50 Belenggu

"Menurut orang-orang yang merawat ibu di panti asuhan itu, ibu ditemukan berada di teras panti asuhan itu saat ibu masih sangat bayi dengan sebuah kertas catatan yang menjelaskan kalau orangtua ibu sudah meninggal dan ibu tidak memiliki saudara. Ibu bahagia tinggal disana dan memiliki banyak saudara dengan hidup yang penuh jadwal. Sampai suatu ketika, kakek dan nenekmu datang ke panti asuhan itu dan ingin mengadopsi ibu yang saat itu berusia enam belas tahun."

"Lalu ibu hidup bahagia? Kenapa bisa ibu menikah dengan ayah sedangkan kalian adalah sepasang saudara angkat?" tanya Arvin.

"Kebahagiaan, adalah harapan semua orang yang tinggal di panti asuhan itu untuk ibu. Tapi nyatanya tidak."

"Kenapa?"

"Ibu dipaksa menikah dengan ayahmu, anak tunggal mereka. Jika ibu menolak, maka ibu akan disiksa seumur hidup ibu oleh kakek dan nenekmu."

Arvin terkejut setengah mati. Kemudian ia sadar akan apa yang ia katakan tadi. "Aku mengerti. Ibu menikah dengan ayah bukan karena cinta."

"Begitulah."

"Apa yang terjadi? Kenapa ibu dipaksa menikah dengan ayah?" Arvin kembali bertanya.

"Ibu tidak tahu. Yang ibu tahu, ibu di adopsi, namun setelah sampai di mansion mereka, ibu menerima pemaksaan itu. Ibu tidak tahu apa-apa, Arvin, ibu hanya setuju menikah dengan ayahmu agar tidak disiksa."

"Namun hidup ibu semakin tidak tenang ketika ibu menikah dengan ayahmu. Setiap hari, ibu justru disiksa olehnya. Ibu dipukul, dijambak, dan bahkan ditendang olehnya, dan hal itu kami sembunyikan dari kakek dan nenekmu. Ayahmu tidak pernah memperlakukan ibu sebagai seorang istri, atau bahkan sebagai seorang wanita, atau yang lebih parah, dia tidak pernah memperlakukan ibu seperti seorang manusia," sambung Ny. Zemira. Arvin hanya terdiam, membiarkan ibunya menceritakan segalanya.

"Bertahun-tahun menikah, dia hanya menyentuh ibu lewat pukulan-pukulannya. Bertahun-tahun ibu menderita. Ibu dilarang menghubungi keluarga ibu di panti asuhan itu, dan mereka menganggap kalau ibu menjadi sombong sejak menikah dengan ayahmu. Tapi ibu tidak mengerti apa-apa, ibu tidak mengerti kenapa ibu terus menerus disiksa dan dipaksa menikah dengan ayahmu, yang ibu tahu, ibu harus merahasiakan penyiksaan yang dilakukan ayahmu pada ibu dari kakek dan nenekmu, itu saja. Dan untuk tahun-tahun berikutnya, semuanya masih sama."

"Ibu tidak bisa selamanya menyembunyikan luka-luka fisik ibu dari kedua mertua ibu, dan perlahan, mereka mulai menyadari kehadiran luka-luka di tubuh ibu. Entah mereka benar-benar tahu atau tidak, yang jelas, mereka tidak peduli dengan seluruh luka yang ibu miliki, mereka meminta ibu berlagak elegan di hadapan orang lain, mereka meminta ibu agar menjauhi orang-orang dari kelas bawah dan mengatakan kalau hal itu akan mencemari nama keluarga ini. Ibu melakukan segala hal yang diperintahkan oleh ayahmu dan kakek-nenekmu, karena dengan itu, ibu berpikir kalau ibu akan terhindar dari penyiksaan mereka, tapi ibu salah. Penyiksaan itu masih terus berlanjut. Ibu bagaikan budak bagi mereka, sementara diluar ibu bagaikan orang yang tinggi hati."

"Kenapa ibu tidak kabur?" tanya Arvin.

"Resikonya terlalu tinggi, lagi pula ibu terlalu lemah untuk bisa lari dan ibu tidak memiliki satu kesempatan pun untuk melakukan hal itu," jawab Ny. Zemira.

"Lalu bagaimana kak Rasyid bisa lahir?"

"Tujuh tahun ibu tinggal bersama mereka dan mengalami banyak penyiksaan dan meninggalkan banyak bekas luka yang sebagian sudah memudar sekarang. Ibu tidak tahu kenapa ibu disiksa. Ibu tidak tahu mengapa mereka menahan ibu. Setiap luka berat yang ibu alami, akan langsung di obati oleh Dokter. Ayahmu mengatakan pada Dokter kalau luka-luka berat yang ibu alami tercipta akibat kecorobohan ibu yang bertindak kurang berhati-hati dihari-hari ibu. Kemudian semuanya berubah disaat ibu hamil. Mereka memperlakukan ibu dengan baik karena kehamilan ibu, dan ibu tidak mengerti kenapa hal itu bisa mengubah mereka."

"Delapan tahun ibu menikah dengan ayahmu, akhirnya kami akan memiliki seorang anak. Di saat kandungan ibu menginjak usia tujuh bulan, ibu mendapatkan sebuah ide untuk mengungkap segalanya. Dengan memanfaatkan kebaikan yang akhirnya ibu dapatkan dari mereka setelah delapan tahun, ibu juga bersikap baik kepada mereka. Hal ini ibu gunakan untuk memberikan ibu jawaban yang tidak ibu dapatkan selama delapan tahun itu. Ibu dengan sengaja menaruh sedikit racun diminuman yang akan nenekmu minum kala itu. Efek yang ditimbulkan tidak serius, hanya akan membuat yang meminumnya menjadi mabuk. Dan dari situ, semuanya menjadi jelas bagi ibu."

"Ibu mendapatkan jawaban dari nenekmu disaat dia mabuk karena racun itu."

"Apa? Apa itu?" Arvin kembali bertanya.

"Bahwa sebenarnya pernikahan ibu dan ayahmu hanyalah sebuah hukuman seumur hidup ayahmu," jawab Ny. Zemira.

"Apa? Apa yang terjadi? Apa yang dilakukan oleh ayah?" tanya Arvin.

"Dimasa mudanya, ayahmu adalah seorang pemuda yang nakal dan tidak bisa diatur. Dia memanfaatkan statusnya sebagai orang kelas atas untuk memacari banyak gadis, tapi dia tidak hanya memacari mereka, dia juga melakukan pelecehan kepada beberapa mantan pacarnya. Meski mereka semua jatuh cinta pada ayahmu karena hartanya, namun pada kenyataannya mereka juga masih memiliki harga diri, dan dalam rangka untuk membungkam mulut beberapa gadis yang telah dilecehkannya, ayahmu memberikan mereka uang seratus juta perbulannya secara rutin. Tapi tentu saja dia tidak bisa melakukan hal itu seumur hidupnya."

"Disaat ayahmu lari dari janjinya, para gadis yang telah dia lecehkan mulai muncul ke permukaan. Mereka melaporkan ayahmu ke polisi dengan tuduhan yang nyata. Ayahmu terancam hukuman penjara belasan tahun, dan dia telah mempermalukan kakek dan nenekmu, tentu saja hal itu adalah kesalahan yang fatal."

"Ibu lupa berapa uang jaminan yang diberikan oleh kakek dan nenekmu demi membebaskan ayahmu, namun yang jelas, jumlahnya mencapai miliaran Rupiah."

"Kenapa kakek dan nenek membebaskan ayah?" tanya Arvin.

"Pikirkan, jika hukuman yang diterima ayahmu mencapai belasan tahun penjara, maka ketika kakek dan nenekmu wafat, tidak ada yang menjadi ahli waris mereka, dan seluruh usaha mereka terancam bangkrut karena tidak ada yang memegangnya. Oleh karena itu mereka tidak memiliki pilihan lain selain membebaskan ayahmu dengan uang jaminan yang mencapai angka miliaran itu."

"Oh iya, benar juga," ucap Arvin dengan kepala yang tertunduk, tampaknya ia malu dengan ayahnya sendiri.

"Setelah menerima kebebasan dari penjara dan dari para gadis yang telah dilecehkannya, ayahmu tidak bisa bebas dari amarah kakek dan nenekmu. Mereka lalu memberikan hukuman pada ayahmu untuk menikahi seorang gadis dari kelas bawah. Ayahmu tidak memiliki pilihan lain, kalau tidak, dia akan kembali dijebloskan ke penjara, padahal itu hanyalah sebuah ancaman yang pada awalnya tidak terpikirkan olehnya. Sulit untuk mencari gadis yang mau dinikahi begitu saja, jadi mereka memungut seorang gadis dari panti asuhan dengan mengatakan kalau mereka akan mengasuhnya, dan ibu lah gadis yang mereka pilih."

"Jadi, kenapa kakek dan nenek menyiksa ibu? Maksudku, ayah pasti menyiksa ibu karena dia tidak senang dengan pernikahannya," ujar Arvin.

"Ya, dia memang tidak pernah menginginkan pernikahan yang seperti ini. Kakek dan nenekmu akhirnya sadar kalau jalan yang mereka pilih salah. Membebaskan ayahmu justru membuat nama mereka semakin disorot karena dianggap telah membela kejahatan, dan hal itu berdampak pada bisnis mereka yang mengalami kerugian besar, tapi mereka memang tidak punya pilihan lain. Dan pada akhirnya, mereka melampiaskan segala rasa kesal dan marah mereka pada ibu."

"Itu jahat sekali," kata Arvin.

"Tidak akan ada yang sanggup mengatakan hal itu adalah tindakan yang terpuji. Seiring berjalannya waktu, mereka meninggal karena sakit. Kakekmu meninggal sebelum Rasyid lahir, dan nenekmu meninggal setahun setelahnya."

"Lalu kenapa ibu bertahan setelah mereka meninggal?"

"Karena ibu merasa kalau kehadiran Rasyid telah mengubah segalanya. Dia benar-benar seorang malaikat bagi ibu karena kehadirannya telah mengubah ayahmu."

"Kenapa ayah berubah?"

"Dia melihat bagaimana perjuangan ibu saat melahirkan Rasyid, ibu rasa hal itu telah mengubahnya."

"Tidak, maksudku, selama masa kehamilan ibu."

"Karena mungkin dia sangat ingin memiliki seorang anak."

"Kenapa ayah menyakiti ibu jika ayah ingin memiliki seorang anak?"

"Entahlah, ibu rasa dia malu atas apa yang telah dilakukannya pada ibu, makanya dia tidak bisa membangun sebuah hubungan yang baik dengan ibu untuk memiliki seorang anak."

"Tapi ketahuilah, semua itu hanya dugaan ibu. Setelah empat puluh dua tahun ibu menikah dengannya, ibu bahkan tidak bisa memahami dirinya secara utuh. Dia menyiksa ibu selama tujuh tahun, kemudian dia berubah saat ibu hamil hingga kini, dia menjadi seseorang yang penyayang dan penyabar. Dia hanya ingin memiliki dua anak, tanpa mengetahui alasannya, ibu mengikuti kemauannya, lalu kami mengadopsi Jhana. Dan seluruh kenangan buruk itu seakan tidak pernah terjadi, bahkan kami tidak pernah membahasnya."

"Kenapa ayah bisa sangat menyayangi kak Jhana? Sedangkan ibu juga anak panti asuhan, kenapa ayah tidak memperlakukan kak Jhana seperti ayah memperlakukam ibu dulu?"

"Karena dirinya sudah benar-benar berubah sempurna, Arvin."

"Dan satu-satunya hal yang tidak ibu ketahui tentang ayah adalah hal itu?"

"Ya, dia terlalu misterius untuk ibu."

"Dengar, Arvin, cerita ibu ini jangan kau jadikan alasan untuk membenci ayahmu-"

"Aku tahu," Arvin menyela ucapan Ny. Zemira.

"Ayah sudah benar-benar berubah, dan aku tidak memiliki alasan untuk membencinya karena bahkan ibu sudah memaafkannya," sambung Arvin.

Ny. Zemira lantas tersenyum lebar.

"Lalu, izinkan aku menanyakan satu hal pada ibu," ucap Arvin.

"Apa itu?" tanya Ny. Zemira.

"Apa yang membuat ibu tidak bisa melepaskan belenggu itu?"

avataravatar
Next chapter