webnovel

Keresahan Batin

Jane memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa dibarengi dengan tubuhnya yang sedikit basah karena hujan yang deras. Tanpa berlama-lama, Ibu Jane membukakan pintu yang dia kunci. Ibunya yang melihat Jane buru-buru merasa bingung dengan tingkah laku anaknya.

"Jane ganti baju dulu!" teriak Ibunya pada Jane yang langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya.

Jane membanting tasnya dan melempar handphonenya asal.

"Kenapa sih harus Ayun?" tanya Jane pada dirinya sendiri yang berdiri di depan kaca panjangnya. Melihat dimana sisi kekurangan Jane. Memang jika Jane yang melihat, maka semua terasa sempurna. Tidak ada rasa kurang apapun. Kaya, cantik, pintar, primadona. Mana sisi yang kurang dari diri Jane? Tetap saja bagi Yoan, Jane hanya manusia biasa. Tidak ada yang spesial bagi Yoan darinya.

"KENAPA?" teriak Jane memukul kaca di depannya dengan tangan kosong. Darah segar mengalir dengan deras dari tangannya yang sobek terkena pecahan kaca. Jane menangis sejadi-jadinya. Berteriak dan menjatuhkan seluruh benda yang ada di meja belajarnya.

Terdengar kegaduhan dari lantai dua, Ibunya langsung naik dan masuk ke kamar Jane dan melihat Jane tengah menangis dan duduk di pojok kamar memeluk lututnya. Tubuh Jane sangat dingin, Ibu Jane terlihat sangat khawatir dengan wajah Jane yang memucat.

"Nak, kamu kenapa?" tanya Ibunya dengan perasaan yang campur aduk. Jujur saat ini pikirannya hanya tentang Jane dan Jane saja.

"Ma, kenapa aku gak pernah dapet apa yang aku mau?" tanya Jane menangis di dekapan Ibunya.

"Kenapa Ma?" tanya Jane sekali lagi, berusaha untuk meyakinkan dirinya jika pertanyaan itu salah.

"Aku yang kekurangan, tapi kenapa Ayun yang lengkap Ma?" kali ini nama Ayun keluar dari mulutnya. Benar, semua ketidakstabilan yang dialami oleh Jane disebabkan oleh Ayun. Ayun juga bukan orang yang 100% salah dalam hal ini.

"Astaga nak, kamu kenapa?" Ibunya memeluk Jane dengan erat. Berusaha menghangatkan suhu tubuh Jane yang semakin dingin.

"Ma, apa aku gak pantes buat bahagia?" pertanyaan yang sangat menusuk hati Ibu Jane.

Ibunya menggeleng, kamu kenapa begini nak?, batin Ibunya.

"Ada apa? Jane tenang dulu!" Ibu Jane berusaha menenangkan Jane yang sedari tadi sesenggukan, menangis yang sepertinya dikarenakan Ayun.

"Kenapa sih Ma?" Jane sama sekali tidak menjawab apapun pertanyaan Ibunya. Dirinya hanya bertanya kenapa dan kenapa? Terus berulang kali.

Tak lama setelah itu, Jane tak sadarkan diri. Tubuhnya dingin dan wajahnya yang pucat. Ibunya segera menelpon Ayah Jane.

***

Ayun masuk rumah dengan ekspresi yang terlihat bahagia. Senyumnya merekah di wajah cantiknya. Ayah Ayun sedang ada di ruang tamu sedangkan Ibunya berada di dapur. Ibunya menghampiri Ayun.

"Pulang bareng siapa kok seneng banget?" tanya Ibunya sambil tersenyum curiga pada Ayun.

"Sama ojol Ma," jawab Ayun searaya melepas sepatunya.

"Bohong. Mana ada dianter ojol mukanya berseri gitu?" ujar sang Ayah menggoda anak perempuan satu-satunya itu. Ayun tampak salah tingkah di hadapan kedua orang tuanya.

"Udah makan belom?" tanya Ibunya pada Ayun yang masih tersipu malu.

"Belomlah Ma, aku kan mau cicipin masakan padang ala Mama," jawab Ayun sambil melihat apakah makanan tersebut sudah jadi, ternyata belum.

"Kok tau kalo Mama masak masakan padang?" Ibu Ayun bingung, darimana Ayun tahu jika dirinya tengah memasak makanan padang.

"Koko yang ngasih tau di chat tadi," kata Ayun sambil cengengesan.

"Kehujanan gak?" tanya Ayahnya melihat outter Ayun yang terlihat basah.

"Dikit sih Pa," jawab Ayun yang tidak berani menatap wajah Ayahnya karena masih merasa malu.

"Yaudah mandi, bukunya dirapikan dulu terus makan. Oke?" kata Ibunya melanjutkan masakannya yang belum tuntas.

"Oke. Aku ke kamar dulu ya," kata Ayun lalu naik ke kamarnya.

Saat Ayun berada di kamarnya, Yoan mengirimkan pesan pada dirinya. Dengan senang hati Ayun membuka pesan dari Yoan.

Yoan : Assalamualaikum!

Ayun tersenyum, lalu segera membalas chat Yoan.

Ayun : Selamat sore juga. Udah sampai rumah?

Yoan : Udah barusan. Ini mau nyari makan. Ibu aku keluar kota gak bilang jadi gak ada makanan. Kamu gimana? Udah makan? Kalau belom, ayo keluar nyari makan bareng.

Ayun : Aduh maaf banget. Mama aku udah masak. Gimana kalau kamu ke rumah aku? Mama aku masak banyak masakan padang. Mau gak?

Yoan : Wiihhh makanan kesukaan aku tuh. Boleh kesana?

Ayun : Boleh dong

Yoan : Siap. Aku mandi terus sholat dulu ya. Nanti setelah Ashar aku kesana.

Ayun : Ashar itu jam berapa?

Yoan : Jam 15.00, aku kesana jam 15.30 ya

Ayun : Oke.

Yoan : Yaudah, aku siap-siap sholat dulu. Wassalamualaikum.

Ayun : Iya.

Setelah Ayun mandi dan membereskan buku-bukunya. Ayun berpikir sejenak berputar dalam benaknya, apakah apa yang sedang Ayun lakukan sekarang terlalu jauh atau bagaimana? Ayun hanya bisa berharap pada Tuhannya.

"Semoga dengan kamu dekat dengan aku, kamu tidak akan pernah lupa dengan Tuhanmu." kata Ayun melihat pesan Yoan.

"Dorr!!" kakak Ayun mengagetkan Ayun yang tengah melamun.

"Ngapain ngelamun? Weh, foto siapa tuh good looking. Pacar lu?" tanya kakaknya yang kepo mengenai kehidupan Ayun. Kakaknya tidak sengaja melihat foto Yoan yang ada di handphonenya.

"Beda agama!" ucap Ayun lirih, tak bersemangat seperti awal.

"Dek, dengerin Koko! Kamu hanya harus melakukan apa yang Tuhan izinkan, jika dekat dengannya kamu merasa nyaman dan dimudahkan, bukankah Tuhan sedang mengizinkan kalian bersama?" tanya kakaknya membuat hati Ayun mulai bingung.

"Gini deh kalo gak paham maksud Koko, kamu nyaman gak sekarang sama dia?" tanya kakaknya pada Ayun yang terdiam.

"Iya, tapi..." jawab Ayun yang kemudian di sela oleh kakaknya.

"Itu tandanya kamu sedang mendapat restu dari Tuhan untuk saling mengenal," ujar kakaknya.

"Koko mungkin belum pernah merasakan suka dan cinta sama seseorang yang beda agama. Tapi bukankah kita juga berhak untuk bahagia dalam batasan masing-masing?" tanya kakaknya membuatnya sedikit ada keyakinan untuk menerima rasa nyaman dalam dirinya.

"Apa menurut Koko, aku boleh mencintai dia yang berbeda?" tanya Ayun yang mulai dalam pembahasannya.

"Boleh. Asalkan kamu lebih mencintai Tuhan," kata kakaknya yang kemudian menepuk pundak Ayun.

"Tidak ada suatu hal yang kebetulan dalam dunia ini," bisik kakaknya pada Ayun.

Tak lama setelah bisikan kakaknya itu, pintu kamar terbuka, menampakkan Ibunya yang tengah bingung.

"Ayo turun! Makanan sudah siap," kata Ibunya lantas keluar dan turun dari kamar Ayun yang diikuti oleh kakaknya.

Yoan, jika memang kita ditakdirkan bertemu, bukankah Tuhan sedang merencanakan suatu hal yang istimewa? Aku harap Tuhan tidak memberiku rintangan lebih dari diriku. Batin Ayun, lalu turun ke meja makan di lantai bawah dengan keluarganya.

Selamat membaca semuanya....

Hope you like it and don't forget to comment. Thank you :)

cynycynycreators' thoughts
Next chapter