34 Pekerja Baru

"Dan setelah itu yang membersihkan kamar Arka kau, kan?" tanya Jhana.

"Iya," jawab Tantri.

"Sekarang coba ingat dan jawab aku."

Tantri mengernyitkan dahinya dan berhenti membereskan ranjang Arvin, ia menatap Jhana karena ia merasa bahwa dirinya harus mendengarkan pertanyaan Jhana dengan baik.

"Apa kau melihat obat demam di kamar Arka?" lanjut Jhana.

"Obat demam?" ucap Tantri.

"Aku tidak melihat obat apa pun di kamar Arka ketika itu, bahkan aku tidak pernah melihat ada obat disana," sambung Tantri.

"Astaga ..." gumam Jhana.

'Tapi bagaimana Arka bisa sembuh?' batin Jhana.

"Sepertinya saat aku membersihkan kamar itu, salah satu anggota keluarga Dhananjaya sudah mengambil obatnya," ujar Tantri.

'Semoga saja iya,' batin Jhana.

Kembali ke rumah makan Populer, semuanya masih terkejut dengan kenyataan yang ada, bahwa Arvin adalah orang yang akan bekerja menggantikan posisi Yahya yang menggantikan Dina.

"Maaf karena sudah membuat kalian menunggu," kata pak Toni.

"Ini pekerja barunya, namanya Arvin. Dia memang berasal dari keluarga kaya, jadi jangan heran kalau dia datang dengan mobil. Arvin sama dengan Dina, mereka berdua sama-sama orang kaya yang mau bekerja di rumah makan seperti ini," sambung pak Toni.

"Ah, jangan merendah begitu, pak," ucap Arvin.

"Tapi kenyataannya sangat jarang ada orang sepertimu, yang mau bekerja di rumah makan seperti ini."

"B-bagaimana bisa bapak menerima dia?" tanya Salma.

"Loh? Kenapa tidak? Arvin menghubungi saya dan kami bertemu. Dia melamar kerja, menyerahkan data dirinya dan menjelaskan latar belakang kehidupannya, dan saya menerimanya. Itu saja," jawab pak Toni.

Salma yang terlihat tidak terima dengan kehadiran Arvin yang akan terus bersamanya selama satu harian, dibuat kesal oleh Arvin yang memainkan alisnya kepadanya, pertanda bahwa Arvin menggoda Salma.

"Yasudah, saya tidak bisa berlama-lama disini, saya pamit, ya," ujar pak Toni.

"Silakan, pak," balas Arvin, pak Toni kemudian pergi.

'Strategiku berhasil, kali ini aku dan Salma akan menjadi lebih dekat dan lebih dekat,' batin Arvin, ia tersenyum manis penuh kemenangan.

"Apa yang terjadi padamu?! Kenapa kau mau bekerja disini?!" tanya Salma pada Arvin.

"Aku mau bekerja disini karena kalau aku bekerja disini, aku akan mendapatkan uang," jawab Arvin dengan nada bercanda.

"Tapi ..."

"Kenapa kau terlihat keberatan? Bukankah bagus jika aku mendapatkan uang yang halal?"

"Kau! Kau hanya berusaha untuk mendekatiku! Apa yang kau inginkan sebenarnya?!"

"Ouch. Nona Salma, aku sangat terkesan dengan tingkat kepercayaan dirimu."

Wanda terlihat ingin bergerak, namun Andra menahannya. "Dia sekarang pelayan disini, kau tidak berhak melayaninya lagi," bisik Andra pada Wanda, wanita itu terlihat kesal, namun apa yang dikatakan Andra memang benar, jadi dirinya memutuskan untuk diam.

"Dengar, aku tahu kau datang kesini hanya untuk mengawasiku, memangnya apa yang menarik dariku?! Apa salahku sehingga kau terus mengawasiku?! Apa kau benar-benar calon kakak ipar Dina?!" seru Salma.

"Ya, aku memang mengawasimu. Dan sejujurnya itu membuatmu senang, kan? Dari lubuk hatimu yang paling dalam kau sebenarnya ingin aku terus mengawasimu meskipun kau tidak tahu apa alasanku mengawasimu," ucap Arvin.

"Aku ... argh! Terserahmu saja! Intinya, jangan dekati aku!"

"Kita sama-sama pelayan disini sekarang, jadi kita harus bekerja sama agar para pelanggan senang, untuk itu kita harus terus berdekatan." Arvin menyenggol tubuh Salma.

"Iiih!" Salma menggeram.

"Kau tahu? Memang sulit untuk jujur, tapi, meskipun kau terlihat berbohong, aku masih bisa tahu kalau sebenarnya kita memiliki perasaan yang sama."

Salma sontak membelalakkan matanya setelah mendengar perkataan Arvin barusan.

Di mansion Dhananjaya, Dina baru saja selesai menggunakan dan memperlihatkan gaun pengantin yang akan dipakainya nanti pada seluruh anggota keluarga Dhananjaya yang tersisa di mansion itu. Ia kini sedang sendiri di kamar Isa sambil merapikan pakaiannya lagi.

Setelah itu, Dina mengambil ponselnya yang berada di atas ranjang milik Isa. Dan betapa terkejutnya gadis itu ketika ia menyalakan ponselnya.

Kak Salma : 1097 new message

Kak Salma : 1098 new message

Kak Salma : 1099 new message

Kak Salma : 1100 new message

Kak Salma : 1101 new message

Ponselnya terus bergetar karena 1100+ pesan yang dikirim oleh Salma, dan itu masih berlanjut sekarang. Dina memang mematikan suara notifikasinya, jadi ketika ada pesan masuk, ponselnya hanya akan bergetar. Kini, pesan yang dikirim oleh Salma sudah menginjak angka 1120.

"Apa ini? Kenapa dia mengirim pesan yang sama sampai seribu lebih?" ujar Dina, ia terlihat heran. Bagaimana tidak, dari 1000+ pesan itu, isinya tidak ada bedanya, semuanya hanya tertulis 'DINAAAAAAA'.

- ? - Balas Dina.

- Akhirnya kau membalas juga - Salma.

- Ada apa, kak? - Dina.

Setelah Dina bertanya, ia tak kunjung mendapatkan jawaban dari Salma hingga 10 menit kemudian, padahal status Salma adalah mengetik sejak 10 menit yang lalu.

"Pasti dia mau curhat," ujar Dina, ia lantas membiarkan Salma terus mengetik dan mematikan ponselnya, paling tidak ponselnya akan bergetar ketika Salma mengirimkan pesannya nanti, sebab Dina menaruh ponselnya di saku celananya, jadi pasti akan terasa ketika bergetar.

Masih di wilayah mansion Dhananjaya, tepatnya di kamar Jhana, orang yang menempati kamar itu kini sedang menulis sebuah surat, Jhana terlihat sangat fokus saat dirinya menulis surat itu. Usai menulis surat tersebut, Jhana membacanya.

'Hai Dina, ini aku, Jhana. Maaf karena aku tak kunjung kembali dan membiarkanmu mengasuh anak-anakku. Ketahuilah bahwa aku masih berada di sekitarmu dan mengawasi kalian semua. Ada alasan kenapa aku tidak memunculkan diriku, dan aku masih tidak bisa mengatakannya padamu. Oh iya, aku ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu, meskipun ini terlalu cepat. Jangan merasa aku telah berbohong tentang aku selalu mengawasi kalian, ya, sebab aku memang tahu segalanya. Aku juga tahu tentang apa yang menimpa Mona beberapa hari yang lalu, meskipun penyebabnya belum kuketahui juga. Aku senang selama kau mempersiapkan pernikahanmu, kau menitipkan anak-anakku pada sosok gadis bernama Tantri. Aku benar-benar meminta maaf karena sampai sekarang, aku sangat membebanimu. Jangan cari aku, karena tanpa kau sadari, aku selalu ada disekitar kalian. Aku sayang padamu. Jhana,' batin Jhana.

"Akan kupastikan surat ini dibaca oleh Dina," gumam Jhana seraya tersenyum.

Setelah memencet tombol 'send', Salma dikejutkan dengan kehadiran Arvin yang langsung duduk disebelahnya. Salma yang sedang duduk di sebelah kursi kasir Yahya, tidak lagi merasa kesal dengan Arvin, ia kembali ke awal masa ketika ia dan pria itu bertemu: menjadi gugup ketika berdekatan dengan Arvin.

"Hey," sapa Arvin.

'Duh, gusti, mati aku,' batin Salma, wajahnya benar-benar memerah saat ini.

"Kenapa aku tidak melihat Arvin hari ini? Dimana dia? Apa dia ada di kamarnya?" ucap Ny. Zemira, ia kini sedang berada di ruang tamu bersama Isa, Bunga, Raya dan Dina.

"Entahlah, dia tidak ada dikamarnya, aku sudah melihat kamarnya tadi," ujar Isa.

"Apa dia kembali ke dunia lamanya lagi?" tambah Bunga.

"Akan sangat buruk jika sampai iya," timpal Raya.

"Bukannya seharusnya dia melakukan pendekatan dengan kak Salma? Kenapa dia pergi secara diam-diam?" bisik Isa pada Dina, namun Dina tidak mempedulikannya dan hanya sibuk dengan ponselnya.

'Dina! Apa yang kau lakukan?! Aku tidak menganggap kalau ucapanmu waktu itu serius. Kumohon jangan terus membuat Arvin datang kesini, apa lagi sekarang dia bekerja disini. Dina, aku tidak kuat jika harus terus berdekatan dengannya,' batin Dina, gadis itu tengah membaca pesan dari Salma tadi yang diketik selama sepuluh menit lebih.

"Hanya segini pesannya? Tapi kenapa dia mengetiknya lama sekali?" gumam Dina.

"Uhm, bibi. Kak Arvin sekarang bekerja di rumah makan tempat Dina bekerja dulu. Sepertinya dia tidak memberitahukan kepada siapa pun soal itu," ujar Dina.

"Lalu, kau tahu dari mana?" tanya Bunga.

"Seorang teman kerjaku mengirim pesan padaku dan mengatakan kalau Arvin berada disana sebagai seorang pekerja," jawab Dina.

"Apa ini strateginya sendiri? Tapi kenapa dia bisa diterima? Kapan dia melamar kerjanya? Dan kenapa dia tidak memberitahu siapapun mengenai hal itu?" kata Isa.

"Aku rasa iya, ini memang strateginya sendiri, dia sudah mulai serius sekarang. Soal diterima, selama calon pekerja memenuhi syarat, pak Toni pasti akan menerimanya dan biasanya calon pekerja rumah makan Populer melamar kerja lewat pesan di ponsel dan mengirimnya langsung ke nomor pak Toni. Pak Toni biasanya akan mengajak calon pekerjanya untuk bertemu setelah menerima pesan lamaran itu," ucap Dina.

"Apa? Apa yang kalian berdua bicarakan? Strategi apa yang dijalankan oleh Arvin?" Ny. Zemira kebingungan.

Mengetahui kalau semuanya sedang berkumpul di ruang tamu, Jhana berusaha untuk menggunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin dengan menaruh surat yang ia tulis tadi kedalam tas Dina, wanita itu ingin membuat Dina berpikir kalau gadis itu tidak sadar bahwa sebenarnya surat itu sudah berada di dalam tasnya sejak ia masih di kostnya, jadi Jhana akan 'mengorek' tas Dina dan menaruh suratnya di bagian paling dalam dari tas Dina.

Ya, itulah rencana Jhana yang sedang berjalan menuju kamar Isa secara hati-hati, karena tas Dina berada di kamar itu dan Jhana mengetahuinya.

Jhana merasa sangat lega karena sampai di lantai 2 dengan aman tanpa diketahui oleh siapa pun. Jhana pun segera masuk kedalam kamar Isa untuk menuntaskan 'misi'nya.

Betapa terkejutnya Jhana saat ia baru saja menutup pintu kamar Isa, dengan kehadiran Tn. Farzin yang duduk memandangi foto lama keluarga mereka saat Jhana masih dianggap sebagai anak di sebelah ranjang Isa. Meski Tn. Farzin duduk dengan posisi menyampingi Jhana yang berdiri di depan pintu, namun tetap saja ia masih bisa melihat putri angkatnya itu secara samar.

Namun bukan Jhana namanya jika kehabisan ide dengan cepat, ia langsung mendapatkan ide untuk menghindari Tn. Farzin dan mencegah identitasnya terbongkar secepat ini. Tapi, apakah Jhana berhasil dengan idenya?.

avataravatar
Next chapter