat bosan harus mendengar tawaran orang tuanya baik mengenai ikut dengan siapa telah membuatnya keberatan.

Memilih untuk berada di sekolah terlebih dahulu membuatnya sangat bingung mau melakukan apa. Gadis itu pun telah dipilihkan menuju ke ruang perpustakaan, baik hendak membaca maupun juga sejenak belajar karena ia sadar bahwa di rumah bukan waktu terbaik untuk memahami materi sekolah.

Berjalan memilih buku hendak dibawa menuju ke bangku baca malah seketika satu pilihan dengan orang lain. Dia menoleh ke orang itu ternyata adalah orang yang sama kala menabraknya di toilet maupun juga dengan memberikan nomer ponsel.

Raut wajah Eleora telah memerah bahkan juga dia sangat bingung harus mengucapkan bagaimana, sedangkan dia tahu tidak terbiasa berbicara dengan laki-laki mana saja termasuk juga papanya sendiri pun tak pernah kecuali pembahasan yang mendesak.

"Hey, ketemu lagi kita. Oh ya kalau kamu mau membaca itu silakan, ya aku bisa cari yang lain."

"Tidak, kamu duluan ya kamu yang membawanya."

"Ya sudah jika begitu kita baca bersama saja di sana."

"Maaf tidak bisa."

"Kenapa? Kamu tenang saja, aku sama sekali tidak akan melakukan hal apapun kok sama kamu. Oh ya namaku Gerry, nama kamu Eleora ya?"

"Kok tahu, dari mana?"

"Di bed baju kamu ada tulisannya."

"He he, iya. Salam kenal kak Gerry, maaf sepertinya aku harus pergi dulu. Sekali lagi maaf."

"Eleora, tunggu!"

Perempuan itu belum pernah mengobrol panjang dengan laki-laki tentu telah membuatkan sangat kaku. Tetapi, Eleora yang pergi meninggalkan perpustakaan berniat untuk menghindar dan mau tidak mau harus pulang.

Dia yang terus saja diikuti telah mengambilkan Eleora bingung harus meladeni apa. Mengambilkan hal ini semakin menjadikan takut ketika tawaran telah mendatanginya tak hanya sekali.

"Kamu tidak dijemput ya, El? Ya sudah ayo bareng saja sama aku."

"Dijemput kok, he...."

"Sudah tak usah bohong, Sekarang kamu ikut saja dengan aku, aku janji cuman mengantarkan saja dan tidak macam-macam."

Tawaran tak bisa ditolak maupun bingung akan bagaimana alasan yang lebih tepat. Dengan kehabisan kata-kata telah membuat Eleora akhirnya membonceng laki-laki yang baru dikenal beberapa jam yang lalu.

Dengan mengendarai motor sangat besar itu telah membuatkan Eleora cukup kesulitan naik. Perempuan itu pun berusaha digendong oleh Gerry dan hanya dibuatkan diam seribu bahasa.

Tak ada yang harus ditakutkan akhirnya membuatkan kendaraan itu berjalan, tetapi momen ini sangat tidak mungkin dilupakan.

Motor yang sudah melaju itu tiba-tiba saja bannya meletus, Eleora yang terkejut tertawa kecil dan bahkan tak kalah menariknya adalah Gerry dibuatkan berdebar-debar dadanya.

"Aku pikir tadi kentut kamu, El. Ternyata suara ban motor aku meletus."

"He he, ya tidak mungkin kak. He he."

"Ya gitu dong ketawa, dari tadi aku lihat kamu itu kaku banget tahu."

"He he, apaan sih kak? Perasaan aku sama sekali tidak melakukan apa-apa."

"Ah sudah pokoknya kamu tenang dan enggak usah mikir yang aneh-aneh, oh ya kita cari tambal ban dulu ya? Maaf lagi jika gara-gara aku, malah begini kamu harus menunggu. Kamu bisa sabar sebentar kan ya?"

"(Aduh, gimana ya? Kalau nanti aku pulang lama pasti dimarahi sama papa, tapi aku juga males dengar semuanya yang ada di rumah.)"

"Kok malah diam saja, jadi gimana?"

"Iya, kakak tenang saja."

Dengan berjalan cukup jauh telah membuatkan kelelahan pada diri Gerry. Eleora yang melihat akan hal itu tentunya tidak tega dan dengan memberanikan diri telah meminta sejenak istirahat.

Selalu membawa sapu tangan ke mana saja membuatkan Eleora mengelap keringat di kening Gerry. Dirinya yang juga belum pernah melakukan hal itu kepada siapa saja membuat sangat malu.

"Eh kok kamu-."

"Maaf kak, aku sama sekali tidak bermaksud untuk lancang. Tapi, kenapa kakak mimisan?"

Next chapter