5 Saling Mengingatkan

Perasaan berkecamuk didalam dada Fatih merasa tidak nyaman ia berusaha menelpon nomer telpon Sofil namun tidak ada jawaban bahkan tidak aktif.

Belum tenang dia menelpon rumah namun tidak ada yang menjawab karena tau di rumah masih dalam waktu solat asar. Fatih menelpon Husna.

"Ya Allah ada apa ini? Kenapa aku sangat gelisah, dan semua tidak dapat dihubungi, Ya Allah ... Mbak Husna angkat, angkat, kenapa aku sangat khuawatir dengan keadaan Umi," Fatih memejamkan mata, membuka mata lalu berjalan, perjalanan yang sangat sepi.

Malam penuh dengan hiasanya, kota Mesir pula semakin maju dan cahaya lampu malam yang berwarna warni.

Tut ...

Tut ...

"Halo Assalamualaikum," suara indah dan merdu dari Husna.

"Wa'alaikumussalam," jawab Fatih. "Alhamdulillah ...." imbuhnya bersyukur.

"Maaf ya kemarin habis telpon Mbak malah harus pulang, kata Abah kamu sudah di Mesir, cepat banget," ucap Husna.

"Tidak papa Mbak, oya soalnya nanti akan ada pameran kigrafi kalau ikut lumayan hasil uangnya, untuk modal nikah, Mbak apa di rumah Umi ada masalah? Aku merasa ...."

"Dari dulu kamu itu keren dan bisa menjadi kebanggaan, ikatan batinmu sama Umi memang kuat, Umi sedang sakit,"

"Ya Allah ... Kapan? Sakit apa Mbak?" tanya Fatih penasaran.

"Demam ini juga Mbak mau siap-siap ke Pekalongan. Sofil buat ulah, gemes deh sama dia, gergeten banget," suara Husna terdengar kesal dengan tingkah Adik ragilnya.

"Umi sakit, Sofil berbuat ulah apa Mbak?"

"Entahlah, intinya ... Mabuk, mungkin sampai zina, hih Mbak bersyukur dia diusir, lagian anak Kiai tidak tau malu, tidak tau diuntung, dinasehati seperti apa juga tidak faham," ucapan Husna kasar.

"Astagfirullah Mbak ... Jangan sebenci itu, jadi Sofil benar di usir? Mbak cerita yang lengkap," pinta Fatih agar lebih jelas.

"Kenapa memang tidak boleh benci? Maklumlah ... Anak tidak bisa di atur, sudah lupakan saja, biar dia pergi sesuka hatinya, Mbak sih ... Syukur Alhamdulillah beban pikiran Umi meringan," ucapan Husna penuh amarah kepada Sofil.

"Astagfirullah ... Aku tidak menyangka lo, Mbak Husna bisa berpikir begitu pendek. Ya Allah ... Maaf Mbak, Aku hanya berpendapat, Umi ada dan tidak ada Sofil pasti memikirkannya karna seorang Ibu yang telah melahirkannya. Jika Mbak benci boleh, namun aku sangat percaya Sofil tidak akan melalukan zina, karna apa doa Abah dan Umi selalu menyertainya, bisa jadi dia terbelenggu namun aku yakin Adikku mampu menahan hasratnya," Fatih belum selesai berbicara, Husna menyahut.

"Fatih, Mbak malas berdebat, ya ... Terserah kamu mau membela atau apa, yang terpenting Mbak syukur dia pergi dari rumah. Biarlah menjadi glandangan biar sadar," nada bicaranya sangat kasar.

"MasyaAllah tutur bahasa Mbak seperti bukan wanita solihah, seperti seorang yang tidak berilmu Mbak Husna bukan seperti biasanya, dimana Mbak Husna yang pengertian dan shalihah? Ya Allah ... Maaf Mbak, aku tidak berniat membela Sofil, namun sebagai saudara sedarah kita harus saling memdoakan yang terbaik, Mbak ingat, Sofil dulu pernah mendonorkan darahnya untuk Mbak,ingat Mbak, Ya Allah ... Aku jadi mengungkit itu, maaf ... Maaf Mbak. Heh ... Jadi kapan Mbak ke Pekalongan. Mbak jangan diam saja, aku sudah meminta maaf, tolong Mbak jawab ... Demi Allah Mbak, aku sayang dan tidak membedakan siapapun saudaraku, aku hanya sekedar mengingatkan jika Sofil adalah milik Allah. Hamba Allah dia memang terjerumus kedalam lembah yang tidak pantas, apalagi jika statusnya yang putra Kiai, namun Mbak, dia butuh dukungan, Heks. Ehhuh ... Maaf Mbak,hati-hati kalau ke Pekalongan, titip salam, nanti juga aku telpon sendiri, sudah kalau begitu," ujar Fatih yang kehabisan cara untuk membujuk Kakaknya agar ikut serta mendoakan kebaikan untuk Sofil.

"Jangan dulu, Ya Allah ... Astagfirullah ... Kamu benar dan terima kasih sudah mengingatkan Mbak, Mbak merasa malu Fatih. Heh ... Ya Allah, aku hanya seorang hamba yang sering kali khilaf, dan kembali lagi melakukan kekhilafan setelah bertaubat. Aku berpikir dan aku setuju denganmu, aku optimis jika Sofil akan berubah menjadi pribadi yang baik. Semoga Allah selalu melindunginya,"

"Aamiin, Aaamiiin,Ya Allah ...." suara Fatih terdengar saat bahagia.

"Kamu mengingatkan Mbak, akan banyak hal, Allah saja yang Maha Segala-galanya yang menciptakan kita meluaskan pintu magfirohnya, seharusnya Mbak mendukung. Mbak tau dan memungkiri kalau Sofil benar-benar bisa taubat. Karna sering kali dia berjanji namun diulangi lagi, ya semoga dengan jalan ini dia serius. Sebenarnya banyak juga pengalaman Mbak dari luar sana termasuk meninggalkan shalat seolah dianggap sebuah rutinitas, biasa saja. Membantah orang tua seperti pekerjaan harian. Tidak ada penyesalan sedikitpun, mungkin justru terbersit bangga, jujur saja dulu Mbak saat SMP seperti itu, Ya Allah ... Berbuat zina kadang dianggap tanda cinta. Alasannya, banyak yang melakukannya. Pria menyukai pria dan wanita berhasrat pada sesama dianggap gaya hidup. Sangat mengerikan tingkah manusia di zaman ini Allah SWT berfirman, "Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka, kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan." (QS az-Zumar [39]:53-54). Terima kasih sudah mengingatkan Mbak ya Tih,"

"Lihatlah bagaimana Allah SWT justru mengundang orang-orang yang berbuat dosa untuk datang kepadaNya. Allah SWT membuka pintu maaf seluas-luasnya bagi orang yang ingin kembali. Dan, barang siapa yang bertobat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima tobatnya." (QS al-Furqaan [25]: 71) Mbak kita doakan dan yakin bahwa suatu saat Sofil pulang, menjadi Sofil yang baik,"

"Aamiiin semoga juga bisa mendapat jodoh yang terbaik pula, Aamiiin, jodoh yang memberi dia rasa semangat dan mrnjadikannya tambah Lillah, Fatih ... Ingatkan Mbak jika Mbak selalu seperti itu, karna rayuan setan pasti hadir, dan aku tidak sadar. Fatih ... Terima kasih jamgan sungkan, jika demi kebaikan Mbak, tegur nasehati, marahi, Mbak akan menerima dengan lapang dada, karna semua hal itu untuk kebaikan Mbak sendiri,"

"Mbak jangan seperti itu, aku juga sering luput kita harus saling mengingatkan, maklum Mbak, kita hanya manusia biasa, sering melakukan kesalahan disadari atau tidak. Tolong ingatkan juga ketika aku salah dalam bersikap dalam bicara, maaf ya Mbak, kalau ke Pekalongan, jangan lupa telpon aku, karna kalau telpon rumah sangat sulit dihubingi,"

"Iya Adikku ganteng, ngomong-ngomong sudah ada rindu tidak? Masa belum ada setrum?" tanya Husna beralih pada perasaan Fatih.

"He he he,"

"Cinta putra sang Kiai kira-kira berlabuh dimana ya?" ledek Husna.

"Neng Bilqis IngsyaAllah, Assalamualaikum,"

"Wa'alaikummussalam," telpon tertutup. Fatih memamdang bintang.

"Ya Allah sembuhkan Umi ... Aamiiin," ujarnya.

Bersambung.

avataravatar
Next chapter