1 Kisahku Yang Berbeda

.

..

...

05 Juni 2019

Awalnya aku tidak berniat menulis sesuatu seperti ini. Lucu rasanya membayangkan jika suatu saat seseorang akan membaca ceritaku yang terkesan sulit dipercaya. Tetapi pada akhirnya aku tetap mendorong jari-jariku  membentuk huruf demi huruf didepanku. Aku bahkan tidak tau harus memulai dari mana. Setelah ku pikirkan, aku yakin akan memulainya dari awal pertemuanku dengan 'mereka'.

Namaku Fidelya Maheswari, aku biasa dipanggil Delya. Aku tinggal bersama dengan oma dan adik laki-laki ku disebuah kabupaten kecil. Ayah ku meninggal saat aku masih SD sedangkan ibu menikah lagi dan tinggal bersama keluarga barunya. Itu sedikit informasi tentang ku.

Aku tidak bisa mengingat kapan tepatnya tapi hari itu aku pulang sekolah seperti biasa dengan mengayuh sepeda. Aku punya kebiasaan untuk singgah sebentar di makam ayah dan opa ketika pulang sekolah (karna lokasi nya selalu terlewati dan makam mereka berdekatan).

Aku memarkir sepeda di pinggir jalan lalu memanjat pagar supaya lebih cepat mencapai makam ayah.

"Pa, aku pulang. Tadi ada ulangan harian fisika tapi papa tau lah aku kan pintar jadi itu aman. Hari ini juga seperti kemarin pa, teman-teman ku semakin terlihat tidak menyukai ku tapi tenanglah ada beberapa teman yang tulus kok jadi itu juga aman. Oh aku ceritain deh tadi aku terkunci di toilet tapi waktu pintu terbuka tidak ada siapapun disana jadi ku pikir mungkin teman-teman ku menjahili ku lagi pa."

Aku diam sejenak mengingat kejadian tadi, sesaat kemudian aku berdiri bersiap untuk pulang tapi saat berbalik aku di kejutkan oleh seseorang yang tersenyum di belakang pohon tak jauh dari makam ayah ku. Wajahnya tertutup bayangan pohon tapi senyum itu terlihat sangat jelas dan terasa.. Menyeramkan.

Aku meneguk air liur dan berusaha tidak kelihatan takut tapi tetap saja kaki ku otomatis berlari dengan cepat dan aku bahkan memanjat pagar dengan cepat.

.

..

Sesampainya dirumah aku langsung berlari ke kamar lalu berbaring mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Rasa takut kembali mengunjungi ku, aku merasa dingin disekujur tubuh dan tidak bisa bergerak.

Saat itu oma ku memasuki kamar "Kenapa lagi kamu? Cepat ganti baju trus makan siang baru tidur."

Aku seketika menggerakan tubuh ku "iya oma" jawab ku singkat sambil berdiri.

"Kenapa muka mu pucat gitu ? Sakit kah ?"

"Gak kok ma" aku menggeleng.

"Jangan pacaran dulu nanti gak fokus belajar malah stress mikirin nya kalo ribut terus."

Aku memasang muka datar "Gak ada pacar ma. Boro-boro pacaran temenan aja susah."

Oma ku keluar dari kamar sedangkan aku lanjut ganti baju. Ada rasa geli membayangkan kecepatan ku memanjat pagar tadi, aku berpikir sudah bisa menyaingi spiderman (pikiran anak SMP).

Selesai ganti baju, aku kedapur membuka tudung saji lalu makan di meja sambil sesekali melihat ke luar jendela. Saat makanan ku hampir habis, hp ku berbunyi. Aku mengangkat telfon tanpa melihat nama penelfon.

"Halo" suara di sebrang sana seketika membuat kunyahan ku terhenti. Mendengar suara oma ku di telfon, aku spontan berdiri lalu berlari kecil menyusuri rumah mencari oma tapi tidak ada.

Deg!

"Halo?" suara omaku sekali lagi terdengar.

" Eh iya ma, oma kemana?" tanya ku dengan nada kaku.

"Oma di rumah nenek (kakaknya oma) ada acara disini, udah makan kan? Oma pulang sore ya." jelas omaku.

"kok cepat ma?" tanyaku penasaran.(mengingat butuh waktu sekitar 40 menit buat ke rumah nenek).

"Cepat apa?" kali ini omaku yang bertanya dengan nada heran.

"Oma kesitu nya kok cepat"

"Ngomong apa sih oma dari pagi kesini habis masak dirumah."

Deg! Aku diam lalu oma mematikan telfon nya. Aku tidak berani berpikir siapa yang menyapaku tadi siapa yg jadi oma ku tadi. (Saat itu aku belum mengerti apa itu hantu atau sejenisnya aku hanya berpikir mungkin aku terlalu capek hingga mengigau).

Aku melangkah masuk kembali ke kamarku dan membuka buku yang bisa ku baca dan berusaha menganggap biasa semuanya.

.

..

Jam 5 sore oma ku pulang bersama adikku yang dekil seperti kerbau sawah entah habis bermain dari mana. Semuanya normal, aku tidak menceritakan tentang oma ke 2 tadi.

Kami makan bersama lalu menonton bersama hingga jam tidur tiba.

"Oma aku tidur di kamar oma ya" ucapku sambil mengikuti omaku ke kamarnya.

"Kenapa?" oma menatapku.

"Gak papa ma, cuma pengen aja"

"Ya sudah tidur di ranjang aja ya"

(oma dan adik ku suka tidur di lantai dengan kasur tipis sementara ranjang di kamarnya nganggur)

"Iya oma"

Aku lalu tidur di ranjang besar yang sebenarnya untuk 2 orang. Tidak ada yg aneh sampai tanpa sadar aku terbangun jam 2 tepat. Aku membuka mata dan menoleh ke pinggir ranjang ku. Ada wajah seseorang tepat di depan wajah ku, dia tersenyum.

Aku memandangnya dalam (antara sadar dan tidak)  kuperhatikan detil-detil wajahnya aku bahkan mencatatnya dalam otak ku (dia seseorang yang sudah tua, kulit nya sangat pucat hampir putih dan wajahnya seperti kertas yang terkelupas, rambut abunya terlihat acak-acakan, dia juga memiliki mata yang putih dan senyum yang terasa kosong) dia menatap ku sambil sesekali mendengus.

Aku tidak merasa takut saat itu dengan bodoh nya malah ku pelototi dia lalu aku bermain dengan wajahku seolah mencoba membuat bayi tertawa. Tidak lama kemudian aku sadar sepenuhnya. Aku melihat oma ku tidur nyenyak dan adik ku di sampingnya. Saat itu aku mulai bertanya dalam hati 'ini siapa ?!' aku menahan napas dan melirik dia yg tersenyum semakin lebar padaku.

"Ketemu" satu kata yang dia bisikan di telinga ku sukses membuat ku merinding.

Aku menarik selimut menutupi wajahku sambil merapal semua doa yg kutau setelah merasa cukup lama, aku membuka selimut dan sosok itu sudah hilang. Aku menghela napas lega lalu berbalik mencari guling ku. Kalian tau? Dia di sampingku tersenyum mempermainkan ku dengan wajah seramnya yang meleleh. Sontak saja ku pukul wajahnya berkali-kali dengan guling di depanku dan akhirnya dia hilang. Aku kira ini berakhir tapi tidak sama sekali. Jelas sekali ini baru permulaan mimpi buruk ku di mulai.

Aku berusaha kembali tidur tapi setiap memejamkan mata, wajah mahluk itu kembali terlintas. Dengan serius aku kembali berdoa berulang-ulang sampai akhirnya benar-benar lelah dan tertidur. Walau samar-samar, aku bisa mendengar suara ayam mulai berkokok bergantian menandakan matahari akan segera menyapa dengan sinar lembutnya. Ada rasa lega muncul yang datang entah dari mana menenangkanku.

"Aku akan tidur sejenak." pikirku dan menutup mataku semakin erat.

.

.

.

avataravatar