3 3. Berkumpul bersama Keluarga

"Aku kembali menjadi anak usia 7 tahun". Ini benar benar tidak percaya ini. Ternyata ini semua bisa terjadi".

"Nona kenapa heran seperti itu, ahh saya tau nona pasti terpesona kan dengan keahlian tangan saya yang membuat nona semakin cantik, eheheh, pada dasarnya nona memang sangat cantik sih".

Akupun melihat kembali wajahku di cermin, Gaun kuning berenda putih yang aku kenakan kontras dengan rambutku yang berwarna perak. "baiklah nona sebaiknya kita turun sekarang karena semua sudah menunggu nona untuk makan malam." Aku dan Laila pun turun ke bawah, Laila adalah pelayanku. 

Kami turun dan menyusuri tangga, tangan sebelah kiriku pun di pegang oleh Laila, itu kebiasaan anggota keluarga Duke.  Ya, aku akan menceritakan sedikit tentang keluargaku. Kakek ku bernama Michael Anderson. Beliau menjabat sebagai Archduke. Kekuasannya hanya di bawah kaisar. Nenekku bernama micelle Anderson, nama belakangnya tentu mengikuti nama Kakekku.

Ibuku Cecilia Derick Anderson, dan ayahku Antonio Derick Anderson. Ayah menjabat sebagai Grand duke. Pamanku bernama Alvadrien Anderson, beliau menjabat sebagai Duke, bibiku bernama Emery Gavin Anderson. Ada pula Alister dan Callie anak mereka sekaligus teman bermainku.

"Cucuku, lihat semuanya cucuku begitu cantik". Semua Anggota keluarga memandangku yang menuruni tangga yang tidak jauh dari  tempat keluargaku berkumpul. Kami pun makan Bersama.

Aku duduk di di antara Callie dan Kakek. "Kakek memangnya hanya Kak Delia saja, aku tidak cantik?". Gerutu Callie yang duduk di sampingku, aku dan yang lainnya pun tertawa kakek pun mengatakan "Tentu saja Callie lebih cantik, apakah kakek harus mengatakannya, tidak di katakan pun bukankah Callie yang paling cantik".

Callie pun berbangga diri, Ibu dan ayah Callie hanya menggelengkan kepalanya saja. Kakek mengedipkan sebelah matanya padaku,  aku pun tersenyum kemudian mengelus rambut Callie "Tentu saja dia lebih cantik, lihat rambut hitamnya yang di beri pita besar ini, sangat menggemaskan,".

Kemudian Callie pun tersenyum dan pipinya merona sepertinya dia sangat malu. Aku baru menyadarinya kalau Callie begitu menyukaiku.

Alister yang merupakan Kakak Callie pun tak tinggal diam untuk menggoda adiknya "Cantik apanya, biasa aja". Callie pun merajuk dan mengomel membuat kami semua tertawa, akhirnya kami makan malam sambal berbincang-bincang.

Setelah selesai kami pun akan kembali ke kamar. Tapi sebelum memasuki kamar, aku di hampiri oleh Alister dia pun langsung memelukku, "Delia, aku sangat khawatir, aku takut kamu tidak bangun lagi tadi".

Dia melepaskan pelukannya dan memegang kedua tanganku, "Kamu adalah adikku sama seperti Callie, melihatmu membujur kaku di tempat tidur membuatku sangat gelisah"."Kakak tenang saja sekarang aku sudah baik-baik saja sekarang, kamu tidak usah khawatir, hari sudah malam, aku akan pergi tidur".

Alister tersenyum dan mengelus sedikit kepalaku, "baiklah, tidur yang nyenyak". Alister pun kemudian kembali kekamarnya dan aku kembali ke kamarku tentu saja.

Awal aku lahir kembali aku terlalu Bahagia sehingga aku melupakan beberapa hal penting, seperti saat aku terbujur kaku tidak bernyawa di tempat tidur alias mati suri, sebelumnya aku tidak pernah mengalami hal itu.

Aku juga baru merasakan betapa orang di sekelilingku begitu mengkhawatirkanku. Seperti Callie dan Alister, jika dulu Callie hanya selalu iri padaku tapi sekarang kami sudah seperti kakak adik, memang dulu salahku karena aku tidak pernah mau mengalah dalam hal apapun pada callie, mungkin itu yang membuat Callie membenciku, tapi sekarang berbeda, kami sudah semakin dekat.

Begitu juga Alister, dulu dia selalu bersikap dingin padaku, aku sempat berfikir dia tidak menyukaiku. Tapi aku tidak tau apa yang membuat dia berubah sekarang. Sudahlah lebih baik aku tidur saja.

Ke esokan paginya, kami pun makan bersama, sedikit banyak aku mendengar obrolan kakek, ayah, dan paman. "Ayah harus segera kembali ke perbatasan, para prajurit telah menunggu perintah ayah meskipun Ada Kapten Kafeel Dan Letnan Gavin, saya rasa sebagai Jendral besar Ayah juga harus berada disana".

Paman pun menimpali perkataan Ayah. "Benar Ayah, untuk menjaga batas batas kota aku juga telah menurunkan beberapa prajurit yang di pimpin oleh Letnan Yuan jadi ayah tidak perlu khawatir ".

Sedikit banyak aku mengerti kenapa ayah begitu khawatir, Ini karena pada masa ini, terjadi pemberontakan di beberapa daerah baik di wilayah Kerajaan maupun Kekaisaran yang di sebabkan oleh Kaum Bar-bar yang mempengaruhi Rakyat sehingga terjadi perpecahan di Wilayah Kerajaan dan Kekaisaran.     

"Memang aku akan kembali ke perbatasan". Kakek melihat aku, Callie dan Alister. "Kalian berdua harus menjaga cucu cucuku dengan benar". Callie yang paling manja pun langsung berdiri dan memeluk kakek, Aku dan Alister pun memeluk Kakek juga".

"hei, hei menantu lihat lah cucu ku sangat manja dan tidak peduli dengan sopan santun, kalian harus mengajarinya lebih baik". Ibuku pun menjawab "Ibu mertua, bukan kah ibu yang paling memanjakan mereka". Nenek pun salah tingkah. Ibu dan bibiku pun saling cekikikan.

Akhirnya tiba waktu Kakek akan pergi, dengan menggunakan Kereta Kuda Perang yang besar dan Ratusan Prajurit yang mengelilinginya. Selain itu Kerta Kuda tersebut pun di lindungi oleh sihir yang sangat kuat.

Dan didalam kereta kakek masih sempat sempatnya berbicara "Hati hati kalian semua, jaga cucu-cucuku dengan baik". Kemudian kereta kuda dan rombongannya pun pergi dan semakin menjauh dari pandangan kami.

Kami memandang ke kejauhan dan kembali masuk ke kediaman Duke Anderson. "Delia". Panggil ibuku, "Iya ibu, Ada apa?"."apakah gadis kecil ibu mau berbicara dengan ibu". "Ibu bicaranya sangat formal sekali, baiklah aku pengen main ke taman anggrek ibu, ayolah".

Aku pun mengeluarkan rengekan manja, Ibu pun menuruti ku dan membawaku serta pelayanku Laila ke Taman Angrek ibu. Sembari minum teh kami pun mengobrol ringan. "Amertys Delia Anderson, bulan depan adalah ulang tahunmu, bagaimana kamu akan merayakan nya?".

Aku menghabiskan cemilan yang ada di mulutku dan menelannya agar aku bisa menjawab pertanyaan ibu dengan cepat". "Ibu, yang penting bisa aku bisa merayakannya dengan ibu, dan yang lainnya .

Apapun konsep dari ibu aku akan setuju".

"Ahh, lihatlah anak ibu sudah semakin dewasa, kamu tidak boleh mengeluh ya dengan persiapan yang ibu lakukan?". Aku pun tersenyum dan sudah membayangkan pesta elegan yang akan di selenggarakan, serta hadiah kalung permata ungu yang akan ayah persiapkan.

Aku jadi mengingat pesta ulang tahunku yang ke 7 jauh dari kesan elegan karena penuh dengan suasana anak-anak, warna pink dan kuning, boneka, dan balon, itu sangat meriah, karena itu adalah konsep yang muncul dari dalam kepalaku saat aku masih kecil. Tapi aku sangat berharap pada ibu bahwa ulang tahun hari ini akan berbeda. 

.

.

.

.

.

avataravatar