webnovel

Baikan!

Ibu Sandi yang sedang ada diruang makan itupun pergi keruang tamu untuk melihat sesuatu apa yang sedang terjadi ketika mendengar suara sesuatu terjatuh. Wanita paruh baya itu khawatir dengan dua lelaki yang ia tinggalkan diruang tamu tadi ketika mengingat sifat Sandi masih tidak stabil karena berat badan lelaki manis itu yang naik. Sebanarnya wanita paruh baya itu tidak masalah dengan berat badan anaknya naik asalkan masih terlihat bagus untuk dilihat oleh mata orang lain yang melihat. Toh anak semata wayangnya itu memiliki wajah yang manis dan imut membuat siapa saja yang melihatnya gemas padanya.

"apa yang terja-

Ucapan wanita paruh baya itu terhenti ketika melihat dua lelaki yang sedang tindih-tindihan disela-sela meja dan sofa. Kedua lelaki yang mendengar suara seorang wanita itupun menoleh dan keduanya membelalakkan matanya ketika melihat ibu Sandi berdiri diambang pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang tengah rumah itu. Kemudian Rey beranjak dari atas tubuh Sandi, begitupun juga dengan Sandi yang bangun dari tidu eh jatuhnya.

"tadi Sandi terpeleset dan aku berusaha menolongnya, tapi kita malah jatuh bersama, bi" jelas Rey sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal ketika melihat ibu Sandi hanya diam ditematnya dengan ekspresi yang masih terkejut dengan apa yang ia lihat barusan.

"ma" panggil Sandi yang melihat ibunya tidak bergeming sama sekali.

"oh, maaf mama pikir kalian bertengkar tadi" ibu Sandi kembali sadar dari situasi terkejutnya "lanjutkan apa yang kalian lakukan" lanjut ibu Sandi lagi sambil berbalik untuk kembali menuju ruang makan lagi.

Wanita cantik itu masih bingung dengan apa yang ia lihat barusan. Banyak hal yang terlintas diotaknya sekarang tentang Rey dan Sandi meskipun ia sering melihat keduanya tampak akrab dan agak mesra, tapi tidak pernah sekalipun ia berfikir bahwa kedua lelaki itu memiliki sesuatu yang special seperti yang ia pikirkan sekarang. Wanita cantik itu duduk dengan lemas dikursinya tadi dengan keadaan masih shock. Ia juga bingung harus melakukan apa atau perlukah ia mengabari ibu Rey atau suaminya sendiri. Ia tidak tahu mana yang harus ia ambil untuk membuatnya lebih baik. Ia meraih gelas minuman yang ada diatas meja makan dan meminumnya hingga tersisa setengah.

"mungkin aku harus bertanya pada Sandi nanti" gumamnya ketika mulai agak sedikit tenang dan dapat berfikir dengan benar.

Dua lelaki yang ditinggal oleh wanita paruh baya itupun masih tetap berdiri ditempatnya dengan canggung. Rey tidak tahu harus melakukan apa dan Sandi pun tidak tahu harus mengusir Rey atau tidak. Jika ia melakukannya mungkin kesalahpahaman ini akan terus berlanjut dan entah sampai kapan itu akan terjadi. Tapi, jika ingin menyelesaikannya sekarang, Sandi tidak tahu harus berkata apa untuk memulainya.

"hah" lelaki manis itu sedikit menghela nafas pelan hanya karena memikirkannya saja. Rey yang berdiri disamping Sandi itupun bisa mendengar helaan nafas tersebut meskipun pelan. Lelaki tampan itu yakin jika Sandi saat ini sedang memikirkan sesuatu yang berhubungan dengannya. Rey jadi berpikir bahwa saat ini ia tidak boleh lari dari apa yang ia lakukan dan harus menjelaskan kepada Sandi agar tidak membuat lelaki manis itu kesal dan marah padanya.

"eemm San" panggil Rey memecahkan kecanggungan diantara mereka berdua "..maafkan aku" lanjutnya tanpa melihat kearah Sandi sama sekali. Lelaki tampan itu tidak berani menatap Sandi karena takut membuat lelaki manis itu marah padanya. Sandi yang mendengar perkataan maaf dari Rey itupun melihat lelaki tampan itu sekilas.

"untuk apa?" tanya Sandi sambil duduk disofa yang ada dibelakangnya.

"untuk beberapa hal yang beberapa minggu ini terjadi kepada kita" jawab Rey. Kali ini ia sambil melihat Sandi. Jujur ia tidak tahu apa yang ia katakan saat ini benar atau tidak yang jelas ia ingin menyelesaikan semuanya dengan Sandi agar lelaki manis itu tidak kesal dan marah lagi padanya.

"memang apa yang terjadi?" tanya Sandi. Sebenarnya lelaki manis itu tahu apa yang dimaksud oleh Rey itu. Lelaki tampan yang mendengar pertanyaan Sandi itupun menghela nafas kasar dan memegang bahu Sandi dan menghadapkan lelaki manis itu padanya.

"tentang apa yang aku katakan dan aku lakukan…" jeda Rey sambil duduk disamping Sandi "…seperti berkata tentang berat badanmu, diet, mengganggumu hingga kesal dan tentu saja tentang…." Rey tidak meneruskan ucapannya. Jujur ia ragu dengan apa yang akan ia katakan ini benar atau tidak dan akan membuat Sandi marah atau tidak.

"tentang?" tanya Sandi sambil melihat Rey yang merasa ragu untuk mengatakannya "katakan saja" pinta Sandi dengan wajah datarnya.

"tentang menciummu" gumam Rey pelan yang masih bisa didengar oleh Sandi. Setelah mengatakan itu Rey tidak berani menatap Sandi. Ia hanya menjepit kedua tangannya dipahanya. Begitu juga dengan Sandi yang hanya diam saja setelah mendengar apa yang Rey katakan. Lelaki manis itu tidak tahu apa yang harus ia katakan dan lakukan setelah mendengar kata itu keluar dari mulut Rey. Ia pikir lelaki tampan itu tidak akan mengatakan hal itu kepanya, tapi dugaannya salah dan Rey malah mengatakannya begitu saja. Sandi jadi ingat tentang ciuman yang Rey lakukan padanya. Rey yang tidak mendapatkan respon dari Sandi itupun memberanikan diri melihat lelaki manis itu. Ketika ia melihat ekpresi Sandi, Rey berasumsi bahwa ia sudah salah mengatakan sesuatu.

"aku tarik kembali ucap-"

"kenapa?" potong Sandi ketika Rey sedang berbicara. Seketika Rey menoleh kepada Sandi dengan ekpresi yang tidak mengerti dengan pertanyaan Sandi "kenapa kau melakukan itu padaku?" tanya Sandi kemudian ketika Rey tidak langsung menanggapi pertanyaannya tersebut.

"oh maksudmu ciuman itu?" tanya Rey ketika otaknya sudah mengeti kemana arah dari pertanyaan Sandi itu tertuju.

"entahlah aku hanya suka melakukan itu padamu" jawab Rey tanpa memandang Sandi sedikitun. Sandi yang mendengar jawaban Rey itupun menyernyitkan dahinya karena tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh lelaki yang duduk disebelahnya itu. Rey dengan ragu-ragu menolehkan kepalanya kearah Sandi dan melihat lelaki manis itu.

"kenapa? apa aku salah mengatakan sesuatu?" tanyanya kemudian.

"sudahlah! lupakan itu dan pulanglah!" perintah Sandi kemudian. Rey yang diusir oleh Sandi itupun tidak bergeming dari duduknya. Lelaki tampan itu malah melihat Sandi yang seakan marah dan melipat kedua tangannya didepan dada. Rey tidak bodoh untuk mengerti tentang situasi saat ini. Ia yakin bahwa Sandi marah padanya. Entah itu ucapan yang barusan atau yang tadi yang jelas ia kembali membuat Sandi marah.

"maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu kenapa aku melakukan itu" ucap Rey yang masih ingin menjelaskan kepada Sandi tentang apa yang terjadi diantara mereka. Sandi tidak bergeming sama sekali. Ia malah ingin beranjak dari duduknya dan meninggalkan Rey, tapi lelaki tampan itu dengan sigap memegang pergelangan tangan Sandi dan membuat lelaki manis itu diam ditempat duduknya.

"baiklah aku tidak akan melakuannya lagi" kata Rey. Sandi yang mendengar itu langsung melihat kearah Rey.

"benarkah?"

"iya, aku tidak akan menciummu lagi" kata Rey meyakinkan Sandi meskipun ia tidak yakin bisa melakukannya atau tidak karena jika ia melihat Sandi yang bersifat menggemaskan membuatnya tidak tahan untuk mencium lelaki manis itu.

"baiklah…aku pegang kata-katamu itu" kata Sandi.

"jadi kau memaafkanku?" tanya Rey.

"hmm"

Rey yang mendengar gumaman dari Sandi itupun merasa senang dan memeluk Sandi tanpa sadar. Akhirnya kedua lelaki itu berbaikan juga setelah apa yang terjadi diantara mereka selama beberapa minggu ini. Dari mulai Rey mencium Sandi, berat badan Sandi yang naik dan masih banyak hal yang terjadi. Semoga saja Rey tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat Sandi marah lagi padanya.

Maaf kemaren gak bisa up soalnya sibuk banget ngurusin keperluan di kampus sama saudara ada yang repot jadi gak sempet up chap baru....

oh ya, Re mau nanyak...disini belum ada nama wanitanya ya???

makasih semua yang sudah baca cerita ini :)

Ren_Jinangcreators' thoughts
Next chapter