webnovel

Rinai Hujan

Pukul 14.30 WIB kelas berakhir dengan mata kuliah 'Pemrograman Web Client', para mahasiswa segera berkemas membersihkan buku dan laptop beserta kabel-kabel yang mereka pakai. Ayun dan Bella mendapati bahwa langit tengah gelap dan mendapati jika hujan segera turun. Sejujurnya bagi Bella mau hujan atau tidak, itu bukanlah suatu masalah yang besar. Karena Bella menaiki mobil pacarnya, Gavin, teman seangkatan Bella yang juga teman SMA dulu. Sedangkan Ayun yang tidak membawa mobil sedikit kebingungan dikarenakan setiap hujan aplikasi ojek online sedikit bermasalah.

Tak lama setelah berputar dengan pikiran masing-masing, hujan akhirnya turun membasahi tanah. Hujan cukup lebat disertai dengan kilat dan petir dengan intensitas sedang. Ayun yang sedang membicarakan projek web dengan teman sekelompoknya sedikit tidak menyimak obrolan Bella dan Jane.

"Jane, mau bareng?" ajak Bella yang mengeluarkan kunci mobilnya.

"Engga, lu sama Gavin. Males gue jadi nyamuk," jawab Jane.

"Kalian duluan aja," lanjut Jane yang tengah fokus dengan handphonenya, lalu diangguki oleh Bella dan Ayun.

Mahasiswa berlarian keluar dari kelas masing-masing menuju parkiran. Namun, sama saja Ayun tidak membawa kendaraan, hingga dia berjalan menggunakan payung ke dropoff ojek online.

Ternyata hujan tidak hanya membawa air, namun ditemani oleh angin yang cukup kencang, hingga outter Ayun terkena air.

"Tuhkan, apa kata gue, aplikasinya eror lagi. Kemarin dari sini ke rumah masih 25 ribu sekarang kenapa 41 ribu?" tanya Ayun pada dirinya sendiri.

Tidak semua mengalami keresahan ini memang. Tapi percayalah handphone Ayun selalu terkena problem ketika hujan, mati listrik atau baterai lemah. Sungguh ingin rasanya Ayun membeli handphone baru yang dapat menemaninya 24/7.

Jane yang tertinggal di belakang melihat Ayun yang tengah mondar-mandir di dropoff. Jane yang memakai payung berjalan dengan santai, takut jika hujan angin terlalu membasahi jaket barunya.

Tak jauh dari keberadaan Jane, dirinya melihat ada mobil putih yang menghampiri Ayun.

"Oh, udah dateng ojolnya," ucapnya pada diri Jane sendiri.

Namun, ada keanehan disana. Ketika kaca mobil diturunkan, ternyata itu adalah mobil crushnya, Yoan.

"Kak Yoan?" Jane bertanya-tanya kenapa Yoan kini dekat sekali dengan Ayun. Sebenarnya ada apa diantara mereka.

Ayun memasuki mobil itu dengan senyuman yang tak pernah Jane lihat ketika Ayun bersama lelaki lainnya. Kenapa? Bukankah seharusnya Jane yang disana? Dia yang menyukai Yoan, dia yang mengagumi Yoan, dia yang perhatian pada Yoan, tapi yang mendapat senyuman hangat dan terbuka hanya Ayun.

Ayun, sahabatnya yang selama ini dia percaya untuk mencurahkan perasaannya ternyata bersama seseorang yang ada pada hati Jane. Munafik bukan? Kenapa tidak katakan saja jika Ayun juga menyukai Yoan?

Sungguh banyak pertanyaan dalam benak Jane. Pertanyaan kenapa? Bagaiamana bisa? Lantas mengapa? Berputar pada pikiran yang selama ini mengagumi Ayun yang ternyata tak selamanya dia sendiri.

***

Disisi lainnya...

Ayun yang tengah memandangi handphonenya, kini teralihkan oleh mobil putih dihadapnnya. Sepertinya dia mengenali mobil itu, tapi siapa? Kaca mobil diturunkan lalu terlihat seseorang yang Ayun kenal.

"Kak Yoan?" Ayun bingung mengapa bisa Yoan ada disini.

"Ayo masuk!" ajak Yoan dengan sumringah, karena kedua sahabat Ayun tidak ada. PDKT berjalan dengan aman.

"Hah?" otak Ayun masih ngelag, sama kaya sinyal handphonenya yang susah sinyal.

"Masuk. Aku anterin!" Yoan melepas seatbelt untuk berbicara lebih dekat dengan Ayun. Memang meyakinkan Ayun itu butuh kesabaran tinggi.

"Gak usah." jawab Ayun. Baru segini perjalanan PDKT Yoan sudah ditolak. Tidak apa, mendapatkan berlian itu butuh perjuangan extra.

"Hujan nih, buruan!" ajak Yoan lagi, kali ini dia jujur jika hujan semakin lebat.

"Gak perlu." dua, Ayun kembali menolak ajakan Yoan. Sebenarnya Yoan masih ingin terus membujuk Ayun. Tetapi terlihat teman Ayun yang memperhatikan dirinya dan Ayun. Ada rasa tidak suka dalam diri Yoan pada Jane, teman Ayun karena terus mengejar-ngejar Yoan yang telah dia tolak mentah-mentah. Jujur Yoan sanagt risih dengan Jane itu.

"Udahlah, jangan banyak mikir!" Yoan masih sabar dan selalu sabar jika bersama Ayun. Entah kenapa, yang Yoan rasa hanya nyaman.

"Tapi..." Ayun sedikit ragu setelah omongan Jane di kantin tadi. Mengikhlaskan dirinya bersama Yoan, tapi dia tau benar jika Jane masih menyukai Yoan.

"Gak perlu tapi-tapi." kali ini pintu mobil dibukakan oleh Yoan dari dalam mobil. Dia merasa risih diawasi oleh Jane.

"Pegel nih nunggu." mata Yoan menatap ekspresi Ayun yang tengah berpikir.

"Yaudah, tinggal aja." hah? Kali ini otak Yoan yang ngebug. Bagaimana bisa dia melewatkan momen bersama Ayun? Semoga bukan karena Jane.

"Masa ninggalin malaikat tak bersayap di dropoff sendiri?" Disini Ayun tertawa dengan lepas. Entah kenapa bebannya hilang jika dirinya bersama dengan Yoan. Perasaan apakah ini?

"Halah. Udah sana!" kesekian kalinya Ayun menolak ajakan Yoan untuk pulang bareng. Dimana dirinya tengah chat Bella untuk mengambil keputusan.

Ayun : Gimana Bel? Aduh bingung banget kalo diajak Yoan, takut gelagapan, salting sendiri entar gimana?

Bella : Kesempatan tidak datang dua kali. Gaskeun!!

"Gak. Sini masuk, awas ada laba-laba!" mungkin dengan cara menakut-nakuti Ayun, Ayun menerima tumpangannya.

"Mana?" kaget Ayun dengan meringkukkan tubuhnya. Yoan memang tahu apa kesukaan dan ketidak sukaan Ayun.

"Hahaha, yuk masuk!" Ayun sungguh manis, siapapun dulu yang pernah menyakitinya akan Yoan pastikan menyesal.

"Dasar pemaksa!" akhirnya setelah obrolan yang panjang, Ayun mau masuk ke mobil Yoan. Disamping itu Ayun juga tersenyum dengan tingkah Yoan dan kesabarannya menunggu Ayun berpikir.

Terkadang memang sesuatu yang kita tunggu dengan ikhlas tanpa suatu paksaan akan mudah kita dapatkan. Yang artinya saat kamu bersungguh-sungguh, doamu juga kau panjatkan. Maka, akan selalu ada jalan bagimu.-M.Riyoande Simone

"Rumah kamu masih sama?" tanya Yoan sambil menyetir pada Ayun yang memainkan handphonenya. Sedangkan Yoan sesekali melirik pemandangan yang indah, Ayun.

"Emangnya aku keong, rumah pindah-pindah?" jawab Ayun sambil mengerutkan bibirnya, tanda bahwa dia tengah cemberut.

"Mana aku tahu? Mungkin aja kamu pindah ke rumah aku, kan?" tanya Yoan lagi menggoda Ayun. Sungguh indah momen kali ini. Tuhan tolong hentikasn waktu ini sementara, aku ini bersama Ayun dengan waktu yang lama. Walau suatu saat tidak bersama, batin Yoan.

"Mimpi," jawab Ayun sarkas, lalu tertawa melihat ekspresi Yoan yang ngambek.

Jujur Ayun sangat suka berada disisi Yoan, tapi disisi lainnya di tentang. Mau sekeras apa usahanya jika cara berdoa sudah berbeda, bukankah akhirnya akan tetap berbeda?

Tuhan, izinkan aku merasakan bahagia walau sementara, batin Ayun. Tanpa disadari mata Ayun telah berkaca-kaca.

"Sudah sampai!" ujar Yoan membuka seatbeltnya, lalu membuka untuk Ayun. Dengan segera Ayun sadar dari lamunannya.

"Makasih ya Yoan. Kamu mau berusaha sekecil apapun itu, akan aku hargai," ucap Ayun lalu turun dari mobil.

Yoan membuka kaca mobilnya dan berkata, "Love you Ayun!", lalu melajukan mobilnya.

Love you too, batin Ayun.

Sekecil apapun perjuanganmu, akan kuhargai. Karena dengan cara itulah yang bisa aku lakukan untuk membalasnya.

Hope you like it and happy Reading :)

cynycynycreators' thoughts
Next chapter