43 Pengakuan

2 menit, dan keadaan di dapur masih sama, Jhana dan Raya saling bertatapan dan merasa santai walaupun sangat kental terasa ketegangan yang terjadi di antara mereka berdua.

"Sepertinya aku memiliki pekerjaan tambahan," ujar Raya.

"Aku tidak akan menganggu," ucap Jhana. Raya kemudian pergi dari dapur tersebut, Jhana lantas membuang nafas lega.

Malam hari di rumah makan Populer, semua pekerja sudah pulang dan pintu rumah makan tersebut juga sudah dikunci. Hanya tersisa Arvin dan Salma yang sedang duduk berdua di tangga rumah makan itu, berbincang dibawah indahnya langit malam dengan ribuan bintang berkilau yang sangat cantik.

"Kenapa kau menahanku untuk pulang?" tanya Arvin.

"Aku ..., ingin menagih janjimu," jawab Salma.

"Janjiku? Janji apa?"

"Kau tidak normal hari ini, dan kau berjanji untuk menceritakan penyebabnya."

"Kenapa kau ingin tahu?"

"Huh." Salma membuang nafasnya dengan keras. "Hal itu mengangguku. Jangan gede rasa, tapi, aku memang lebih nyaman dengan dirimu yang biasa."

"Bukankah lebih baik jika aku tidak menggodamu lagi?"

Salma terdiam. "Aku kira kau tidak akan berhenti mendapatkanku, ternyata kau lemah."

Arvin terkekeh kecil. "Kupikir juga begitu, tapi ..."

"Ada apa?"

"Keluargaku mengetahui kalau aku menyukaimu, sepertinya dari Dina dan Isa, dan sepertinya mereka memaksa Dina dan Isa untuk menceritakan tentangmu."

"Apa yang salah dari hal itu?"

"Huh, kau tidak tahu perilaku keluargaku."

"Memangnya mereka seperti apa?"

"Masing-masing memiliki sifat sombong dengan alasan sendiri, tidak semua memang, hanya ibu, kakak, dan kakak iparku."

"Jadi?"

"Mereka terlihat tidak setuju kalau aku menyukaimu, meskipun aku baru melihat sikap ibuku saja."

"Seharusnya itu bukan masalah, kan?"

"Terdengar seperti itu memang, tapi, sekalinya mereka tidak menyukai sesuatu, mereka akan berusaha sekeras mungkin untuk menyingkirkannya, aku takut jika hal-hal buruk terjadi padamu hanya karena perasaanku padamu."

"Setiap perjuangan memiliki rintangan, Arvin, buktikan kalau kau akan berhasil sampai di puncak setelah melalui segala rintangan itu."

"Tapi, ini masalah keselamatanmu."

"Kalau begitu aku tidak akan celaka sebelum kita mengucapkan janji suci."

Arvin sontak saja terkejut dengan pernyataan Salma barusan.

"Kau mungkin memang benar-benar gadis polos yang tidak polos," ucap Arvin seraya tersenyum.

"Tapi, apa itu artinya kau membalas perasaanku padamu?" sambung Arvin.

"Aah ... sebenarnya dari dulu aku memiliki perasaan seperti itu padamu, tapi, aku ragu untuk mengakuinya, kupikir aku sudah cukup berani untuk mengakuinya, jadi, aku juga harus cukup berani untuk menerima segala resikonya."

Arvin tersenyum.

"Aku juga sudah berpikir kalau keluargamu mungkin tidak akan menerimaku dengan mudah karena status sosial kita, makanya awalnya aku tidak bisa menerimamu walaupun aku juga menyukaimu. Tapi, beberapa hari belakangan ini aku sudah memikirkannya, dan aku memutuskan untuk mengakuinya sekarang."

"Jadi, segala yang kau katakan di hari pertama aku bekerja disini itu tidak benar?"

"Aku pikir ... tidak."

Arvin kemudian tersenyum lebar.

"Jadi ...?"

"Jadi ....?" Salma ikut-ikutan.

"Kita berhubungan sekarang?" tanya Arvin.

"Aku pikir ... ya," jawab Salma.

"Apa status kita?"

"Jangan menjadi bodoh hanya karena aku mengakui perasaanku padamu," ujar Salma sembari memukul pundak Arvin.

Arvin kemudian terkekeh.

"Ayo kita mulai dengan mengubah penampilanmu," ucap Arvin.

"Memangnya apa yang salah dari penampilanku?" Salma bertanya.

"Astaga," keluh Arvin.

'Gadis polos yang tidak polos ternyata polos,' batin Arvin.

"Penampilanmu itu tua, bagaimana kau akan menarik perhatian orang dengan penampilan seperti ini?" ujar Arvin.

"Setidaknya aku bisa menarik perhatianmu dengan penampilan seperti ini. Jangan ubah penampilanku agar aku hanya akan menjadi milikmu."

"Kau ini."

"Hehehe."

"Kau gadisku sekarang, aku berhak untuk mengubah penampilanmu menjadi lebih bagus dan baik."

"Terserah kau saja, lagi pula kita tidak memiliki waktu untuk melakukan hal seperti itu padaku."

"Kita memiliki waktu dua jam untuk melakukan make over padamu."

"Make over?"

"Sama artinya dengan mengubah penampilan menjadi berbeda."

"Maaf, aku tidak terlalu paham bahasa Inggris."

"Tidak apa, dua jam besok akan kita gunakan untuk mengubah penampilanmu, dan dua jam lusa, kurasa kita bisa mulai memasukkanmu ke kursus bahasa Inggris."

"Aku tidak punya uang yang cukup untuk masuk kursus bahasa Inggris, kau tahu itu."

"Aku pacarmu sekarang, aku juga berhak untuk memasukkanmu ke kursus bahasa Inggris dengan uangku sendiri."

"Eh? Tidak perlu!"

"Kau gadisku sekarang, Salma, aku ingin membuatmu jadi lebih baik. Aku tahu kau sudah sangat baik dan ... baik, tapi, untuk membuatmu lebih menarik di mata keluargaku, kau membutuhkan dua hal itu, kurasa."

Salma lalu tersenyum.

"Tapi jam istirahat kita berbeda," ucap Salma.

"Jangan khawatir, semuanya bisa kuatur. Aku bisa menyewa seorang designer untuk me-make overmu."

"Kau terlalu niat, tidak perlu repot-repot, lagi pula setelah aku di make over, aku akan kembali bekerja, buka pergi ke sebuah pesta."

"Terserah, tapi aku akan tetap menyewa penampilanmu secara permanen dengan menyewa designer itu."

"Arvin, tidak usah sampai sebegitunya. Aku sekarang sadar mungkin penampilanku jadul dan culun, tapi untuk mengubahnya, kau tidak perlu sampai menyewa seorang designer."

"Apa kau yakin bisa berubah dan membuat orang-orang pangling tanpa seorang desginer?"

"Aku pikir iya, tetanggaku bekerja disebuah salon ternama, mungkin aku bisa meminta bantuannya."

"Kenapa tidak dari dulu kau meminta bantuannya?"

"Karena aku hanya berniat untuk menarik perhatianmu."

Arvin lantas terkekeh.

Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Jhana. Tentu saja setiap hari adalah hari yang melelahkan untuknya, karena pekerjaannya sekarang membuat dirinya lebih sibuk ketimbang saat ia masih bekerja di rumah makan Populer.

Segera setelah menyelesaikan segala tugasnya, Jhana masuk ke kamarnya dan melihat ke arah jam dinding, ternyata sudah pukul 21:50.

"Ini saatnya untuk ganti baju," gumam ibu 3 anak itu. Ia kemudian menarik tas jinjing yang ia taruh di kolong ranjangnya dan mengambil sepasang baju dan celana, karena lemari yang dipakai oleh Ayang dulu sudah banyak yang bolong, jadi Ny. Zemira berjanji untuk membelikannya lemari yang baru. Alhasil Jhana pun terpaksa menyimpan semua barangnya di tas jinjingnya dulu untuk sementara waktu sebab tak ada lemari di kamarnya.

Usai mengambil baju dan celana yang akan ia gunakan saat tidur, Jhana menyadari ada 2 barang yang hilang dari tas jinjingnya itu.

"Dimana foto keluarga ini?" lirihnya seraya mengorek isi dalam tasnya, namun tetap tidak menemukan 2 buah foto berbingkai yang ia bawa ketika pergi dari kontrakannya itu.

"Apa anak-anak mengambilnya? Tapi untuk apa?"

Jhana pun lantas keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar Tantri yang berada agak jauh dari kamarnya, ia juga harus melewati pintu masuk mansion dulu baru bisa sampai di kamar Tantri.

Ketika dirinya berada 25 meter di depan pintu masuk, Kevlar menyapanya dari pintu tersebut.

"Merasa kehilangan sesuatu?"

Jhana sontak saja menghentikan langkahnya dan langsung menoleh ke arah Kevlar.

"Maaf karena telah memasuki kamarmu tanpa izin darimu. Tapi kenapa foto keluarga ini ada bersamamu?" tanya Kevlar sembari menunjukkan sebuah foto keluarga Dhananjaya yang diambil sekitar 20 tahun yang lalu, yang mana disitu masih ada Jhana yang tampak sedang tumbuh remaja.

"Bagaimana caranya bisa ada pada saya? Itu bukan urusan Anda, berikan foto itu pada saya," ujar Jhana.

"Kau melawan majikanmu," kata Kevlar.

"Saya tidak punya pilihan lain karena saya tahu kalau Anda pasti tidak akan menyerahkannya!"

"Aku akan menyerahkannya, ambillah."

Jhana kemudian melangkah menghampiri Kevlar, lalu berhenti lagi saat Kevlar kembali berbicara.

"Tapi setelah kau menjawab pertanyaanku wanita misterius," sambung Kevlar.

"Katakan pertanyaan Anda," ucap Jhana.

"Kenapa foto keluarga Dhananjaya yang sudah lama ini ada bersamamu? Aku belum pernah melihat foto ini sebelumnya. Apa kau mencurinya?"

"Ya, saya mencurinya, serahkan foto itu pada saya sekarang."

"Aku tahu kau berbohong, Karin. Mencuri foto seperti ini tidak akan ada untungnya bagimu. Satu hal yang harus kau ketahui, data diri seorang wanita bernama Karin Nevilda dengan foto dan usiamu tidak ada, oleh karena itu aku masuk kedalam kamarmu dan berharap akan menemukan sesuatu yang akan menjawab rasa penasaranku tentang dirimu, dan aku menemukan ini. Sekarang jelaskan padaku secara rinci, apa maksudnya ini? Baru setelah itu, kau boleh memilikinya lagi."

"Apa pentingnya identitas saya bagi Anda? Kenapa Anda merasa terancam dengan kehadiran saya?"

"Aku tidak akan menjawab sebelum kau menjawabku."

"Dan saya tidak akan menjawab sebelum menerima foto itu kembali."

Terjadi ketegangan antara Kevlar dan Jhana kemudian. Pada akhirnya tidak ada yang mengalah di antara mereka berdua, hingga akhirnya mobil Arvin memasuki area mansion dan membuat Kevlar juga Jhana menyudahi aksi tatap-tatapan mereka.

"Kau beruntung hari ini," ucap Kevlar pada Jhana sembari melemparkan foto tersebut pada wanita itu demi menghindari pertanyaan dari Arvin.

"Dan akan terus beruntung seperti ini," ujar Jhana sambil menangkap foto berhaga itu.

'Tapi dimana yang satu lagi? Itu adalah fotoku bersama anak-anakku. Apa dia menyembunyikannya? Kalau begitu seharusnya dia sudah tahu segala tentangku, tapi kenapa dia bertanya lagi padaku?' batim Jhana.

avataravatar
Next chapter