1 1. Hukuman

"Dong dong dong". Suara tabuhan genderang yang berarti titah raja di turunkan."Perhatian-perhatian kepada seluruh rakyat kerajaan Obegas Alterio titah raja telah di turunkan dengarkan 'Aku Raja Albel Alterio memerintahkan untuk menjatuhi hukuman gantung kepada Ratu Amertys Albel Alterio karena telah meracuni Putra Mahkota dan Permaisuri Aku juga telah menjatuhi hukuman mati untuk seluruh keluarga Ratu dengan meminum racun, hukuman gantung akan di laksanakan besok pagi ' titah selesai".

`Ajudan raja pun pergi setelah menyampaikan titah. Tidak perlu waktu lama keributan pun mulai terdengar. "Apa ratu meracuni putra mahkota dan permaisuri? Berani sekali". Seorang wanita berikat kepala memulai pembicaraan. "Tidak heran Ratu itu sangat kejam. Apa kau dengar dia sering menguliti pelayan yang melakukan kesalahan?". Kata seorang pria yang mengenakan topi. "Iya aku juga pernah dengar dia membakar hidup hidup seorang prajurit, memukul tukang kebun sampai mati, dan juga melempar pelayan hidup hidup kedalam sumur yang penuh ular berbisa". Kata yang lainnya. "sangat mengerikan, dia memang pantas mati". "ya dia pantas mati". Seru yang lain. "Hukum mati Ratu". "Hukum mati Ratu"

Sementara itu di penjara

Seorang wanita kurus dengan kulit pucat rambut perak bergelombang yang mengenakan pakaian bewarna putih, luka memenuhi tubuhnya, bercak bercak darah pun menghiasi pakaian putih yang di kenakannya. Tangan dan kaki di borgol dengan rantai yang panjang. Dia duduk dengan memeluk kedua kakinya hingga hanya rambut panjangnya yang terlihat.

"Hei pembunuh, Yang Mulia permaisuri ingin menemuimu". Kata penjaga dengan kasar. Wanita itupun mengangkat kepalanya dan menatap seorang wanita di seberang jeruji besi. "Untuk apa kau kemari, bukankah kau sudah puas melihat penderitaanku?". Permaisuri pun menjawab dengan gelisah, "Ratu Amertys aku akan meminta belas kasihan raja untuk membebaskanmu dari hukuman mati, Ratu percayalah padaku. Aku akan membantumu" .

Permaisuri berkata dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya. 

"heh, tidak perlu berpura-pura Permaisuri. Aku tidak perlu belas kasihanmu. ENYAH DARI HADAPANKU" Ratu Amertys berteriak dengan kencang dan maju mendekati Permaisuri dari balik jeruji. Dengan sigap Prajurit menghadang dan mendorong Ratu. Sedikit lagi Ratu Amertys memukul permaisuri. "Dasar tidak tau di untung Yang Mulia Permaisuri bahkan menjengukmu dan menawarkan bantuan tapi kau malah hampir melukai Yang Mulia Permaisuri". Prajurit itu mengambil cambuk dan memasuki penjara lalu mencambuk Ratu Amertys hingga pingsan. 

"Yang Mulia Permaisuri, apa yang Mulia lakukan di sini?" Seseorang berlari dengan rasa khawatir menghampiri Permaisuri "Anne, Aku hanya ingin membantu Ratu Amertys agar dia tidak di hukum mati, Aku menganggapnya seperti saudara perempuanku sendiri, huhuhuhuhu". Sementara itu Prajurit keluar dari Penjara dan menghadap Permaisuri "Maaf hamba lancang Yang Mulia, tapi Yang Mulia Raja tidak mengijinkan anda untuk berlama lama di penjara ini, selain itu hamba telah menerima perintah jika Ratu menyakiti Permaisuri hamba harus memberi Ratu pelajaran, Yang Mulia Permaisuri berhati sangat Mulia, hamba sangat mengagumi Permaisuri, hamba meminta dengan sangat untuk segera meninggalkan penjara ini". Prajurit berkata dengan sopan.

"Yang Mulia tidak ada gunanya membantu Ratu, dia hanya akan terus menyakiti Yang Mulia jika dia selamat, ayo cepat kita pergi Yang Mulia". Anne menarik tangan Permaisuri untuk segera mengikutinya. "Tapi....." Anne dengan sigap menarik Permaisuri keluar dari penjara. Wajah murung Permaisuri membuat Anne pun gelisah. " Permaisuri, dengarkan hamba Permaisuri tidak memikul kesalahan apapun, permaisuri baik hati dan suka menolong orang lain. Tapi anda tidak pantas untuk menolong Ratu itu. Dia telah membunuh Putra Mahkota ingatlah". Anne memegang tangan Permaisuri dan menatapnya dengan tatapan tegas. "Putra mahkota, Putraku, putraku tidak putraku belum mati tidak". Permaisuri menangis kemudian pingsan. Anne semakin merasa bersalah, padahal Anne hanya ingin Permaisuri sadar akan tindakannya tetapi malah membuat Permaisuri pingsan. Beberapa pelayan melihat permaisuri pingsan dan segera membawa permaisuri ke Istana.

"Lapor Yang Mulia". " Ada apa cepat katakan aku tidak punya waktu untuk hal hal sepele". Raja Alterio membolak balik kertas kerjanya saat seorang prajurit akan melaporkan sesuatu." Yang Mulia Permaisuri pingsan setelah pulang dari Penjara sepertinya Ratu mengatakan hal hal mengenai Putra mahkota yang membuat Permaisuri seperti ini".

"Baiklah, kau boleh pergi". Prajurit meninggalkan Raja. "ahh, bagus sekali Ratuku di saat menjelang kematianmu pun, kau selalu penuh semangat untuk membunuh dan menghancurkan orang lain".

-------------------------------------------------------------------------

"Yang Mulia Raja telah datang". Raja memasuki Kamar Permaisuri. Permaisuri pun tengah di periksa oleh tabib. "Bagaimana keadaan Permaisuri?" Raja pun duduk di kursi didekat tempat tidur Permaisuri.

Tabib menunduk dan memberi salam "Lapor Yang Mulia, keadaan Permaisuri kurang stabil, sebaiknya perbanyak istirahat, saya telah memberikan resep obat untuk di minum Permaisuri, beberapa jam lagi Permaisuri akan bangun".

"Ah, baiklah kau boleh pergi". Tabib pun keluar meninggalkan ruangan dan tersisa Anne dan Permaisuri yang masih terbaring di tempat tidur.

"Apa yang terjadi?". "Menjawab Yang Mulia Permaisuri Pergi kepenjara untuk berbicara dengan Ratu, bahkan Ratu berkata akan memohon kepada Yang Mulia Raja untuk membebaskan dia. Tapi Ratu hampir memukul Permaisuri dan dia menceritakan bagaimana dia membunuh Putra mahkota".

Prank!!!!!!

Gelas yang berisi teh yang disediakan Anne sebelumnya pecah karena di lemparkan oleh Raja Alterio.

"Betapa beraninya, Betapa beraninya". 

"Setelah membunuh Putraku, Dia juga ingin menghabisi Permaisuri ku, Benar benar perempuan iblis". Raja sangat murka dan marah. Raja dengan cepat keluar ruangan dengan wajah yang sangat marah.

------------------------------------------

"Uhuk,Uhuk,Uhuk,ah tubuhku sakit, aku sulit bergerak, dan kenapa badanku basah". Aku berfikir dan kemudian melihat bajuku yang penuh darah itu basah. Aku sangat kedinginan.

"wah,wah,wah Ratu kita tercinta sudah bangun ya dari tidurnya?". Aku mendengar suara pria yang berbicara. Dia duduk di kegelapan sana. Suara yang sangat aku cintai sekaligus aku benci. Dia adalah Raja Alterio. "Ra, raja". Suaraku terbata dan sangat lemah. Wajar saja karena aku tidak di beri makan dan minum selama 2 hari di dalam penjara ini.

Tuk,tuk,tuk.. Suara langkah kaki Raja semakin mendekatiku. Samar samar aku melihat wajahnya. Dia masih saja tampan, Dengan rambut hitam dan mata biru nya, benar benar mempesona. Dan wajahnya yang penuh amarah membuat dia seperti Iblis, Iblis yang sangat tampan. Raja menunduk dan wajah kami begitu berdekatan. "Masih berani menatapku?". "Tentu saja karena besok aku akan mati". "hahahahahahahaha" tawanya menggema di ruangan yang pengap dan gelap ini. Kemudian dia memegang daguku dengan kencang dan berkata, "Benar, besok kau akan mati, kenapa aku harus marah?, aku sudah tidak menyiksamu itu sudah hal yang sangat baik yang pernah aku lakukan, tentu saja itu untuk membayar segala kebaikan dari keluargamu". Aku terdiam dan dia pun melanjutkan perkataannya. "Kau tau, Putra Mahkota yang aku nanti nantikan telah mati sia sia di tanganmu, kau benar benar wanita iblis tak punya hati, sampai kau matipun jangankan cinta rasa simpati pun tidak pernah ada di hatiku, aku benar benar benci padamu. Secepatnya kamu mati itu lebih baik". Tanpa menunggu kata kataku, dia pun pergi meninggalkan penjara ini.

Aku tak tau rasa sedih apa yang lebih dari ini.  Orang yang ku cintai sangat membenciku. Ku akui, aku memang kejam dan jahat pada semua orang. Itu karena dia tidak pernah memandangku sedikitpun. Aku teringat saat aku berusia 8 tahun dan dia 13 tahun. Kami bertemu di Taman Istana dan bertatapan. Saat itu juga aku bilang pada ayahku kalau aku mencintai dia dan ingin menikah dengannya. Saat itu Raja Alterio adalah pangeran ke 9, tapi karena ayah mendukungnya sehingga dia menjadi Raja dan menikahi aku sebagai Ratunya. Tapi dia sejak dulu selalu dingin padaku, hingga kami menikah, dan tiba tiba dia mengangkat permaisuri, membuatku merasa geram.

Aku ingat Ayahku sering memanjakanku, Ibuku pun begitu. Tapi aku selalu menyusahkan mereka dengan sikap manjaku. Ayah lah yang selalu membereskan segala permasalahanku, Karena Ayah adalah Duke tertinggi di Kerajaan, posisinya hanya di bawah Raja dan Ayah tidak perlu memberi hormat kepada pangeran yang lain.

Aku sangat sedih, kenapa aku harus berpisah secepat ini dengan Ayah dan Ibu, kenapa harus aku yang menjadi penyebab mereka mati. Aku sangat menyesal. Aku belum membuat Ayah dan Ibu bangga. 

--------------------------------------

Keesokan paginya

Pagi hari aku di bangunkan oleh penjaga karena waktu hukuman untukku akan segera di mulai. Rantai panjang yang melinggkar di kaki dan tanganku di lepas di ganti dengan Rantai yang lebih kecil yang hanya mengikat tangan ku. Aku juga mengganti Gaunku dengan gaun putih baru yang di berikan Prajurit. Lalu aku pun di seret ke tempat eksekusi, disana telah banyak rakyat yang menyaksikan, bahkan beberapa bangsawan pun turut hadir.

Aku hampir tidak sanggup melangkah lagi. Dengan susah payah aku berjalan ke tempat eksekusi dengan rantai yang mengikat tanganku di belakang.

Saat berada di tengah tempat eksekusi aku mendengar banyak celaan dan umpatan untukku.

"Bunuh perempuan itu, dia tidak pantas menjadi Ratu". "Ya, bunuh dia". "Bunuh,bunuh,bunuh". Beberapa orang bahkan melemparku dengan batu, bajuku yang putih bersih berubah kembali menjadi penuh darah.

"Cukup". Raja angkat bicara menyudahi lemparan batu yang terus berdatangan. Ajudan raja pun kemudian mengambil alih untuk berbicara. " Hari ini kita berkumpul untuk menyaksikan hukuman yang di jatuhkan kepada Ratu Amertys. Sebelum dia di Eksekusi Raja telah mengatakan bahwa Gelar Ratunya di cabut dan di beri Surat Perceraian. Dia tidak layak masuk ke dalam pemakanan kerajaan dan mayatnya akan di buang ke jurang. Eksekusi bisa di laksanakan segera".

Gelar Ratuku di cabut?, Aku di beri surat perceraian?, Air mata membendung di mataku dan jatuh tanpa henti, sedikit banyak aku masih mendengar perkataan beberapa orang. "Dia layak menerimanya, karena dia telah membunuh Putra mahkota"."Tapi apa tidak berlebihan, bagaimanapun dia seorang Ratu lebih tinggi dari pada putra mahkota bukan?"."tidak, dia pantas menerimanya". Bla bla bla

Tali gantungan pun telah terikat di leherku. "hitungan mundur di mulai 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1" Tali pun di tarik ke atas. Aku merasakan sakit yang teramat sangat. Saat terakhirku  aku melihat senyuman dari permaisuri. Dia tersenyum lebar menampakkan kebahagiaannya saat dia berada di pelukan Raja. "Aku sudah menduga, dia sangat licik, andaikan aku bisa mengulang waktu kembali, aku akan lebih menghargai orang orang yang menyayangiku, Ayah, Ibu, dan seluruh keluargaku".

Rip

.

.

.

.

.

.

.

.

avataravatar
Next chapter