1 kampung halamanku

perkenalkan aku Rena A kisah seputar kehidupanku aku berasal dari NTB tepatnya kabupaten Lombok timur . aku adalah salah satu seorang anak petani yang tinggal di perkampungan yang jauh dari kota. Aku anak kelahiran tahun 98 saat itu usiaku 5 tahun ya kehidupan dan memory ku tepat ku ingat saat itu. aku hidup bersama kakek, nenek, tanta, dan paman adik dari ibu ku. aku tinggal bersama mereka tidak tinggal bersama orang tuaku karena saat usia dua tahun, ibuku melahirkan lagi yaitu adek laki-laki ku sebut saja namanya muhammad M. oh iya kembali ketopik di awal aku tinggal bersama keluarga dari ibuku karena tidak mungkin ibuku merawat kami berdua waktu itu. perkenalkan saja kakekku namanya kakek rimasih dan nenek rimasih kemudian tanteku zaenab dan pamanku sunardi, sejak aku tidak tinggal bersama orang tuaku aku tinggal bersama mereka. tawa tangisku selalu bersama mereka. Dulu sempat aku mengira bahwa tantaku adalah ibuku jujur saat itu aku tidak pernah pertanya dimana ayahku karena aku sudah cukup dengan kasih sayang mereka ya walaupun kadang dijenguk oleh orang tua ku tapi aku belum bisa mengingat dengan jelas yang ku tahu saat itu tantaku adalah ibuku. kehidupanku dimasa kecilku selalu berada di kebun bersama kakek nenekku, bahkan bisa dikatakan aku hampir tidak pernah kekota selalu hidupku dibawah pegunungan bersama mereka. hewan berbisa, binatang buas mungkin tidak asing lagi ditelingaku karena sejak dulu aku selalu hidup berdampingan dengan mereka. kakeku selain bertani dia adalah seorang pengembala sapi. musim kemarau pun tiba akhirnya kakek neneku pulang ke perkampungan yang sekarang tempat kami tinggal sebut saja namanya Bukit Durian, kakek neneku sekarang mengurus dua ladang yang membuat kami harus pindah dari tempat kebun yang ada di bawah pegunungan dan tinggal berdampingan dengan masyarakat sekitar. perkebunan yang dekat dengan perkampungan walaupun terlihat hutan dan alamnya yg masih alami dan masih saja bayak hewan liar, tidak membuat kami putus harapan dan tetap menjalankan kehidupan seperti biasa karena sejak awal kami sudah hidup berdampingan dengan hewan buas dan hidup ditengah hutan. sejak hidup didekat perkampungan nenekku setiap hari sabtu selalu pergi kepasar walaupun jarak kampung dengan pasar bisa di bilang berkilo-kilo tapi tetap tidak membuat tekadnya berkurang untuk kepasar setiap hari sabtu. sejak aku ingin masuk sekolah akhirnya aku tinggal di sebuah perkampungan dan hidup dengan memiliki teman, teman masa kecilku kenalkan saja dia adalah pina, teman dekatku ya cuma dia saat itu. setiap hari aku bermain dengannya karena rumahnya tidak jauh dari rumah kakeku bisa di bilang di belakang rumah kakekku tempat rumahnya, usia ku bisa dibilang lebih tua darinya mungkin beda 1 tahun. keluarga temanku bisa dibilang kehidupan suku sasak karena masih langka yang memiliki musik tradisional, dan keluarganya memiliki hal tersebut. kehidupanku setiap harinya di ajak bermain hampir keseluruh kampung dengan pergaulanku yang seperti itu aku akhirnya suka (nandang) dalam bahasa sasak. dulu setiap aku bermain di ajak keliling untuk bermain akupun menerima dengan antusias karena itu pengalaman pertama dalam hidupku berdampingan dengan hal baru apalagi alat musik. setiapa acara akad, sunatan selalu ada saja tontonan pada malam harinya. aku waktu itu selalu di bawa nenekku untuk ikut menyaksikan acara pertunjukan alat musik tradisional tersebut, samapai ada acara satu lagi yang membuat aku paling enggak bisa nolak kalau di ajak nonton, yaitu pertunjukan (gerantang) dalam bahasa sasak ibaratnya orang makan pisang hampir satu tangkai aku sih lucu aja liatnya. setelah beberapa bulan setelah itu akhirnya tantaku menikah dan kehidupan kami berlalu sampai sutu hari tantaku mau melahirkan. saat itu aku berada di kebun bersama kakekku, datanglah seorang wanita yang begitu cantik dan masih muda sebut saja dia adalah ibuku Nurma Idah..

ayah... panggil ibuku akhirnya aku dan kakek menengok ke arah sumber suara dan kemudian ibuku mendekat mengatakan prihal dia datang. bahwa ternyata ibuku memberitaku kakek ku bahwa tantaku akan melahirkan, bisa dibilang saat itu aku bersama ibuku mengawasi kebun karena tanaman yang di tanam saat itu kacang. kebun tempat kami bercocok tanam tidak bisa selalu ditinggalkan karena ada banyak hewan yang akan datang untuk memakan, menggali dan bahkan merusak. akhirnya saat itu aku dan ibuku tengah berjaga, beberapa jam berlalu datanglah seorang laki-laki menghampiri kami dia adalah ayahku sebut saja namanya Mashun. ayahku datang memberitahu bahwa tantaku sudah melahirkan dan anaknya cewek. setelah beberapa menit berlalu aku dan ibuku pulang bersama untuk melihat keadaan tantaku dan kk sepupuku yang baru saja lahir di perjalanan tidak ada yang kami bicarakan sampai menuju rumah. akhirnya aku menengok kk sepupuku " wah cantiknya dan tembem mukanya. setelah itu kehidupan tantaku aku tidak begitu ingat setelah beberapa bulan memudian bercerai dengan suaminya yang ternyata adalah orang yang sudah beristri dan memiliki dua anak. tantaku mungkin tidak apa-apa di poligami tapi dari pihak istri pertama tidak setuju akhirnya tantaku diceraikan. beberapa bulan berikutnya ibu tiri kakak sepupuku datang menjenguk kakak sepupuku dia baik padanya dan sering berkunjung. kehidupan kami pun berlalu dan tiba saatnya aku akan duduk di bangku SD, setelah aku ingin masuk sekolah aku sering datang berkunjung di rumah orang tuaku jarak antara rumah kakek dan orang tuaku mungkin sekitar 200 meter. mengingat ayah akan mengajarkanku mengaji akhirnya aku mau kesana jujur aku tidak nyaman tapi aku harus tetap belajar karena aku tidak di izinkan mengaji di musholla karena menurut ayah aku akan main-main dengan temanku. aku mengerti pemikiran ayahku dibalik itu juga jarang yang datang mengajar di musholla waktu itu akhirnya ayahku lebih memilih mengajarkanku secara pribadi dan adikku karena usia kami beda dua tahun dia juga saat itu di ajarkan. hampir setiap sore aku pulang ke rumah ibuku dan sempat tinggal beberapa kali disana tapi saat itu aku belum nyaman dan dunia tidak mendukung karena aku selalu berantem dengan adikku. maklum aku dari dulu sendiri dan membuat mainan dengan kemampuanku sendiri, hari itu aku merancang rumah burung yang terbuat dari bambu setelah hampir jadi eeeh adik laki-laki ku merusaknya aku kesal dan akhirnya kami berantem.. kami berdua khirnya menangis. akhirnya ibu datang memarahiku jujur selama aku tinggal dengan kakekku aku gak pernah dimarahi akhirnya akupun menangis dengan keras dan semakin keras. setiap kami bertengkar aku saja yaang disalahkan hal itu yang membuat aku hampir malas untuk kerumah orang tuaku kalau aku tidak mengingat aku harus belajar mengaji...mmmm kalau bukan karena hal itu aku mungkin maless banget datang..

avataravatar
Next chapter